Bab 10

Pujian Fadlan membuat Ara, Melly, Retna dan Ridwan membisu.

"Di mana sih, ketemu sosok seperti Fidiya, aku juga mau satu," ucap Fadlan.

Mendengar Fadlan berkata seperti itu, seketika kedua bola mata Fidiya membulat sempurna.

"Kau suka padanya, kalau suka ambillah, sebenarnya aku sama sekali tidak butuh dia." Begitu santainya Ridwan melontarkan kata-kata itu.

"Wow, aku suka gayamu, anti bucin! Di mana sekarang hampir semua yang jatuh cinta kena penyakit bucin." Fadlan menepuk lembut bahu Ridwan.

Ada yang pecah, hancur berkeping-keping, tapi tidak menimbulkan suara. Perasaan Fidiya, tidak dapat lagi bagaimana meng-ibaratkan betapa hancurnya dirinya saat ini.

Sabar Fidiya, beri dia kesempatan, dia hanya tau betapa lembutnya perhatian keluarganya, dia tidak tau, kalau kau juga bisa memberi perhatian padanya.

Berusaha tetap berdiri tegar, saat hati dan harga dirinya hancur seperti ini tidaklah mudah. Fidiya tetap berusaha nampak anggun. "Mas, acaranya sudah selesai?" Berusaha menampakkan kalau Ridwan bisa manis padanya. Tapi apa kenyataannya, laki-laki itu seperti kehilangan otaknya, dia begitu bangga mempertontonkan kebodohannya.

Ridwan tidak menanggapi pertanyaan Fidiya, Ridwan terus menegak minuman yang sedari tadi dia minum.

"Acara inti sudah selesai sayang, ini hanya acara obrolan biasa, kalau kau lelah, silakan lebih dulu ke kamar, nanti aku menyusul," goda Fadlan.

Sekujur tubuh Fidiya bergidik mendengar jawaban dari Fadlan. Tanpa pamit pada siapapun, Fidiya langsung pergi dari ruang acara itu.

Fadlan terus memandangi kepergian Fidiya, membuat Ara, Melly, dan Retna saling tatap. Entah apa rencana mereka.

Fidiya mengingat-ingat kamar yang dia tempati sebelumnya, akhirnya usahanya memberanikan diri meninggalkan tempat acara itu tidak sia-sia. Fidiya sampai di depan pintu kamarnya, tapi dia lupa membawa karta access memasuki kamar itu, akhirnya Fidiya memencet bel pintu, pada kamar yang di tempati susan. Saat pintu terbuka, Susan menyambutnya dengan senyuman ramah.

"San, bolehkah aku numpang tidur di kamarmu? Aku lupa bawa kartu untuk membuka pintu kamar yang aku tempati."

"Tenang saja bu, saya ada pegang satu kartu." Dengan santai Susan menuju pintu kamar yang ditempati Fidiya. Pintu pun terbuka. "Silakan istirahat bu," ucap Susan.

"Makasih, ya." Fidiya sangat bersyukur, setidaknya masih ada satu orang yang berbuat baik padanya.

***

Tubuh, hati, dan otak Fidiya begitu lelah menerima kenyataan yang dia hadapi hari ini. Fidiya pun langsung tertidur setelah membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya.

Saat dirinya asyik berkelana di alam mimpi, suara yang tidak karuan membuat Fidiya tersadar dari alam mimpinya, perlahan Fidiya mengerjapka n kedua matanya, terlihat Ridwan begitu kacau, penampilannya yang tadi rapi terlihat acak-acakkan.

Fidiya langsung bangkit dari posisinya, segera menyambut sang suami walau dia tau, apa nanti ujungnya.

"Mas, maaf ya, tadi aku ketiduran." Fidiya berusaha membantu Ridwan melepas jas yang dia pakai.

Brukkkk!

