Fariz masih tidak menyangka apa yang dia lihat tadi malam, gadis lugu dari desanya yang tidak memiliki siapa-siapa lagi, dia menjadi istri seorang laki-laki yang baginya itu bukan laki banget. Fariz perlahan menyesap gelas yang berisi kopi panas yang sedari tadi dia pegang.
“Mas ….” Sapaan itu membuyarkan lamunan Fariz.
Fariz menoleh kearah suara itu. Terlihat wanita yang dia cinta menggendong putrinya yang ber-umur 2,5 tahun. “Ketakutan kamu waktu dulu terjadi. Ibu Retna, Ara, dan melly menikahkan Ridwan dengan wanita yang lemah, yang tidak memiliki nyali untuk melawan mereka.
“Lah, tidak ada pemberitaan akan pernikahan mereka, aku selalu baca majalah yang sering memuat berita pernikahan pengusaha di kota ini.”
“Tadi malam aku menjemput mereka ke Bandara, sepertinya Ridwan menikah di tempat tinggal istrinya.” Fariz menarik napasnya begitu dalam, perlahan meletakkan gelas kopi yang dia pegang ke ayas meja. “Dan wanita yang sial itu, berasal dari desaku.” Terlihat kekecewaan tergurat di wajah Fariz.
“Dia keluarga kamu?”
“Bukan, tapi wanita itu cucu dari almarhum nek Salma, wanita yang sangat baik hati, yang memberiku pinjaman untuk merantau ke kota ini.”
“Kalau begitu, kita selamatkan gadis itu.”
“Aku nggak mau kamu kenapa-napa lagi, aku rela bekerja sebagai supir mereka, biar kamu nggak susah-susah buat memantau mereka, namun kamu tetap aman.”
“Dengan cara … aku akan titipkan Zilly pada mereka dengan alasan ada pekerjaan ke luar negri.”
“Aku tidak setuju El, walau Zill bukan anak kandungku, tapi aku sangat menyayangi dia. Bagaimana kalau keluarga Ridwan itu berbuat kejam pada Zill?”
“Ara dan Melly tante mereka, Ridwan ayah kandungnya, kalau mereka jahat sama darah mereka sendiri, berarti mereka semua lebih hina dari binatang.”
Dengan berat hati Fariz terpaksa menyetujui rencana Elvina, yaitu Zilly tinggal di rumah Ridwan. Fariz melakukan semua ini demi kebahagiaan Elvina, hati kecilnya masih ragu, apa benar tujuan Elvina mencari tau tentang keluarga mantan suaminya hanya untuk mencoba membantu wanita yang terperangkap dalam keluarga itu. Demi menjawab pertanyaanya, Fariz rela menyamar jadi supir agar selalu dekat dengan keluarga Ridwan.
Perlahan waktu menjawab pertanyaan Fariz, ternyata istrinya itu memang luar biasa, dia rela melakukan ini agar bisa menyelamatkan wanita lain. Elvina yakin, kalau wanita setelah dirinya bisa keluar dengan cara yang baik, maka wanita selanjutnya akan berpikir lebih jauh, kalau tidak berpikir karena tidak tau, setidaknya Elvina sudah menyelamatkan satu orang.
“Mas, boleh aku minta tolong?”
“Apa?”
“Kalau ada kesempatan, pertemukan aku dengan istri Ridwan yang sekarang, sebelum aku menitipkan Zill pada mereka.”
“Akan aku usahakan, tapi semua itu terancam gagal, kalau aku tidak berangkat sekarang.”
“Maafkan aku mas ….”
Fariz segera mengeluarkan motor butut yang terparkir diantara mobil-mobil mewah itu, Fariz juga keluar lewat pintu samping, di mana di dekat pintu itu ada gubuk, orang sekitar mengira Fariz adalah pemuda miskin.
Selama menikah dengan Elvina Fariz dan Elvina sengaja menyembunyikan status pernikahan mereka, atas kesepakatan bersama. Elvina masih di hujat karena konfliknya dengan keluarga mantan suaminya.
Elvina membelai rambut putri semata wayangnya. “Semoga tidak ada lagi wanita yang bernasib seperti mama sayang.” Elvina memejamkan kedua matanya, sambil mencium putri kecilnya.
Di kediaman Ridwan.
Fariz sudah sampai di sana, seperti biasa dia membersihkan mobil yang biasa dia setir untuk mengantar Nyonya besar atau mengantar para pelayan jika mereka di tugaskan berbelanja untuk keperluan rumah itu. Mata Fariz tertuju pada balkon rumah yang ada di lantai dua, di mana itu adalah kamar Ridwan, pastinya gadis manis kesayangan nek Salma juga menempati kamar itu. Tapi tidak ada tanda-tanda ada orang di balkon itu, Fariz kembali
melanjutkan tugasnya.
Di dalam rumah Ridwan.
