Bab 3

Fidiya FOV

Apa yang dilakukan laki-laki ini? Ini sangat menyakitkan. Tuhan … Aku hanya bisa menangis, sekuat tenaga berusaha menahan suara tangis ini agar tidak terlepas. Dia terus melakukan apa yang dia mau, tempat tidur ini bergoncang begitu hebat, aku sangat sakit ya Tuhan.

Arggghhh!

Dia meleguh, terlihat dia sangat menikmati keadaan ini, apakah dia tidak bisa berbuat sedikit saja lebih manis untukku? Jangankan memandang, menoleh saja dia tidak, setelah dia menyemai benih kedalam tubuhku, setelah selesai dia pergi begitu saja.

Aku hanya bisa memadangi langit-langit kamar ini, apakah aku ini hanya seperti sebatang kayu?

Ini sangat sakit … seperti apa untuk menghilangkan semua rasa sakit ini? Menangis, hanya menangis yang aku bisa. Inikah yang dinamakan malam pengantin? Inikah yang dinamakan bercinta? Kenapa aku hanya bisa merasakan sakit, ini bukan percintaan, tapi ini penyiksaan.

Samar terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, segera ku hapus air mata ini, mencoba tersenyum padanya. Percuma, dia sama sekali tidak memandangku. Lelah, lebih baik memejamkan mata ini, daripada melihat semua ini. Berharap semua ini hanya mimpi, dan saat terbangun melihat desa yang indah.

****

Kepalaku terasa pusing, kenapa tempat tidur ini bergoncang

begitu hebat, perlahan kubuka kedua mataku. Astaga … kenapa laki-laki ini kembali menumpahkan hasratnya, dia hanya bisa memuaskan dirinya.

“Mas ….” Pekikku. Berharap dia sedikit saja iba padaku.

Dia tidak perduli, dia hanya tau memuaskan dirinya, dan masa bodoh dengan diriku, setelah menumpahkan semuanya, dia kembali tidak melihatku. Benar saja, saat dia selesai, dia pergi lagi.

“Sabar Fidiya, mungkin dia malu.” Berusaha menguatkan diri sendiri dengan bersangka baik padanya.

Saat dia selesai dari kamar mandi, aku segera masuk kamar mandi. Kami berselisihan di depan pintu kamar mandi, dia terlihat begitu tampan, dengan setelan rumahan. Wajahnya juga terlihat segar dengan rambut basahnya. Tapi, dia sama sekali tidak menghiraukanku.

Kembali berusaha kuat, segera ku pacu langkah kakiku memasuki kamar mandi, biar bisa menumpahkan air mata ini.

Apalagi yang bisa aku adukan padamu Tuhan?

Air mata ini terus menetes, melihat Ridwan sama sekali tidak menganggapku, tapi dia memakai tubuhku saat dia mau. Menangis terus juga tidak mengurangi rasa sesak di hati, juga tidak membuat mas Ridwan peka.

Cahaya matahari mulai terlihat, hawa yang tadi begitu dingin perlahan kamar ini terasa hangat. Selesai melakukan kewajiban subuh tadi, aku hanya mengurung diri di kamar, ini sangat tidak baik, jika hanya berdiam diri di kamar. Sedang mas Ridwan selesai melakukan pekerjaan subuhnya, dia sudah pergi dari kamar ini.

Segera ku langkahkan kaki menuju meja makan atau dapur, barangkali ada pekerjaan yang bisa dilakukan di sana.

Sesampai lantai bawah, terlihat pelayan yang tadi malam menemaniku. “Mbok Eni ….” Sapaku.

Mbok Eni tersenyum, dia melambaikan tangan padaku, dengan begitu semangat aku segera menghampirinya.

“Pengantin baru bisa bangun pagi-pagi,” ledek mbok Eni.

“Mbok, ada yang bisa aku kerjakan?”

