Gadis itu masih berdiri di depan mesin ATM, menunggu proses penarikkan tunai yang tengah dia lakukan. "Malang bener nasibku, ternyata firasat gak enak tadi malam, rupanya kesialanku pagi ini." Ismi sangat kesal, dia terpaksa menarik uang yang Fariz beri untuk pegangannya selama di kota.
"800 ribu, semoga cukup." Ismi segera menyimpan uang yang baru dia tarik dari ATM. "Orang kaya zdolim, menghukum aku pake minta di temani makan siang. Bagi dia mah duit seratus ribu kayak duit seribu, lah bagiku, duit seribu aja bagai duit seratus ribu, perjuangan mendapatinya tidak mudah." Ismi segera melangkah menuju pintu utama gedung tempatnya bekerja, bosnya memintanya untuk menunggu di sana.
Ismi berdiri sambil memainkan handphonenya, mengecek pesan, berharap dia sudah mendapat balasan dari Fidiya. Ismi membuang kasar napasnya, Fidiya belum membalas pesannya.
"Sudah siap?"
Pertanyaan itu membuat Ismi terperanjat. "Iya Pak."
"Mari ikut saya."
Ismi segera mengikuti langkah kaki bos nya itu, hingga sampai di dekat salah satu mobil mewah dengan pintu yang sudah terbuka.
"Mari masuk." Arnaff sudah lebih dulu memasuki mobil itu. Dia memberi isyarat pada Ismi agar segera masuk dan duduk di sampingnya.
Ismi memberanikan dirinya masuk kedalam mobil mewah itu. "Pak, saya tidak diminta uang bensin kan?"
Arnaff tersenyum mendengar pertanyaan Ismi. Dia tidak menjawab, Arnaff hanya memberi perintah pada sang supir, agar segera melajukan mobil menuju Restoran yang sudah dia katakan.
*
Mobil berhenti di depan sebuah Restoran mewah, rasanya Ismi tidak merasa kalau masih berpijak di bumi, kakinya keram, melangkah pun sulit, ketika kedua matanya melihat sebuah Restoran mewah.
Apakah uangku cukup?
"Ayo kita masuk, aku sudah lapar."
Mendengar ajakkan bosnya, Ismi berusaha menyeret kedua kakinya mengikuti langkah kaki atasannya tersebut. Hingga mereka duduk di salah satu meja yang lumayan indah.
Arnaff memberikan buku menu pada Ismi, Ismi sungguh bingung, menu yang ada membuatnya pusing, dia tidak bisa menyebut nama makanan yang tertulis. Ismi lebih fokus pada daftar harga yang tercantum di menu itu.
Seketika kedua bola mata Ismi terbelalak, saat melihat harga satu menu di sana. Untuk segelas minuman saja sudah 45 ribu rupiah.
"Pak, Bapak nggak ngerampok saya kan?" Ismi sengaja memelankan suaranya, agar tidak di dengar pengunjung lain.
"Ngerampok?" Arnaff mengulangi pertanyaan Ismi.
"Saya takut kalau uang saya nggak cukup Pak, satu minuman saja hampir 50 ribu."
"Saya minta temanin kamu makan, bukan minta bayarin makan!" ucap Arnaff tegas. "Enak saja nuduh saya merampok, yang merampok itu kamu, kamu sudah merampok hati saya."
Menyadari dirinya salah faham saja, Ismi sungguh malu, ditambah ucapan gombal dari bosnya, semakin membuat Ismi ingin menyembunyikan wajahnya. Rasanya kedua pipinya tiba-tiba terasa hangat, padahal ruangan Restoran ini ada pendingin udara.
"Sudah, kamu makan sama seperti yang saya pesan saja." Arnaff sangat gemas melihat kedua pipi Ismi yang tiba-tiba bersemu merah.
***
Fadlan memilih tidak masuk kantor hari ini, semenjak meninggalkan Rumah Sakit, dia memilih untuk kembali pulang ke rumah, menemani ibunya di rumah. Fadlan dan ibunya memilih bersantai di ruang tamu setelah menikmati makan siang tadi.
Bingung harus apa, Fadlan memilih memainkan handphone-nya, pura-pura tidak menyadari kalau sorot mata ibunya selalu tertuju padanya.
"Malam-malam kamu berlarian seperti orang gila, apa karena mendengar tentang Fidiya?"
Fadlan menjawab hanya senyuman lebar seperti model iklan pasta gigi. Melihat ibunya tidak puas dengan jawaban yang dia berikan Fadlan buka suara. "Saat Ara menelepon, kalau kakaknya sudah mengusir Fidiya, dalam pikiranku hanya 1, aku harus menemukannya sebelum terlambat."
"Ibu ingin marah, tapi karena kamu gerak cepat Fidiya tertolong, ibu bisa apa?" Ibu Raya menggeleng, tidak habis pikir anaknya begitu terobsesi dengan gadis kecil penolongnya di masa lalu. Melihat Fadlan jatuh hati pada wanita itu membuatnya sedikit lega, walau belum pasti wanita itu yang menolong putranya dulu. Fadlan mau memperjuangkan seorang wanita saja, itu sudah cukup bagi Raya. "Sudah kamu kabari Elvina?"