Fidiya hanya duduk di sofa yang ada di ruang tamu, tidak melakukan apa-apa membuatnya bosan. Mengurung diri di kamar juga keliru. Sekilas Fidiya melirik kearah mertuanya. Wanita itu terlihat asyik melihat majalah yang dia pegang.
“Nyonya besar, perintah Nona Ara dan Nona Melly sudah kami selesaikan. Semua baju yang Nona Ara taruh di kamarnya tadi, sudah kami pindah ke kamar Tuan Ridwan.”
Retna meletakkan majalah keatas meja. “Fidiya, ganti bajumu, jangan pernah memakai pakaian yang kamu bawa dari kampung. Jangan kau coreng harga diri kami dengan pakaian lusuhmu, berpakaianlah yang rapi setiap hari, jangan kalah sama pelayan yang bekerja di rumah ini.” Titah Retna pada Fidiya.
Fidiya hanya mengikuti perintah mertuanya, dia sadar. Benar adanya pelayan di rumah ini jauh lebih rapi daripada dirinya. Fidiya mengikuti langkah kaki pelayan muda itu, hingga dirinya kembali ke kamar suaminya.
“Baju-baju buat Anda sudah kami susun dalam ruang pakaian Nona.”
“Iya, terima kasih, mbak.” Pelayan itu pergi, sedang Fidiya segera mengganti bajunya.
Tidak butuh waktu lama. Fidiya sudah selesai mengganti pakaiannya. Dia segera kembali menuju ruang tamu, namun mertuanya tidak ada lagi di sana. Fidiya melihat mbok Eni sedang berbicara dengan pelayan lain.
“Mbok ….” Fidiya berlari mendekati mbok Eni.
“Iya Nona.”
“Boleh saya berkeliling di luar rumah ini? Saya lelah mbok hanya di dalam ruangan ini.”
“Ya boleh lah, tapi Non tidak kabur ‘kan?”
“Lah enggak lah mbok. Mau kabur kemana juga, saya hanya sendiri di kota ini.”
“Bagus, kalau kabur pastinya tidak bisa, di depan sana security berjaga 24 jam.”
“Iya mbok.” Fidiya merasa lebih lega, bisa melihat keadaan alam di belahan lain dari bumi ini, yang sekarang menjadi tempat tinggalnya.
Fidiya melangkahkan kakinya menuju pintu, saat membuka daun pintu itu, angin berhenbus cukup deras, sehingga membuat rambut Fidiya terbang mengikuti arah angin. Saat yang sama. Fariz melihat itu semua. Benar itu Fidiya, 5 tahun yang lalu gadis itu masih kecil, saat ini usianya sudah18 tahun, terlihat lebih berisi dan lebih dewasa.
Fidiya memandangi keadaan di luar rumah ini. Bermacam tanaman yang tumbuh di pekarangan, terlihat beberapa tukang kebun bekerja merapikan tanaman-tanaman itu.
“Lah, Fariz, kamu di sini? Terus Nyonya besar pergi dengan siapa?” seorang kepala keamanan terkejut melihat Fariz masih ada di rumah ini.
“Nyonya besar pergi di jemput sama temannya,” jawab Fariz.
Percakapan dua orang itu berhasil menyita perhatian Fidiya, saat dirinya menoleh ke-arah dua orang itu, Fidiya merasa mengenali salah satunya, dengan senyuman kecil yang menghiasi wajahnya. Fidiya perlahan melangkah mendekati laki-laki yang tidak asing itu.
“Pak Jatmi lanjut tugas saja, sepertinya Nona baru kita, meminta bantuan saya untuk mengenali keadaan di luar rumah ini,” ucap Fariz. Kepala keamanan itupun segera melajutkan tugasnya.
Semakin mendekati laki-laki itu, senyum Fidiya semakin lebar. “Kak Fa—”
“Mari ikut saya Nona, Nona ingin mengenali keadaan di luar rumah ini ’kan?” Fariz sengaja mendahului Fidiya, sebelum wanita itunbertingkah sangat mengenalnya, walaupun benar Fidiya mengenalnya lama.
Fidiya bingung dengan reaksi Fariz yang seolah tidak mengenalnya. Fariz segera memberi kode dengan gerakkan kedua bola matanya, berharap wanita itu mengerti. Melihat gerak bola mata itu, Fidiya faham, dia pun segera mengikuti Fariz dari belakang.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Sikha Adhia
like like like...
2021-08-19
1
༺💥αψᷤαᷧh sᷫɑᷧɪͫԁᷤঔৣ ⃟🌈 ⃟❦
keren banget
2021-08-05
1
Nrfhdilh
Likenya sudah mendarat..🤗🤗 TERJERAT CINTA SATU MALAM menunggu kedatangan kk semuanya ayo mampir!.
#MariSalingMendukung❤
2021-07-16
0