Bab 5

Fidiya berjalan mengekori Fariz, sedang laki-laki itu berusaha bersikap se-formal mungkin. Saat ada pelayan lain berkeliaran di sekitar mereka, Faris mengenalkan apa saja yang ada di sekitar mereka. Hingga langkah kaki mereka sampai di area kolam renang.

Karena tidak ada orang yang berkeliaran di sekitar mereka. Fariz mulai buka suara seperti layaknya seorang kakak pada adiknya. "Fi, hati-hati melakukan apapun di rumah ini."

"Memangnya kenapa, kak?"

"Di rumah ini, ada mata-mata bernyawa, yang selalu menyampaikan berita pada Ridwan, dia pelayan senior di rumah ini, namanya Pak Ibra."

"Iya kak."

"Fid, bagaimana kamu bisa menikah dengan Ridwan?"

"Ceritanya panjang kak, aku hanya lelah dihujat orang desa karena terus menolak lamaran keluarga kaya itu, belum lagi paman, yang selalu mendesakku. Aku menyerah dan aku menerima lamaran ini."

"Hidup di sini lebih perih daripada hujatan warga desa, Fid." Wajah Fariz sangat putus asa. "Aku baru berhasil mencarikan pekerjaan buat Ismi di kota ini, tidak lama pagi Ismi akan datang, bekerja sebagai office girl di salah satu perusahaan temanku."

"Apakah nanti aku bisa bertemu Ismi?"

"Kita usahakan."

Senyuman terukir di wajah Fidiya. Sangat bahagia bisa satu kota dengan sahabatnya di desa. Fidiya terdiam, ingin cerita pada Fariz atau tidak tentang perlakuan suaminya padanya. Fidiya ragu, dia memilih bungkam.

"Fid, andai aku masih di desa, tidak akan aku biarkan kau menikah dengan seorang laki-laki seperti Ridwan. Ibarat memakai baju, dia hanya bisa memakai baju itu sesukanya, tanpa mau tau bagaimana cara merawat baju itu, atau memperlakukan baju itu dengan baik. Begitu juga perlakuan Ridwan pada perempuan, hanya bisa memakai cawannya tapi tidak bisa memperhatikan perasaan si punya cawan."

Ucapan Fariz benar adanya, Fidiya semakin membisu. Bingung harus berkata apa, Ridwan memang persis seperti apa yang Faris ibaratkan.

"Bagaiman kamu bisa bahagia nanti? Tadi malam, aku sangat sakit melihat gadis kesayangan nenek Salma menjadi istri Ridwan."

"Mungkin mas Ridwan malu kak, setelah kami saling mengenal, pasti perlakuannya akan semakin baik padaku."

"Hah!" Rasanya Fariz ingin sekali berteriak kalau Ridwan tidak akan berubah. "Aku lama bekerja di tempat ini, bahkan aku mengenal istri pertama Ridwan. Wanita yang Ridwan perlakukan begitu buruk!"

Mendengar kata 'Istri' Fidiya sangat terkejut, karena dalam akta nikah, tertulis kalau Ridwan itu perjaka, bukan duda.

"I--istri?"

"Sudahlah, nanti kita sambung, tour kita berkeliling rumah ini sudah selesai." Fariz memilih pergi dari sana, terlihat dari kejauhan Pak Ibra terus memandangi mereka.

Sedang Fidiya terdiam ditempat itu, dengan bermacam pertanyaan yang terus berputar di kepalanya.

Tidak terasa, satu bulan sudah Fidiya tinggal di rumah besar ini. Tidak ada satupun yang berbeda sejak awal kedatangannya ke sini. Suaminya masih dingin dan suka menghinanya, tapi memakai dirinya seperti memakai jasa wanita panggilan, bukan sebagai istri.

Pertanyaannya tentang wanita yang pernah menjadi istri Ridwan juga belum terjawab. Tidak ada kesempatan untuk berbicara dengan Fariz.

Ridwan seperti biasa, dia selalu patuh dan begitu manis pada ibunya dan kedua adiknya. Semuanya sudah selesai sarapan pagi, Ridwan pun terlihat mulai merapikan jas-nya.

"Kakak ipar, kapan kakak bisa ikut aku ke butik?" tanya Melly.

"Bawa saja dia sekarang," ucap Ridwan. Ridwan memandang sinis pada Fidiya. "Buat dirimu berguna! Dasar gadis Udik dan kau sangat merepotkan, jadi buat dirimu berguna!"

Nada suara Ridwan bagi yang lain, itu biasa saja. Tapi bagi Fidiya, itu sebuah makian. "Iya, mas. Aku akan ikut Melly hari ini."

Sama saja saat awal pernikahan, Ridwan tidak perduli dengan jawaban Fidiya, dia pergi begitu saja. Fidiya merasa sesak, dia tidak pernah bicara pada suaminya, seperti suaminya bicara dengan adik-adiknya. Fidiya merasa dirinya bagai boneka pemuas nafsu bagi seorang Ridwan.

Tidak pernah memberi sentuhan lembut atau apapun, saat dia mau, dia menancapkan itu pada Fidiya, dan melepaskan begitu saja. Fidiya hanya bisa diam. Karena hanya rasa sakit yang Ridwan beri padanya.

"Tolong ganti baju kakak ipar dengan setelan ini, setelah di butik aku, malamnya kita akan ke hotel, karena ada acara kantor abang di hotel itu."

Ucapan Melly membuat Fidiya berhenti menenggelamkan diri dalam kilasan rasa sakit yang Ridwan torehkan padanya. Tanpa menjawab, Fidiya mengambil baju itu, dan segera mengganti pakaiannya

Sebulan sudah, sedikitpun semua ini tidak berubah. Fidiya sudah berusaha mematuhi mertua dan kedua adik iparnya, tapi Ridwan tidak juga bersikap manis padanya.

