Bab 6

Seorang pemuda berjalan begitu santai memasuki butik milik Melly, dia bertanya pada salah satu pegawai, di mana tempat yang Melly siapkan untuknya. Pegawai yang mengenali pemuda itu, dia segera menunjuk kearah sofa empuk yang memang di persiapkan untuk pemuda itu dan mamanya.

"Ayo mah." Pemuda itu berjalan menggandeng mamanya menuju tempat yang di tunjuk oleh pegawai butik tadi.

Saat sampai di dekat sofa itu, terlihat seorang gadis cantik duduk di sana sambil memijat kakinya, di samping kakinya yang satu, ada sepatu hak tinggi.

"Sepatu hak tinggi itu, indah terlihat bagi yang melihat, tapi menyiksa mereka yang memakai."

"Tapi yang memakai juga, mengapa mereka rela menyiksa diri hanya untuk sebuah penampilan, apa mama mau sepatu hak tinggi juga?"

"Dasar nakal! Buat apa mamamu ini pakai sepatu hak tinggi?" Diiringi cubitan yang mendarat di punggung lengan putranya.

"Untuk menggodaku, mah ...."

"Idih ...."

Pemuda itu kembali memandangi gadis cantik itu.

"Kamu yang ditugaskan untuk melayani kami?"

Sontak gadis itu menegakkan wajahnya. Membuat pemuda yang di depannya itu terpana saat melihat jelas bagaima garis wajah yang dimiliki gadis itu.

"Kakak ipar, kenapa di sini?"

Pertanyaan yang terdengar telinga pemuda itu, membuatnya mengalihkan pandangannya. "Kakak ipar?" Pemuda itu balik bertanya pada seorang wanita yang berdiri di sampingnya.

"Kak Fadlan, dia adalah Fidiya, istri abang."

"Kapan Ridwan menikah lagi, Mel?"

"Lagi?" sela Fidiya.

"Abang menikah sebulan yang lalu, owh maaf kak, kami tidak cerita kalau abang itu duda, tapi pernikahannya yang pertama tidak terdaftar di catatan negara, makanya status ktp abang masih perjaka."

Kini terjawab sudah pertanyaan Fidiya yang selama ini terus berputar di benaknya.

"Kakak ipar, cari tempat lain, tempat ini untuk teman aku dan mamanya," pinta melly.

"Iya Mel, maaf kaki aku pegal tidak biasa memakai sepatu hak tinggi." Fidiya segera menenteng sepatu hak tinggi yang sedari tadi dia lepaskan, dan secara sopan undur diri pada dua orang pelanggan Melly.

"Kakak ipar, yang memakai sepatu itu kakimu, bukan jemari tanganmu," tegur Melly.

"Maaf Mel, kaki kakak sakit, kakak gak pernah memakai begini."

"Ku adukan sama kak Ridwan, karena kakak ipar bikin malu aku, di depan tamu!" ancam Melly.

"Maaf, Mel, bukan bermaksud mempermalukan kamu. Baiklah, akan kakak pakai." Fidiya mencari kursi untuknya duduk memakai kembali sepatu yang menyiksa kakinya ini.

"Mbak, apa mbak keberatan kalau hanya bertelanjang kaki menemani saya mencari pakaian buat saya?" tanya Fadlan.

"Fadlan, biar aku saja menemani kamu, kakak ipar mana mengerti fashion," Melly menyela.

"Kalau dia tidak mengerti, kenapa kamu tugaskan di sini, dan menyiksanya dengan memintanya memakai sepatu itu?"

Melly terdiam, khayalannya bisa bercengkrama bersama Fadlan tinggal angan, laki-laki itu malah meminta di temani Fidiya.

"Kamu temani mamaku, biar aku wanita itu yang menemani." Fadlan melepas sepatu kulit yang dia pakai, juga melepas kaos kakinya. "Mbak, tolong mbaknya juga seperti saya, tidak memakai apapun!"

Fidiya bingung mematuhi siapa, Fidiya memandang kearah Melly, meminta jawaban pada adik iparnya tersebut. Melly meng-isyaratkan agar Fidiya mengikuti mau pelanggan laki-laki itu, Fidiya pun segera mengikuti kemana laki-laki itu melangkah.

Sebal dan kecewa, tapi Melly berusaha tersenyum melayani perempuan yang ada di depannya. "Malam ini tante Raya akan menghadiri pesta?" Melly berusaha membuka pembicaraan, mengusir rasa jenuh yang mulai menderanya.

"Iya, Fadlan selalu memintaku untuk mendampinginya kalau ada acara terbuka seperti ini." Wanita itu ters memandangi pakaian yang dia pegang.

"Kenapa kak Fadlan tidak ...." Melly bingung memakai kata yang tepat untuk menanyakan perihal pendamping Fadlan. "Em ... misal, pacar, calon istri atau apalah itu."

"Kata Fadlan, dia belum menemukan wanita yang bisa mencuri hatinya."

"Jodohkan saja tante, abang Ridwan, menikahi istrinya, itu karena kami yang meminta, kalau bukan kami, mungkin abang memilih jomblo selamanya. Karena bagi abang, kamilah dunia dia. Nah ... mungkin bagi kak Fadlan, tante adalah dunianya, tante pinta saja dia menikahi pilihan tante."

"Ah, tante juga belum menemukan perempuan yang mampu mencuri hati tante, untuk tante pilihkan jadi istri Fadlan, jadi ... biarlah seperti ini."

Melly berusaha tersenyum, walau dalam dirinya emosi karena tante Raya tidak peka, tidak juga memilih dirinya untuk jadi pendamping Fadlan.

