Bab 9

Bentakkan Ridwan tidak hanya didengar Fidiya, tapi beberapa orang yang dekat dengan meja mereka, termasuk ibu dan kedua adik Ridwan. Melihat keadaan sekitar, Fidiya semakin merasa tertekan, rasanya ini sudah sangat kelewatan Ridwan menginjaknya harga dirinya sebagai seorang istri.

"Ridwan! Bersikap manis pada Fidiya di tengah orang seperti ini." Retna menegur dengan setengah berbisik.

"Iya kak, kami tahu di hati kakak cuma ada kami, tidak ada tempat buat kakak ipar, tapi biarlah itu kita yang tahu, lagian kakak ipar juga sadar, kalau dirinya tidak pernah bisa masuk ke dalam hati kakak, menjadi pendamping kakak saja, kakak ipar sudah sangat bahagia. Dari lumpur yang kotor diangkat ke istana yang megah," ucap Melly.

Fidiya hanya mengukir senyuman di wajahnya, menangis hanya membuat harga dirinya semakin hancur.

Fidiya ... lihat! Sampai kapan kamu berharap Ridwan menganggapmu sebagai istri? Sedikitpun kamu tidak mendapat tempat di hatinya.

Fidiya terus berusaha tegar. "Kamar mandi di mana?" tanya Fidiya.

Ara mendekatkan wajahnya kepada Fidiya. "Kenapa? Mau menangis di kamar mandi? Terima kenyataan saja kakak ipar," ucap Ara setengah berbisik.

"Tidak, aku kebelet!" Fidiya berharap alasannya di terima oleh Ara, walau benar dirinya ingin menumpahkan air matanya di toilet nanti.

"Kakak ipar, ikuti saja petunjuk itu." Ara menunjuk pada penunjuk arah yang terpampang. "Nah, masuki pintu yang bertulis wanita, jangan salah masuk!" ledek Ara.

"Terima kasih," Fidiya segera undur diri.

Fidiya terus melangkah mengikuti petunjuk arah itu, ketika dirinya berada di samping pintu yang bertuliskan tangga. Fidiya membatalkan niatnya menuju toilet, perlahan jemari Fidiya membuka pintu itu, saat pintu terbuka, benar saja itu adalah tangga yang berkelok-kelok. Melihat keadaan sepi, Fidiya merasa ini tempat yang aman untuk menumpahkan kesedihannya.

Fidiya menuruni satu persatu anak tangga, merasa tempatnya saat ini tepat untuk menangis, Fidiya merapatkan punggungnya ke tembok, melepaskan sepatu hak tinggi yang dia pakai, perlahan tubuh itu merosot, hingga posisi Fidiya saat ini duduk bersandar di lorong itu.

"Aku tidak bermimpi untuk jadi kaya, aku hanya ingin laki-laki yang mencintaiku, dan menerimaku apa adanya. Kenapa engkau datangkan laki-laki seperti Ridwan yang tidak punya perasaan itu, Tuhan!" Berteriak sebisa yang dia bisa, berharap rasa yang mengganjal di batinnya berkurang.

"Aku tidak sanggup untuk berbakti pada Ridwan ... dia tidak menghargaiku, dia tidak melihatku, aku bagai boneka baginya, dia datang untuk memuaskan dirinya sendiri, tanpa perduli akan perasaanku ...." Suara Fidiya semakin mengecil, tertelan oleh isak tangisnya yang semakin dalam.

"Aaaaaaargggggg!" Fidiya berteriak sekuat yang dia bisa.

Diatas sana.

Rencana Fadlan menerima telepon di tangga darurat batal, saat berulang kali mendengar jeritan seorang perempuan yang amat memilukan. Perlahan Fadlan menuruni anak tangga, semakin kebawah, semakin jelas terdengar isak teriakkan itu. Bulu kuduk Fadlan berdiri, di tempat sepi ini mendengar tangisan, jeritan dan teriakkan bukan hal yang lucu.

Saat semakin mendekat, terlihat seorang gadis duduk di lantai, punggungnya merapat pada dinding di sana. "Fidiya?" Fadlan seakan tidak percaya melihat gadis yang dia temui di butik berada di lorong sepi ini.

Fadlan mempercepat langkahnya. "Fidiya, kamu kenapa?"

Fidiya terperanjat, saat mendengar ada suara yang memanggil namanya. "Tu-Tuan?" Secepat yang dia bisa, Fidiya segera berdiri sambil menghapus air matanya.

Fadlan tersenyum melihat keadaan Fidiya. "Sudah ku duga, Ridwan lagi-lagi menyia-nyiakan perempuan yang mendampinginya. Dulu Elvina, sekarang kamu." Fadlan tertawa.

"Anda?"

"Saya tau siapa Ridwan, laki-laki yang keras kepala, pemimpin pabrik tapi idiot kalau memahami hati perempuan."

Fidiya terdiam, bukan hal baru dia mendengar sesuatu yang tidak enak tentang suaminya. "Maaf Tuan, saya harus kembali." Fidiya memilih menghindari Fadlan, dia tidak siap mendengar sisi negatif dari sosok Ridwan lebih banyak lagi.

"Sampai kapan kamu bertahan dengan laki-laki batu itu? Jangan kau sia-siakan masa mudamu mendampingi laki-laki yang tidak punya perasaan itu!"

Percuma, teriakkan Fadlan tidak ditanggapi Fidiya, wanita itu terus pergi sambil menenteng sepatu hak tingginya, dia terus meninggalkan tempat itu.

Setelah meninggalkan tempat itu, Fidiya menuju toilet, di sana dia segera memakai sepatunya dan memperbaiki riasannya. Apa yang dia bisa, dia tidak membawa apapun. Fidiya menarik beberapa lembar tisu dan mulai mengusap lembut wajahnya.

