Bab 18

Sebuah ikatan terjalin begitu saja saat hati mulai merasa nyaman, sejauh apapun jarak yang memisahkan, signal rasa itu tetap hadir, saat orang yang kita sayang mengalami masalah.

Ismi terbangun dari tidurnya, sejak tadi sore dia merasakan perasaan aneh yang sangat tidak mengenakkan ini, air matanya juga menetes begitu saja. Sore tadi dia menelepon keluarga di desa, juga mengirim pesan pada Fidiya, semua jawaban yang Ismi dapat sama, 'aku baik-baik saja.' Ismi bingung, bagaimana mengusir perasaan yang sangat mengganjal ini.

Dia menilik jam weker yang ada di dekatnya, waktu menunjukka jam dua dini hari. "Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku?" Rasanya Ismi putus asa mengatasi rasa aneh yang terus menggerogoti jiwanya.

"Tuhan, di manapun mereka berada, lindungilah mereka, lindungi orang-orang yang aku sayangi, Tuhan." Air mata menetes begitu saja membasahi pipi mulus gadis itu

Keringat dingin mulai membasahi wajah Ismi, rasa takut ini tidak juga hilang. Ismi memilih bangun dan segera mengambil air wudu, untuk mendirikan solat malam.

Dalam sujud terakhirnya, Ismi terus bermunajat meminta perlindungan untuk orang-orang yang dia sayang. Malam semakin larut, pagi pun semakin mendekat, sudah satu jam Ismi terjaga, Ismi terbayang wajah Fidiya, ingin rasanya menelepon sahabatnya itu, mengingat jam sudah jam 3, Ismi mengurungkan niatnya.

******

Samar terdengar suara wirid yang terdengar dari to'a musahala yang tidak jauh dari kost-nya, membuat Ismi langsung membuka matanya. Saat matanya terbuka sempurna, Ismi sangat jelas mendengar suara wirid itu. "Akhhh! Aku hampir telat!" Ismi berlari ke kamar mandi, mengejar waktu subuh yang hampir pergi.

Selesai mengerjakan tugas subuh, Ismi merasa lega, dia langsung mengambil handphonenya, mengirim pesan pada Fidiya, untuk menanyakan keadaan temannya.

Tidak ada balasan, Ismi mendengus. dirinya terus terbayang Fidiya, andai tidak bekerja, saat ini juga dia pergi menemui Fidiya, tapi pekerjaan sudah menunggunya. Ismi meraih seragam OB yang tergantung di pintu kost miliknya.

Apapun yang dia rasa, menjunjung tinggi profesionalitas kerja diatas segalanya bagi ismi. Dengan semangat Ismi memakai seragamnya, selesai ... dia langsung meraih tas dan handphone-nya, melangkah begitu semangat menuju jalan raya.

******

Arnaff, pemimpin perusahaan tempat Ismi bekerja. Laki-laki itu terus melangkah menuju ruang kerjanya. Saat memasuki ruang kerjanya, dia terkejut melihat seorang gadis berseragam OB tertidur di salah satu kursi yang ada di depan meja kerjanya.

Mata Arnaff terus fokus memerhatikan wanita itu, ternyata dia adalah Ismi, pegawai yang baru 10 hari bekerja di perusahaannya, gadis yang ceria dan cekatan, juga sorang wanita pekerja keras.

Kedua alis Anaff tertaut, baru kali ini dia mendapati Ismi tertidur, biasanya gadis ini paling semangat senyumnya selalu dia perlihatkan. Tidak tau kenapa, sejak awal melihat Ismi, dia merasa Ismi berbeda, dan sering merepotkan Ismi dengan segala permintaannya. Tapi Ismi tidak pernah protes, dia selalu mematuhi perintah Arnaff.

"Huaahhh!"

Gadis itu menggeliat. Arnaff langsung berhenti mengagumi ciptaan Tuhan yang begitu mempesona itu.

"Bapak ...." Seketika Ismi terbangun, saat menyadari ada bos di depannya. "Maaf Pak, saya ketiduran, maaf ...." Ismi sangat menyesal, gara-gara perasaan aneh yang dia rasa hingga kini, membuatnya ketiduran di ruangan bos-nya.

"Berani sekali kamu tidur di ruangan saya. Kamu saya hukum! Makan siang bersama saya." Arnaff langsung duduk di kursi kerjanya, tanpa memerdulikan reaksi wajah Ismi.

"Jangan mahal-mahal ya Pak, uang saya buat adik saya kuliah." Ismi memohon.

"Buatkan saya kopi!" Arnaff tidak memerdulikan permohonan Ismi. Dia mulai membuka laptopnya.

"Iya Pak." Ismi langsung pergi meninggalkan ruangan bosnya.

Ismi terus melangkah menuju pantry, sedang pikirannya mulai terbang entah kemana.

Ayah, ibu, maaf bulan ini pasti kalian sangat kesulitan karena uang yang akan aku kirim sedikit. Rian ... Rishi, maafkan kakak.

***

Di tempat yang lain.

Fidiya merasa kepalanya begitu berat, dia ingin menggerakkan tangannya untuk memijat kepalanya, entah kenapa rasanya begitu sulit untuk menggerakkan tangan mencapai kepalanya.

"Hati-hati kalau bergerak, nanti jarum infusmu lepas lagi."

Mendengar suara itu membuat Fidiya terkejut dan berusaha keras untuk membuka kedua matanya. Penglihatannya tidak jelas, matanya baru bisa menangkap keadaan ruangan yang serba putih. Wajah orang yang berdiri di dekatnya masih buram.

"Apakah aku sudah mati?" ucap Fidiya.