Di sudut yang di penuhi pakaian Pria.

Fidiya hanya diam, dia membiarkan laki-laki itu memilih bajunya sendirian.

"Tuan, kenapa Anda malah meminta saya menemani Anda? Saya tidak punya pengetahuan dengan jenis fashion."

"Saya tau, saya memilih kamu karena tidak tau, pastinya kamu akan diam, dan saya suka keheningan." Tanpa menoleh pada Fidiya, Fadlan terus memilih pakaian yang ada di depannya, hingga pilihannya jatuh pada satu setelan berwarna hitam.

"Saya sudah selesai, ayo ikuti saya."

Fidiya membuang kasar napasnya, dia hanya mengikuti laki-laki itu, tapi bersama laki-laki ini, rasa sakit pada kakinya tadi hilang. Fidiya tersenyum sendiri.

"Kalau ingin berterima kasih, ucap aja jangan malu, saya tau kamu senyum-senyum," ucap Fadlan.

"Iya, terima kasih, Tuan. Karena sangat membantu saya hari ini."

"Kenapa sih mau, memakai barang menyiksa itu?"

"Mau bagaimana? Impian saya hanya jadi seorang istri yang setiap saat mengantar suami bekerja, dan menyambut suami dengan senyuman, tapi mas Ridwan tidak butuh wanita seperti itu, mas Ridwan butuh perempuan yang pinter cari duit!" Fidiya langsung membisu, merasa bersalah karena tidak sengaja berbicara lancang seperti tadi. "Maaf, Tuan." Fidiya sungguh ketakutan, dia tidak mengenal laki-laki itu, tapi dia malah berbicara melempati batas. Fidiya memilih pergi meninggalkan laki-laki itu.

"Wanita impianku," gumam Fadlan. Fadlan masih mematung pada tempatnya, tidak menyadari kalau ada seorang wanita yang tersenyum bahagia mendengar pengakuan hatinya.

Sesampai di tempat mamanya dan Melly berada, Fadlan mengedarkan pandangannya, mencari sosok Fidiya. Sayang sekali, wanita itu tidak ada di sekitar sana.

"Kakak ipar kamu mana? Tadi aku suruh kembali duluan, karena aku sudah selesai." Fadlan berusaha santai, agar Melly tidak curiga.

"Kakak ipar pergi ke toilet, mohon maaf, kalau dia sama sekali tidak membantu." sesal Melly.

"Sangat membantu, karena aku butuh pendengar, bukan pengeritik, kakak iparmu pendengar yang baik, karena dia tidak tau fashion, jadi dia hanya mengangguk saat aku tanya pendapat." Fadlan tersenyum, dia memberika setelan yang dia pilih pada Melly. "Ini punyaku, tolong langsung di total saja sama punya mama."

Pegawai yang berdiri dekat Melly, segera menerima yang Fadlan sodorkan, termasuk kartu yang Fadlan berikan untuk pembayaran. Selesai semuanya, Fadlan dan mamanya pergi meninggalkan butij itu.

Merasa lama bersembunyi, Fidiya perlahan keluar dari kamar mandi, sesampainya di luar matanya memandang kesana kemari, memastikan laki-laki itu tidak ada.

"Kenapa kak?"

Pertanyaan itu membuat Fidiya terkejut.

"Eh, Mel, bagaimana?"

"Bagaimana apanya?"

"Pelanggan kamu, yang sama aku barusan?"

"Tenang saja, dia puas sama kinerja kakak ipar." Melly menepuk pundak Fidiya.

"Huh ...." Fidiya sangat bahagia, ternyata laki-laki itu tidak mengadukan ucapannya.

Terpopuler

Comments

Sikha Adhia

Sikha Adhia

udh sama Fadhlan aja yaa..

2021-08-19

1

Cika🎀

Cika🎀

ntar gelud g ya🤔

2021-07-06

1

Fatma ismail

Fatma ismail

sprti apakah kisahnya nanti ,,lanjut marathon ajh

2021-07-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97 Tempat Khusus
98 Bab 98 Mimpi
99 Bab 99 Kadal Buntung
100 Bab 100 Tanda Lahir
101 Bab 101 Tower
102 Bab 102 Curiga
103 Bab 103 Rencana Elvina 1
104 Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105 Bab 105 Menyusun Rencana
106 Bab 106 Persis Fadlan
107 Bab 107 Rasa Itu Sama
108 Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109 Bab 109 Anakmu
110 Bab 110 Hasil Test
111 Bab 111 Celebek
112 Bab 112 Mata-Mata
113 Bab 113 Termewek-Mewek
114 Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115 Bab 115
116 Bab 116 Panen Dimulai
117 Bab 117 Jera
118 Bab 118
119 Inspirasi Author
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97 Tempat Khusus
98
Bab 98 Mimpi
99
Bab 99 Kadal Buntung
100
Bab 100 Tanda Lahir
101
Bab 101 Tower
102
Bab 102 Curiga
103
Bab 103 Rencana Elvina 1
104
Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105
Bab 105 Menyusun Rencana
106
Bab 106 Persis Fadlan
107
Bab 107 Rasa Itu Sama
108
Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109
Bab 109 Anakmu
110
Bab 110 Hasil Test
111
Bab 111 Celebek
112
Bab 112 Mata-Mata
113
Bab 113 Termewek-Mewek
114
Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115
Bab 115
116
Bab 116 Panen Dimulai
117
Bab 117 Jera
118
Bab 118
119
Inspirasi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!