"Belum bu."
"Anak asem! Cepat kabari dia!"
******
Di kediaman Elvina.
Elvina selesai mengerjakan urusan perusahaan yang memang dia tangani dari rumah. Sejak kasus perceraiannya dengan Ridwan di ketahui, Elvina tidak punya wajah untuk hadir di keramaian. Tuduhan kalau dirinya seorang simpanan dan gemar selingkuh, El tidak punya nyali untuk bertemu wajah-wajah yang mengenalnya. Tuduhan Retna dan kedua anaknya sungguh merugikan. Pesta malam itu saja, dirinya berusaha menyamar jadi orang lain saat di tengah-tengah para pengusaha.
Salahnya hanya menikah secara agama bersama Ridwan, hingga saat dia hamil dan dicerai Ridwan, El tidak punya pembelaan. Test DNA yang dia lakukan juga tidak membuat namanya bersih. Orang tetap menyebutnya wanita simpanan Ridwan.
Pergaulan di kalangan El, cukup Elit. Wanita yang ketahuan menjadi simpanan atau pelakor, pasti tidak akan berani muncul, karena hujatan yang luar biasa. Bahkan panen kebencian dari semua yang tinggal di perumahan Elit itu.
Suara deringan ponsel, membuat perhatian El tertuju pada beda elektronik pipih persegi panjang itu. Terlihat nama FA di sana. Merasa keadaan sepi, El segera menggeser icon yang bewarna hijau tersebut.
"Iya ....."
"Tadi malam Fidiya di usir Ridwan, sekarang dia sudah berada di Rumah Sakit, aku yang membawanya ke sana."
"Kenapa kamu baru mengabariku sekarang dudul!?"
"Jika dia sudah di depan mataku, dunia hanya berpusat padanya, bagaimana aku bisa ingat kamu dudul!"
"Ya salam ... kau jatuh cinta pada boneka Ridwan?"
"Andai cinta bisa ku atur, maka akan ku atur, lebih baik aku jatuh cinta padamu."
"Dasar dudul! Di Rumah Sakit mana Fidiya dirawat?"
"Kamu gak usah nengok, cukup tau saja. Saat ini dia baik-baik saja."
Elvina pasrah, sahabatnya tidak mau memberi tahu di mana Fidiya. Tapi, mengetahui Fidiya sudah keluar dari rumah itu, El merasa lega.
El segera mengirim pesan pada Fariz, mengabarkan tentang Fidiya.
Keinginan aku sama Fidiya hanya satu mas, ingin kamu hidup bahagia dikelilingi orang-orang yang benar-benar mencintaimu.
Harapan itu kini hanya menguap bersama embun yang di terpa cahaya matahari. Dirinya maupun Fidiya gagal membuka mata seorang laki-laki ynag bernama Ridwan.
*****
Terangnya siang karena sang surya bersinar cerah, kini telah berganti dengan gelapnya malam, langit kini ditemani oleh kelipan bintang-bintang.
Di kamar itu, seorang pemuda tampan dan mapan, memiliki segalanya, tengah memandangi pantulan dirinya di cermin. Merasa penampilannya sudah ok, dia segera melangkah meninggalkan singgasananya.
Mobil yang dikendarai pemuda itu melaju cepat di jalanan.
Wusss!
Sungguh begitu lihay menyalip satu persatu pengendara yang ada di depannya. Hingga dirinya sampai di sebuah club malam elit. Di mana beberapa gadis dan pemuda tersohor di kota ini menghabiskan malam di tempat ini. Bahkan beberapa pengusaha juga ada di sana.
"Mencariku?"
Tangan seksi itu menggelayut manja di bahu Fadlan. Aroma parfum yang dipakai wanita itu juga menyeruak memanjakan indera penciuman Fadlan. Tapi bukan ini yang Fadlan cari. Fadlan menepis tangan putih mulus yang perlahan melingkar di lehernya.
"Aku membayarmu bukan untukku."
"Terus?"
"Bisa kita bicara di tempat aman?"
"Ikuti aku."
Fadlan segera mengikuti langkah kaki wanita cantik yang berpakaian seksi itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Sikha Adhia
jodoh pasti bertemu
2021-08-19
0
🇰 ͨ🅰︎ͦ🇮 ᷛ🇸ͣ 🅰︎ᷡ🇷
idiiihhh.. otor Dudul...
masa fadlan cogan..mapan gituu dipanggil anak aaeeemm🙄🙄🙄🙄
kabuuur ah.....
2021-06-05
7
pesan
orang baik pasti dpt jodoh yg baik.
fidiyaa ismi ama el .....bambang tampan kaya raya baik hati pulaaa
duhhhh ga sabawr pgn ke kondangan nikahannya mereka
udah lama ga sanggulan..😂😂😂
2021-06-03
5