“Rumah ini sudah sangat banyak pelayan, lebih baik Nona berkumpul saja dengan Nona Ara dan Nona Melly, mereka di meja makan mengobrol dengan Nyonya besar.”

“Iya mbok.” Segera ku langkahkan kaki menuju meja makan, benar saja di sana ada tiga orang.

“Selamat pagi semua.” Ku coba menyapa mereka semua.

“Pagi juga kakak ipar,” ucap Melly dan Ara bersamaan.

“Pagi juga, nak.” Sapa ibu.

Alhamdulillah, mereka masih bisa melihatku. Tidak seperti laki-laki itu.

“Ayo, sini sayang. Kita kumpul pagi, karena hanya pagi dan malam kita semua bisa berkumpul. Ara dan Melly kalau siang, mereka bekerja,” ucap ibu mertuaku.

Aku hanya menganggukkan kepala, segera duduk di kursi yang rada jauh dengan mereka. Meja makan ini besar, cukup untuk dua belas orang.

“Melly, di butik kamu perlu pegawai, kalau perlu masukan saja Fidiya di sana, aku tidak suka melihat orang yang menganggur!”

Ada rasa sakit mendengar ungkapan itu, tapi sakit kenapa? Lagi-lagi, aku hanya bisa tersenyum.

“Maaf kak, di keluarga kami, semuanya ibu rumah tangga+wanita karir yang sukses. Jadi … kami sangat benci jika orang yang tidak menggunakan waktunya, dan menghabiskan waktu hanya untuk rebahan atau berdiam diri.” Melly menambahi.

“Jika mas Ridwan setuju, aku tidak masalah, padahal tadinya aku hanya berharap untuk mengabdikan diriku untuk mas Ridwan, menjadi istri pada umumnya.”

“Kalau kami miskin itu tepat, tapi kami punya pembantu dan mereka lebih professional dibanding dirimu!”

Kata-kata itu terlontar dari mulut laki-laki yang berstatus suamiku. Aku berdiri untuk menyambutnya. Percuma, dia sama sekali tidak perduli.

“Maaf mas, sebagai seorang istri, aku hanya ingin membuat mas bahagia, dan kewajibanku berbakti, taat dan patuh padamu.”

“Ingin aku bahagia, cukup bahagiakan kedua adikku dan ibuku,

mereka adalah kebahagiaanku. Andai mereka tidak memintaku untuk menikahimu, tidak sudi aku tidur sekamar dengan orang lain.” Dia memandangku dengan tatapan dingin dan sinis, sangat berbeda saat dia memandang kedua adiknya dan ibunya.

Jlebbbb!

Sadis! Tidak sudi? Tapi dia menumpahkan segala keinginan

lelaki yang satu itu padaku, fix! Aku hanya pelampiasan nafsunya. Semoga engkau.tidak bosan memberi kekuatan padaku, ya Rabb.

Ridwan merubah arah pandangannya, tatapan yang begitu teduh tertuju pada ibunya. “Maaf ya bu, aku lupa menyapa ibu.”

Satu per satu pelayan mendekat, meja makan yang tadi hanya berisi buah dan satu teko air putih, perlahan di penuhi makanan. Waw, menu yang luar biasa, aku terbiasa sarapan pagi dengan nasi hangat dan sebutir telor ceplok atau dadar, bahkan sering tidak makan, kalau tidak dapat pekerjaan lagi. Tapi saat itu hati ini sangat bahagia, tidak seperti saat ini.

“Ayo makan kakak ipar,” ucap Ara.

Aku hanya tersenyum dan menganggukkan pelan kepalaku. Kami semua menikmati sarapan pagi ini. Tidak ada pembicaraan lagi, semua menikmati makanan yang ada di piring masing-masing. Terlihat mas Ridwan mulai berdiri sambil mengelap bagian mulutnya.

“Mau berangkat kerja mas?” tanyaku lembut.

“Memangnya kenapa? Kemana aku bukan urusanmu!” bentaknya.