"Fidiya?"

Seorang wanita berdiri di samping Fidiya, dia terus menatap Fidiya.

"Iya, Anda siapa ya?" Fidiya sama sekali tidak mengenali wanita cantik yang berdiri di sampingnya.

Wanita itu bukan menjawab pertanyaan Fidiya, dia malah merapikan dandanan Fidiya dengan peralatan make-up yang dia miliki. "Nah, sudah rapi." Dia tersenyum melihat wajah Fidiya.

"Anda siapa?" Fidiya mengulangi pertanyaannya.

"Aku Elvina." Wanita itu masih tersenyum.

Deggggg!

Rasanya jantung Fidiya ingin meledak, saat menyadari seperti apa sosok Elvina. Wanita yang begitu cantik.

"Ku harap, suami, adik iparmu, juga mertuamu belum menceritakan keburukkan tentangku."

Fidiya hanya menggelengkan kepalanya.

"Bagus, banyak hal yang ingin aku bicarakan padamu, bisa nanti kita bertemu?"

Fidiya kali ini menganggukkan kepalanya, entah kenapa seketika lidahnya kelu menyadari cantiknya wanita yang bernama Elvina.

"Minta nomer hp-mu."

"Sa-saya tidak punya handphone."

Elvina membuang kasar napasnya mendengar jawaban Fidiya. "Baiklah, semoga nanti kita beruntung untuk bertemu lagi, kamu jangan berpikir yang bukan-bukan, ini hanyalah tekadku, ingin menyelamatkan gadis yang terperangkap dengan Ridwan. Aku hanya merasa bersalah, jika tidak sempat memberi tahu, ini semata hanya ingin menyelamatkan masa mudamu." Elfina menepuk lembut bahu Fidiya, dia segera meninggalkan Fidiya yang masih diam membisu setelah mendengar ceritanya.

Fidiya masih mematung memandangi pantulan dirinya yang ada di depan cermin. Bermacam pertanyaan kembali berputar di kepalanya. Setelah supir pribadi mertuanya, Ceo itu, sekarang mantan istri suaminya, mengatakan hal yang serupa.

"Kakak ipar! Kenapa lama banget! Bikin orang panik saja!"

Bentakkan itu membuat Fidiya tersadar dari lamunannya. "Melly?"

"Kalau sudah selesai, ayok kembali, jangan bikin orang panik, bikin malu tau kalau kakak hilang di acara ini."

"Maaf, Mell, toiletnya bagus, bersih, wangi, apalagi kaca buat bercermin, waw."

"Kakakku benar, ternyata kakak ipar udik banget!"

Fidiya berusaha tersenyum, terlalu sering dibentak dengan kata 'udik' membuat hatinya mulai sedikit kebal.

"Idih ... pake senyum, cepat kita kembali."

"Iya, Mell." Fidiya segera melangkahkan kakinya mengikuti langkah kaki Melly.

Degggg!

Jantung Fidiya seakan berhenti berdetak, saat melihat sosok Fadlan terlihat asyik bercengkrama bersama suami, mertua dan adik iparnya.

"Akhirnya, bidadari yang meluluhkan hati seorang Ridwan datang juga," sambut Fadlan.

Asem! laki-laki ini malah neledekku, dia sangat tahu kalau aku istri yang tidak dianggap. Fidiya berusaha tersenyum pada Fadlan.

"Aku pertama kali bertemu Fidiya, tadi sore di butik Melly, pribadi yang sangat menyenangkan, jujur aku butuh sosok pendengar seperti Fidiya," puji Fadlan.

Pujian Fadlan membuat Ara, Melly, Retna dan Ridwan membisu.

"Di mana sih, ketemu sosok seperti Fidiya, aku juga mau satu," ucap Fadlan.

******

Dududuuduuuu

Terpopuler

Comments

Arin

Arin

wlpun skrng bacnya nysek,tpi Krn sy baca dri judul sprtny nanti bkln ada ngga nysek'nya jdi lnjut baca🤭

2022-05-11

1

Yuda Hasna

Yuda Hasna

semanggat trz fidyaaa.
💪💪💪💪

2021-12-14

0

Sikha Adhia

Sikha Adhia

pepet teruus

2021-08-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97 Tempat Khusus
98 Bab 98 Mimpi
99 Bab 99 Kadal Buntung
100 Bab 100 Tanda Lahir
101 Bab 101 Tower
102 Bab 102 Curiga
103 Bab 103 Rencana Elvina 1
104 Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105 Bab 105 Menyusun Rencana
106 Bab 106 Persis Fadlan
107 Bab 107 Rasa Itu Sama
108 Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109 Bab 109 Anakmu
110 Bab 110 Hasil Test
111 Bab 111 Celebek
112 Bab 112 Mata-Mata
113 Bab 113 Termewek-Mewek
114 Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115 Bab 115
116 Bab 116 Panen Dimulai
117 Bab 117 Jera
118 Bab 118
119 Inspirasi Author
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97 Tempat Khusus
98
Bab 98 Mimpi
99
Bab 99 Kadal Buntung
100
Bab 100 Tanda Lahir
101
Bab 101 Tower
102
Bab 102 Curiga
103
Bab 103 Rencana Elvina 1
104
Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105
Bab 105 Menyusun Rencana
106
Bab 106 Persis Fadlan
107
Bab 107 Rasa Itu Sama
108
Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109
Bab 109 Anakmu
110
Bab 110 Hasil Test
111
Bab 111 Celebek
112
Bab 112 Mata-Mata
113
Bab 113 Termewek-Mewek
114
Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115
Bab 115
116
Bab 116 Panen Dimulai
117
Bab 117 Jera
118
Bab 118
119
Inspirasi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!