"Apa aku terlalu tampan? Sehingga kau merasa ini di sorga, dan aku adalah Arjuna yang bertugas melayanimu?"

Fidiya tidak berdaya untuk meladeni orang yang berbicara dengannya. "Kepalaku ... pusing."

"Sini aku pijat."

Benar saja, Fidiya merasakan tangan yang begitu hangat memijat kepalanya, hingga dirinya larut kembali ke alam bawah sadarnya.

****

Rumah Ridwan terasa berbeda, setelah mengusir Fidiya tadi malam Ridwan bingung harus berbuat apa. Jam sudah menujukkan jam 9 siang, laki-laki itu masih melamun di meja makan, hari ini dia sengaja tidak datang ke pabrik. Sedang kedua adiknya sudah pergi bekerja.

"Kamu merindukan Fidiya?"

Suara itu memecah lamunan Ridwan. Dia memandang kearah suara itu. "Tidak bu, aku hanya kesepian saat malam, karena tidak ada yang aku lihat di kamar selain diriku sendiri."

"Tenang saja, kamu itu tampan dan mapan, wanita mana yang bisa menolakmu, tapi sebelum itu, ceraikan Fidiya secara sah. Karena perempuan yang berpendidikan tidak mau jadi pelakor."

"Maksud ibu?"

"Ibu akan carikan kamu istri yang cantik dan berpendidikan, biar dia bisa mengimbangi kamu. Karena status kamu masih seorang suami, akan sulit bagi ibu untuk mencarikan perempuan yang mau, karena yang seperti ibu bilang, mereka yang pintar dan berpendidikan tidak mau jadi pelakor. Kalau statusmu masih seperti ini, mana ada perempuan pintar seperti itu mau padamu."

"Kalau begitu, ibu urus saja semuanya. Aku hanya ingin pendamping bu."

"Baik sayang, akan ibu urus semuanya." Senyuman Retna begitu permanen, sangat bahagia atas segala keberhasilannya.

****

Hari ini Ara tidak langsung ke pabrik Ridwan, tapi dia mendatangi perusahaan milik Fadlan. Menanyakan kapan dia mendapat haknya. Sesampai di sana, Ara hanya bertemu Seno, Sekretaris Fadlan.

"Mana Fadlan?" Ara langsung pada tujuannya.

"Tuan sedang ke luar kota, ada sesuatu? biar saya sampaikan pada Tuan."

"Aku ingin dia mencarikan pengganti buat abangku, wanita cantik modis, dan bersedia menikah dengan abangku."

"Itu di luar kesepakatan Nona, tiga Apartemen dan satu pabrik, itu bukan harga yang sedikit."

"Kalau abang tidak dapat pengganti, dia tidak akan mau membuka sidang cerai dengan Fidiya."

Seno mengalah, dia langsung menelepon Fadlan, melaporkan permintaan Ara.

"Berikan apa yang dia mau, sekalian bonus." Jawaban itu yang Seno dapat dari Fadlan.

Seno hanya menggelengkan kepala, untuk satu wanita yang di-inginkan, bos-nya itu rela mengeluarkan banyak uang.

"Kata Tuan, dia akan carikan perempuan seperti yang Anda minta, tapi setelah Tuan kembali."

Merasa keinginannya terpenuhi, Ara langsung pergi dari perusahaan Fadlan, dan langsung menuju pabrik keluarganya, menjalankan rutinitas seperti biasanya

Terpopuler

Comments

Ⓤ︎Ⓝ︎Ⓨ︎Ⓘ︎Ⓛ︎

Ⓤ︎Ⓝ︎Ⓨ︎Ⓘ︎Ⓛ︎

isminya meninggal...
bang arnaf nya dijodohkan ama syafi...

eeh bang arnaf salah paham ama syafi...
akhirnya syafi ama bang dirga...

bang arnaf batal nikah lagi 😄

2021-07-23

0

🍄

🍄

gila2an 😣😣

2021-07-08

0

🐊⃝⃟SUMI🐊⃝⃟🐊⃝⃟(HIATUS)

🐊⃝⃟SUMI🐊⃝⃟🐊⃝⃟(HIATUS)

astga masih blm sdar si Rid

2021-06-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97 Tempat Khusus
98 Bab 98 Mimpi
99 Bab 99 Kadal Buntung
100 Bab 100 Tanda Lahir
101 Bab 101 Tower
102 Bab 102 Curiga
103 Bab 103 Rencana Elvina 1
104 Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105 Bab 105 Menyusun Rencana
106 Bab 106 Persis Fadlan
107 Bab 107 Rasa Itu Sama
108 Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109 Bab 109 Anakmu
110 Bab 110 Hasil Test
111 Bab 111 Celebek
112 Bab 112 Mata-Mata
113 Bab 113 Termewek-Mewek
114 Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115 Bab 115
116 Bab 116 Panen Dimulai
117 Bab 117 Jera
118 Bab 118
119 Inspirasi Author
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97 Tempat Khusus
98
Bab 98 Mimpi
99
Bab 99 Kadal Buntung
100
Bab 100 Tanda Lahir
101
Bab 101 Tower
102
Bab 102 Curiga
103
Bab 103 Rencana Elvina 1
104
Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105
Bab 105 Menyusun Rencana
106
Bab 106 Persis Fadlan
107
Bab 107 Rasa Itu Sama
108
Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109
Bab 109 Anakmu
110
Bab 110 Hasil Test
111
Bab 111 Celebek
112
Bab 112 Mata-Mata
113
Bab 113 Termewek-Mewek
114
Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115
Bab 115
116
Bab 116 Panen Dimulai
117
Bab 117 Jera
118
Bab 118
119
Inspirasi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!