“Maaf mas, aku hanya ingin salim sama mas.”

“Tidak perlu!” Dia pergi begitu saja meninggalkanku dengan segala rasa perih.

“Abang ….” Rengek Ara.

“Iya dek ….” Jawabnya lembut.

“Hati-hati.”

“Iya dek.” Ridwan berjalan mendekati Ara, Melly dan ibunya. Dia mengusap lembut pucuk kepala adiknya begitu penuh kasih sayang, dan mendaratkan ciuman di sana, juga salim pada ibunya, tidak lupa mencium pipi kanan ibunya. “Pamit ya bu, dek ….” Ucapnya.

“Iya, hati-hati.” Ketiga wanita itu menyahut dengan kalimat yang sama.

Ingin rasanya kutenggelamkan diri ini ke dasar bumi, sakit, malu, kecewa, menjadi satu. Kenapa dia menikahiku kalau hanya menorehkan luka pada hidupku?

“Lihat Fidiya, jangan pernah berpikir untuk menguasai anakku!” cerca wanita itu.

“Menguasai? Apa maksud ibu?”

“Biasanya seorang laki-laki kalau menikah melupakan keluarganya

dan asyik dengan istrinya, tapi kalau kakak kami tidak, lihat saja dalam

hidupnya hanya ada kami.” Melly menambahi.

Aku masih tidak mengerti. “Menguasai seperti apa yang ibu maksud?”

“Jangan pura-pura embodoh, kami sudah tau seperti apa perempuan yang menginginkan posisi Nyonya Ridwan. Tapi sebelum kamu salah jalan, patuhi kami, maka posisi kamu aman, karena seperti yang Ridwan bilang, kami bahagia dia juga bahagia,” terang ibu.

“Kalau bersama kalian mas Ridwan sudah bahagia, kenapa kalian malah meminta dia menikahiku?”

“Karena hanya seorang istri yang bisa melayani yang satu itu, kalau yang lain, tidak perlu.”

Melly dan Ara pamit pada ibu mereka, sedang aku masih mematung memahami ini semua.

Terpopuler

Comments

Ummi Na Ssya

Ummi Na Ssya

tega banget ih....amit2

2023-09-01

1

Ummi Na Ssya

Ummi Na Ssya

kalo di reallife ada gak laki kaya gitu?

2023-09-01

0

Dewa Rana

Dewa Rana

fidiya hanya utk pelampiasan

2023-01-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97 Tempat Khusus
98 Bab 98 Mimpi
99 Bab 99 Kadal Buntung
100 Bab 100 Tanda Lahir
101 Bab 101 Tower
102 Bab 102 Curiga
103 Bab 103 Rencana Elvina 1
104 Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105 Bab 105 Menyusun Rencana
106 Bab 106 Persis Fadlan
107 Bab 107 Rasa Itu Sama
108 Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109 Bab 109 Anakmu
110 Bab 110 Hasil Test
111 Bab 111 Celebek
112 Bab 112 Mata-Mata
113 Bab 113 Termewek-Mewek
114 Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115 Bab 115
116 Bab 116 Panen Dimulai
117 Bab 117 Jera
118 Bab 118
119 Inspirasi Author
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97 Tempat Khusus
98
Bab 98 Mimpi
99
Bab 99 Kadal Buntung
100
Bab 100 Tanda Lahir
101
Bab 101 Tower
102
Bab 102 Curiga
103
Bab 103 Rencana Elvina 1
104
Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105
Bab 105 Menyusun Rencana
106
Bab 106 Persis Fadlan
107
Bab 107 Rasa Itu Sama
108
Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109
Bab 109 Anakmu
110
Bab 110 Hasil Test
111
Bab 111 Celebek
112
Bab 112 Mata-Mata
113
Bab 113 Termewek-Mewek
114
Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115
Bab 115
116
Bab 116 Panen Dimulai
117
Bab 117 Jera
118
Bab 118
119
Inspirasi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!