Bab 7

Perlahan cahaya matahari mulai meredup. Aktivitas di butik yang begitu melelahkan, akhirnya selesai. Fidiya mengikuti langkah kaki Melly. Di belakangnya, Asisten Melly juga berjalan mengekori mereka, membawa beberapa gaun. Fidiya hanya diam dan terus melangkah. Tenaganya begitu terkuras melayani para pelanggan yang datang ke butik milik Melly. Langkah kaki mereka berhenti, tepat di samping mobil Melly.

"Kakak ipar duduk di depan, Susan kamu di belakang pangku semua gaun itu," perintah Melly.

"Iya, bu."

"Salon untuk merias kami malam ini, sudah kamu hubungi?"

"Sudah juga bu, nanti mereka akan datang." Susan segera masuk kedalam mobil, begitu juga Fidiya dan Melly.

Perlahan mobil itu melaju meninggalkan butik, lumayan lama mobil itu membelah jalanan, hingga akhirnya mobil itu berhenti disebuah gedung bertingkat yang terihat megah, di sana terpampang jelas logo nama sebuah hotel. Mereka di sambut para pegawai hotel.

"Kenapa ke hotel? Bukankah rumah kalian juga di kota ini?" Fidiya bingung, padahal rumah mereka juga bagus.

"Kami lelah kak kalau harus menepuh perjalanan lagi, acara malam ini di ballroom hotel ini, jadi hemat waktu kalau kita semua menginap di sini," jelas Melly.

"Kalian baru sampai?"

Pertanyaan itu membuat Melly menoleh kearah belakang, terlihat ibunya datang bersama Ara.

"Ibu ...." Melly langsung memeluk ibunya. "Butik lumayan rame, jadi telat bu."

"Bu ...." Fidiya salim pada mertuanya.

"Iya Fid." Retna mengusap lembut pucuk kepala Fidiya. "Kamu sendirian dulu di kamar hotel selama Ridwan belum datang," ucap Nyonya Retna.

Hahahaaa, ada mas Ridwan 'pun, aku tetap merasa Sendiri. Fidiya berusaha tersenyum.

"Oh, Susan, berikan baju yang aku tandai pita warna pink itu pada Kakak iparku," pinta Melly.

Susan pun segera memberikan apa yang dimaksud Melly, pada Fidiya. Fidiya segera menyambut barang yang Susan serahkan padanya.

Merasa urusan mereka selesai, mereka segera memasuki hotel itu, menuju kamar masing-masing yang sudah mereka pesan lebih dulu.

Terlihat Ara, Melly, dan Nyonya Retna masuk dalam satu kamar yang sama, sedang Susan masuk ke kamar yang tidak jauh sendirian. Fidiya 'pun masuk ke kamar yang Melly maksud seorang diri.

Fidiya segera mengunci pintu kamar, sesampai di dalam kamar, Fidiya langsung menuju kamar mandi, rasanya seluruh tubuhnya gatal, karena seharian mandi keringat.

Saat malam tiba, pintu kamar hotel yang Fidiya tempati perlahan terbuka. Terlihat sosok tampan yang berstatus suami Fidiya. Fidiya terkejut, melihat Ridwan bisa masuk begitu saja kedalam kamar hotel ini.

"Mas, pintunya aku kunci, bagaimana mas bisa masuk?" tanya Fidiya lembut.

Bukan jawaban yang Fidiya dapat, melainkan tatapan sinis, Ridwan terus berlalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Dia tak menyentuhku, tapi kenapa ada rasa sakit yang sangat-sangat sakit Ya Tuhan .... Tidak dapat di pungkiri, air mata Fidiya terlepas begitu saja, hingga menganak sungai mengalir di pipinya.

Ting tong!

Suara bel terdengar, Fidiya dengan cepat menghapus air matanya. Dia segera melangkah menuju pintu, saat pintu terbuka, terlihat Susan Asisten Melly. "Iya mbak Susan?"

"Kata bu Mel, Anda diminta ke kamar saya, yang lain sudah di rias, sekarang giliran Anda. Kalau bisa, pakai langsung gaun yang saya serahkan tadi sore."

"Iya mbak, selesai ganti baju saya akan segera ke kamar kamu."

Susan langsung kembali, sedang Fidiya segera menutup pintu. Fidiya melangkah cepat menuju tempat di mana dia menyimpan gaun itu, sebisa yang dia minta, Fidiya segera memakai gaun itu. Selesai memakai gaun pesta, pintu kamar mandi belum juga terbuka. Fidiya memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar mandi itu.

"Apa!"

Samar terdengar suara dari dalam.

"Mas, aku mau ke kamar Susan, Melly yang minta."

Ceklak!

Pintu terbuka, terlihat busa shampo masih menempel di kepala Ridwan.

"Jika adikku atau ibuku yang meminta, cepat lakukan! Jangan bego kayak begini! dengan menunggu izin dariku" Bukan sekedar makian, tapi ujung jari telunjuk Ridwan juga mendarat di tengah-tengah dahi Fidiya.

"Iya mas, maaf." Fidiya langsung pergi dari hadapan Ridwan. Air matanya ingin menetes lagi, tapi Fidiya tahan, dia tidak mau orang lain melihatnya menangis.

Fidiya ... sadarlah, dunia Ridwan hanya kedua adiknya dan ibunya. Berhenti bersikap manis padanya.