Selesai dengan persiapannya juga pamit pada Retna, Fidiya dan Melly segera memasuki mobil, Melly melajukan mobilnya begitu cepat, tidak butuh waktu lama, Fidiya dan melly sampai di butik Melly.

"Ini butik aku, kak. Ayo turun."

Fidiya mengikuti langkah kaki Melly memasuki butik itu, mata Fidiya menandangi segala penjuru, sangat indah, bermacan jenis setelan wanita terpajang di setiap sudut ruangan itu. Beberapa pekerj juga langsung menyambut Melly.

"Semuanya, kenalkan ini kak Fidiya, istri dari kak Ridwan, untuk hari ini dia ingin cari pengalaman di sini, tolong salah satu dari kalian bimbing dia," titah Melly.

"Baik bu." Semuanya menyahut bersamaan.

Melly meninggalkan Fidiya dengan karyawan yang lain, sedang dirinya langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Dalam ruangan itu, terlihat Susan berdiri di dekat meja kerjanya.

"Ada apa Susan? Wajahmu terlihat panik." Melly berjalan begitu santai, dia langsung menghempaskan tubuhnya pada kursi kerjanya yang empuk.

"Pak Fadlan, akan datang menemani mamanya berbelanja ke sini, katanya untuk acara malam ini."

"Fadlan?" Wajah Melly bersemu merah.

"Iya, Pak Fadlan juga akan memebeli baju dari butik ini, katanya."

"Kapan mereka akan datang?" Melly semakin antusias.

"Sepertinya 30 menit lagi."

"Persiapkan salah satu sudut, hanya untuk Fadlan dan mamanya," titah Melly.

"Pastinya, bu." Susan segera melakukan pekerjaannya.

Sedang di bagian luar, Fidiya berusana belajar hal yang baru ini. Pekerjaan yang dilakukan oleh yang bukan ahlinya, pasti terasa berat. Inilah yang Fidiya rasa, sepertinya hal itu mudah terlihat, tapi tak mudah menjalaninya. Fidiya berusaha bertanya pada pegawai di sana, agar kesusahannya teratasi, jika tau solusinya.

Fidiya tidak menjahit, hanya menjamu pelanggan yang datang. Masalahnya, Fidiya tidak mengenali dunia fasion, baginya ini sangat asing. Untung ada beberapa pegawai yang sigap membantunya, menjawab segala pertanyaan atau memenuhi permintaan costumer.

Jam mulai menunjukkan jam 10 pagi, suasana butik semakin ramai, Fidiya heran dengan dirinya sendiri, biasanya dia berjemur di bawah teriknya matahari, dia tidak merasa pegal seperti ini, ini baru 30 menit, Fidiya merasakan kakinya sangat sakit mengenakan sepatu hak tinggi ini.

Melihat sudut yang kosong, Fidiya berusaha menguatkan dirinya agar kakinya bisa melangkah menuju sofa empuk itu, dengan sisa tenaga yang terkumpul, akhirnya Fidiya sampai di sofa itu.

"Huh ...." lega sekali. Bisa ber-istirahat. Fidiya melepaskan sepatu hak tinggi itu, menaruhnya di bawah, sedang tangannya langsung memijat kakinya yang terasa sangat pegal.

"Kamu yang ditugaskan untuk melayani kami?"

Pertanyaan itu membuat Fidiya terganggu menikmati nikmatnya duduk di sofa empuk ini.

Terpopuler

Comments

Sikha Adhia

Sikha Adhia

hmm..🤔

2021-08-19

1

Ⓤ︎Ⓝ︎Ⓨ︎Ⓘ︎Ⓛ︎

Ⓤ︎Ⓝ︎Ⓨ︎Ⓘ︎Ⓛ︎

adik ridwan mau jadi perawan tua...

ih gtu amat didikan keluarganya....
itu ibu ama adek manusia...???

ngeri banget ajaran keluarganya...
kalah loh ajaran sesat 😱😱

2021-07-22

0

Cika🎀

Cika🎀

fadlan😲

2021-07-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97 Tempat Khusus
98 Bab 98 Mimpi
99 Bab 99 Kadal Buntung
100 Bab 100 Tanda Lahir
101 Bab 101 Tower
102 Bab 102 Curiga
103 Bab 103 Rencana Elvina 1
104 Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105 Bab 105 Menyusun Rencana
106 Bab 106 Persis Fadlan
107 Bab 107 Rasa Itu Sama
108 Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109 Bab 109 Anakmu
110 Bab 110 Hasil Test
111 Bab 111 Celebek
112 Bab 112 Mata-Mata
113 Bab 113 Termewek-Mewek
114 Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115 Bab 115
116 Bab 116 Panen Dimulai
117 Bab 117 Jera
118 Bab 118
119 Inspirasi Author
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97 Tempat Khusus
98
Bab 98 Mimpi
99
Bab 99 Kadal Buntung
100
Bab 100 Tanda Lahir
101
Bab 101 Tower
102
Bab 102 Curiga
103
Bab 103 Rencana Elvina 1
104
Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105
Bab 105 Menyusun Rencana
106
Bab 106 Persis Fadlan
107
Bab 107 Rasa Itu Sama
108
Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109
Bab 109 Anakmu
110
Bab 110 Hasil Test
111
Bab 111 Celebek
112
Bab 112 Mata-Mata
113
Bab 113 Termewek-Mewek
114
Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115
Bab 115
116
Bab 116 Panen Dimulai
117
Bab 117 Jera
118
Bab 118
119
Inspirasi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!