Bukan berterima kasih karena dibantu, Ridwan malah mendorong Fidiya hingga dirinya terpental pada tembok yang tak jauh darinya.

"Berhenti bersikap manis padaku! Aku tidak akan jatuh cinta padamu!" hardik Ridwan.

Bahunya sakit, tapi Fidiya berusaha tersenyum. "Aku tidak berharap mas cintai. Ini adalah sebagian baktiku padamu, bakti seorang istri pada suami, aku ikhlas menjalani semua ini," Fidiya berusaha tersenyum. "Tidak apa mas tidak bisa mencintaiku atau tak mau menerimaku, tapi biarkan aku berbakti, ini adalah tugasku." Fidiy kembali mendekati Ridwan, melanjutkan niatnya untuk membantu melepaskan baju yang Ridwan kenakan.

"Berhenti! Aku bisa sendiri dan aku bukan anak kecil!"

Fidiya hanya bisa terus tersenyum. Ridwan sama sekali tidak tersentuh, dia pergi meninggalkan Fidiya begitu saja. Saat punggung Ridwan menghilang di balik pintu kamar mandi, perlahan senyuman manis itu lenyap, hanya air mata yang mulai menganak sungai di pipi Fidiya. "Berhenti Fid ...." Dalam dirinya Fidiya menyerah akan keadaan ini, tapi di sudut lain, memberinya semangat untuk berjuang dan memberi kesempatan pada Ridwan. Berharap gunung batu itu sedikit memberi celah padanya. Andai perjuangannya gagal, setidaknya Fidiya tidak menyesal lagi, karena sudah berjuang.

***

Dinginnya hawa pagi mulai terasa menusuk tulang, menebalkan selimut pada tubuh, membuat mata semakin rapat terpejam. Tapi tidak bagi Fidiya, dia tetap berusaha keras untuk bangun. Menjalankan rutinitas subuh seperti biasa.

Fidiya maupun Ridwan sudah selesai dengan tugas subuh mereka. Namun keduanya saling diam, seperti orang yang masih malu-malu meong. Tapi diamnya Ridwan bukan karena malu, memang tabiat dia tidak bisa melihat pasangannya.

Fidiya berusaha tetap tegar walau hatinya ingin menjerit, terlihat jelas Ridwan sama sekali tidak menganggapnya ada.

"Mas, mau apa? Kalau mau sesuatu biar aku siapkan." Fidiya memasang senyuman manis, berharap lawan bicaranya luluh.

"Berhenti membuat dirimu seolah pelayan! Aku tau kau orang miskin, sehingga sulit bagimu melepas kebiasaan seorang pelayan."

"Aku bukan bersikap sebagai pelayan mas, aku hanya menawarkan." Senyuman kaku itu masih terukir. "Aku rela tidak mas cinta, tapi izinkan aku untuk mencintai mas. Mas tau, rasa cinta mas yang besar pada keluarga, itu yang meluluh lantahkan hatiku, walau aku tau aku tidak akan pernah dapat cinta dari mas. Aku tidak berharap dibalas mencintai, biarkan aku mencintai mas saja, karena mas suamiku."

"Pergi dari sini!"

Deggg!

Pupus sudah harapan Fidiya, tadinya dia berharap mendapat sambutan hangat dari sosok Ridwan, ternyata tetap saja hanya sebuah makian. "Iya mas, aku keluar, aku jalan-jalan lihat hotel, ini pengalaman pertamaku masuk hotel mewah gini." Fidiya berusaha tampak bodoh. Dengan senandung sesuka hatinya, Fidiya meninggalkan kamar itu.

Setelah kepergian Fidiya, Ridwan masih mematung.

Mas tau, apa yang buat aku jatuh cinta padamu? Rasa cinta mas yang luar biasa buat ibu dan adik mas. Aku Cinta mas Ridwan.

Masih terbayang jelas bagaimana Elvina mengungkapkan perasaanya. Hingga Ridwan menikahi gadis itu, apa daya pernikahan itu hanya bertahan sebentar saja.