Fidiya berusaha menguatkan dirinya, dia juga tidak tau apa perasaannya pada Ridwan, yang dia tau hanya berusaha sopan dan menghormati Ridwan sebagai suaminya. Tapi apa yang Fidiya dapat? Hanya tatapan sinis dan ucapan yang sama sekali tak meng-enakkan bagi Fidiya.

Kakinya terus melangkah meninggalkan kamar itu, menuju kamar Susan, Sesampainya di kamar Susan, Fidiya segera di rias oleh jasa perias yang sudah Melly siapkan. Wajah-wajah manis itu kini sudah kena sulap kuas ajaib milik penata rias. Tidak bisa dipungkiri Fidiya bidadari yang paling cantik diantara bidadari-bidari ini.

"Dek, Bu. Ayok turun, acaranya sebentar lagi akan di mulai." Seorang laki-laki tiba-tiba masuk ke kamar itu.

"Abang ... bagaimana penampilanku?"

"Kamu itu cantik dari lahir, karena perempuan yang melahirkan kamu itu sangat cantik. Kalau hari ini kamu makin cantik," puji Ridwan.

"Kalau aku bang?" Melly tidak mau kalah.

"Kamu juga sangat cantik, dek."

Fidiya terdiam, Ridwan hanya memandang dirinya sekilas, dan tidak perduli dengan penampilannya. Ridwan hanya memberikan pujian-pujian manis itu pada kedua adiknya dan ibunya.

"Ayo dek kita turun." Ridwan memberikan tangannya untuk Ara dan Melly.

Kedua gadis itu segera melingkarkan tangan mereka di pergelangan tangan kakak laki-laki mereka.

Kedua mata Fidiya mulai berkaca-kaca. Tidak bisakah kamu mas, memandangku dan menyanjungku walau sedikit saja. Jerit Hati Fidiya.

"Jangan melamun aja, Fid, cepat ikuti kami, nanti kamu yang nyasar kami yang repot!" ucap Retna.

"Iya, bu." Fidiya berusaha membuang kesedihannya dan segera mempercepat langkahnya menyusul dua adik ipar, mertua dan suaminya yang berjalan di depannya.

Di depan sana, Nyonya Retna berjalan paling depan, diikuti Ridwan yang masih menggandeng kedua adiknya. Terdengar Ridwan terus memuji kedua adiknya. Hati Fidiya semakin terasa sakit. Tidak berharap diperlakukan sama. Tapi diabaikan seperti ini, sangat tersiksa.

Kuat Fidiya, bukankah kamu pernah lebih susah dari ini, dan bukan hal baru kamu tidak terlihat.

Fidiya menarik napasnya begitu dalam, menghembuskannya perlahan. Harusnya yang digandeng seorang laki-laki yang sudah ber istri itu adalah istrinya, kenyataan di depan mata, Ridwan melenggang bebas menggandeng kedua adiknya, dan meninggalkan Fidiya berjalan seorang diri. Fidiya semakin merasa asing ditempat yang asing ini.

Alunan musik mulai terdengar, perlahan Fidiya dan keluarga Ridwan melewati sebuah pintu, setelah melewati pintu itu, pemandangan yang indah langsung menyambut mata mereka. Fidiya tertegun, biasanya dia melihat pemandangan seperti ini di televisi saat pernikahan artis atau acara sebuah penghargaan.

"Jaga sifatmu! Kau itu kampungan dan udik! Jangan sampai kau mempermalukan aku, ibuku, dan kedua adikku karena sifat kampunganmu!"

Hardikkan Ridwan menghapus seketika rasa takjub Fidiya pada ruangan ini. "Iya mas." Rasanya sulit sekali untuk mengeluarkan kata-kata, rasa sakit itu seakan mencekik leher Fidiya.

Terpopuler

Comments

Zuraida Zuraida

Zuraida Zuraida

keluarga gila

2022-12-30

1

Ima Ko

Ima Ko

semoga kedua adik perempuannya besuk di perlakukan kayak gitu sama swami dan emak mertuanya

2022-03-20

0

guntur 1609

guntur 1609

suruh ja ridwan kawini mama sama kedua adiknya. dasar ridwan begok

2022-03-05

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97 Tempat Khusus
98 Bab 98 Mimpi
99 Bab 99 Kadal Buntung
100 Bab 100 Tanda Lahir
101 Bab 101 Tower
102 Bab 102 Curiga
103 Bab 103 Rencana Elvina 1
104 Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105 Bab 105 Menyusun Rencana
106 Bab 106 Persis Fadlan
107 Bab 107 Rasa Itu Sama
108 Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109 Bab 109 Anakmu
110 Bab 110 Hasil Test
111 Bab 111 Celebek
112 Bab 112 Mata-Mata
113 Bab 113 Termewek-Mewek
114 Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115 Bab 115
116 Bab 116 Panen Dimulai
117 Bab 117 Jera
118 Bab 118
119 Inspirasi Author
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97 Tempat Khusus
98
Bab 98 Mimpi
99
Bab 99 Kadal Buntung
100
Bab 100 Tanda Lahir
101
Bab 101 Tower
102
Bab 102 Curiga
103
Bab 103 Rencana Elvina 1
104
Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105
Bab 105 Menyusun Rencana
106
Bab 106 Persis Fadlan
107
Bab 107 Rasa Itu Sama
108
Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109
Bab 109 Anakmu
110
Bab 110 Hasil Test
111
Bab 111 Celebek
112
Bab 112 Mata-Mata
113
Bab 113 Termewek-Mewek
114
Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115
Bab 115
116
Bab 116 Panen Dimulai
117
Bab 117 Jera
118
Bab 118
119
Inspirasi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!