"Dulu Elvina menggetarkan jiwaku dengan rayuannya, semua itu hanya menutupi jalan perselingkuhannya." Ridwan bingung harus bagaimana. "Apa sekarang Fidiya juga selingkuh dengan CEO itu? Kenapa CEO itu terang-terangan menawarkan sebuah pabrik besar agar aku melepaskan Fidiya?"

Ridwan menghempaskan tubuhnya keatas tempat tidur. Otaknya tidak bisa bekerja dengan baik, karena hatinya terang-terangan menentang apa yang otaknya pikirkan.

Dengan setelan santai, Fidiya menelusuri taman yang ada di hotel itu. Memandangi indahnya bunga-bunga yang di tanam di sana. Suasana pagi nan sepi, membuat Fidiya bisa melepaskan expresi apa yang dia mau, tanpa harus ja'im sama pengunjung yang lainnya.

Fidiya mengangkat kedua tangannya ke udara. "Emmmmppp!" Tiba-tiba ada yang menutup mulutnya dan menariknya ke pojokkan. Hingga Fidiya berada di sebuah ruangan yang ada di bawah tanah.

"Mbak Elvina?" Fidiya terkejut, ternyata yang membuatnya terkejut adalah Elvina.

"Maaf, aku terpaksa melakukan ini." Elvina meraih sesuatu dari tasnya. "Ini handphone buatmu jangan di tolak!"

"Tat--"

"Tidak ada tapi-tapi, terima saja. Ku mohon."

Fidiya terdiam wajah Elvin memelas sepeti itu.

"Lagian mereka semua tidak sadar kan, kalau selama ini, kamu tidak punya hp?"

Fidiya menganggukkan kepalanya.

"Biarlah itu, mumpung kita bisa berdua, aku ingin cerita, kau mau dengar?"

"Iya, mbak."

"Jangan mbak panggil El saja, di hp-mu, namaku Via, kalau ada yang kepo dengan kontak di ponselmu tidak ada yang curiga."

"Iya, terus ceritanya kapan?"

Terpopuler

Comments

🤍

🤍

Next..

2021-08-04

1

Alena Anata

Alena Anata

up

2021-07-21

0

Cika🎀

Cika🎀

ayo bersekutu😢😢😢buat sambit ridwan😠

2021-07-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97 Tempat Khusus
98 Bab 98 Mimpi
99 Bab 99 Kadal Buntung
100 Bab 100 Tanda Lahir
101 Bab 101 Tower
102 Bab 102 Curiga
103 Bab 103 Rencana Elvina 1
104 Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105 Bab 105 Menyusun Rencana
106 Bab 106 Persis Fadlan
107 Bab 107 Rasa Itu Sama
108 Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109 Bab 109 Anakmu
110 Bab 110 Hasil Test
111 Bab 111 Celebek
112 Bab 112 Mata-Mata
113 Bab 113 Termewek-Mewek
114 Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115 Bab 115
116 Bab 116 Panen Dimulai
117 Bab 117 Jera
118 Bab 118
119 Inspirasi Author
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97 Tempat Khusus
98
Bab 98 Mimpi
99
Bab 99 Kadal Buntung
100
Bab 100 Tanda Lahir
101
Bab 101 Tower
102
Bab 102 Curiga
103
Bab 103 Rencana Elvina 1
104
Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105
Bab 105 Menyusun Rencana
106
Bab 106 Persis Fadlan
107
Bab 107 Rasa Itu Sama
108
Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109
Bab 109 Anakmu
110
Bab 110 Hasil Test
111
Bab 111 Celebek
112
Bab 112 Mata-Mata
113
Bab 113 Termewek-Mewek
114
Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115
Bab 115
116
Bab 116 Panen Dimulai
117
Bab 117 Jera
118
Bab 118
119
Inspirasi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!