Bab 15

Melly begitu santai memasuki kamar yang Fidiya tempati. "Aku boleh masuk 'kan kak?"

Fidiya segera menghapus air matanya berusaha tersenyum dan menganggukkan kepalanya santai.

"Kakak ipar menangis?" Melly memasang raut wajah sedih melihat keadaan Fidiya.

"Aku hanya rindu sahabatku, tadi baru saja kirim pesan sama dia. Dia juga ada di kota ini," Fidiya berusaha menutupi sebab kesedihannya.

"Temui saja dia."

"Aku belum bicara pada abangmu, nanti setelah dapat izin dia, akan aku atur pertemuan dengan Ismi."

"Aku pikir kakak ipar menangis karena perilaku abang selama ini, yah ... abang memang seperti itu. Kakak ipar pasti bosan mendengar, kalau dunia abang itu hanya aku, Ara, dan ibu. Kakak ipar tidak ada di dalamnya."

Hancur dan sakit mendengar ucapan Melly, apa daya memang begini kenyataannya.Dirinya memang tidak ada bagi dunia Ridwan. Fidiya tetap berusaha tersenyum.

"Tadinya kami berharap seorang gadis desa bisa membuat kak Ridwan memberikan cintanya pada seorang wanita, walau sedikit. Tapi nyatanya." Melly menggelengkan kepalanya, seolah prihatin dengan nasib Fidiya. "Jangan sia-sia kan masa muda kakak berkorban seperti ini. Kalau kakak ingin pergi dari sangkar emas ini, aku akan bantu."

Penawaran Melly sungguh mengejutkan, kemaren dia berkata kalau hanya menikahkna Ridwan semata melengkapi kebutuhan kakaknya. Fidiya terdiam, masih tidak mengerti makhluk-makhluk seperti apa yang menghuni rumah ini.

"Aku pikir kakak ipar itu pencinta kemewahan, makanya kemaren kami berkata hal yang beda. Setelah melihat bagaimana kakak ipar, ternyata kakak ipar sosok yang penyabar dan penuh cinta. Kakak berhak mendapat tempat yang lebih bagus dan dicintai pria yang lebih punya hati."

"Maksud kamu?"

"Tinggalkan saja abang, dia terlalu menyakiti kakak, sebagai perempuan, aku sedih melihat kakak seperti ini." Meneteskan air mata palsu, berharap Fidiya percaya.

Apa yang mereka inginkan? Fidiya masih bingung dengan keadaan ini.

"Maaf, Mell, kamu keberatan nggak kalau aku minta kamu keluar? Aku ngantuk Mel, aku mau tidur." Fidiya pusing mendengarkan makhluk plin-plan yang ada di depannya.

Dengan senyuman yang menghiasi wajahnya, Melly langsung meninggalkan kamar Fidiya. Sial! Kenapa sih susah banget menghasut kakak ipar agar benci sama abang. Melly terus melangkah.

Fidiya memilih memejamkan matanya, lelah dengan segala hal yang ada di depannya.

*

Matahari bersinar seperti biasanya. Entah mengapa wajah-wajah cantik itu kehilangan sinarnya. Fidiya nampak pucat, Melly terlihat lesu, begitu juga Ara dan Retna. Keduanya terlihat tidak bersemangat.

Ridwan juga langsung duduk di kursinya, tidak seperti biasa, biasanya dia selalu menyapa ibu dan adiknya. Kali ini Ridwan langsung mengambil sarapannya dan segera menikmatinya.

Melihat Ridwan sudah sarapan, yang lain pun ikut sarapan, semua larut dalam lamunan masing-masing.

Tumben laki-laki ini tidak menyapa bidadari-bidadarinya. Fidiya melirik sekilas kearah Ridwan. Saat Ridwan akan menoleh kearahnya, Fidiya langsung membuang pandangannya kearah lain.

Strategi menendang Fidiya dari rumah ini harus aku percepat, kalau Ridwan terlanjur sayang sama Fidiya, bahaya impian kedua anakku akan sirna. Retna berusaha memberi senyuman manis untuk putranya.

Sial! Abang mulai berubah, bahaya ini. Ara hanya menusuk roti yang ada di piringnya dengan garpu yang dia pegang. Geram dan takut jadi satu dalam dirinya.

Sedang Melly terus menunduk memandangi makanan yang ada dalam piringnya.

"Pak Ibra, Anda ikut saya hari ini." pinta Ridwan pada pelayan laki-laki itu. Suara Ridwan langsung memecah kesunyian, semua yang ada di sana kompak membisu.

"Baik Tuan."

Yes, mata-mata abang hari ini nggak ada di rumah, jadi bisa menyusun rencana sama kak Mell dan ibu. Ara berusaha santai.

Benar saja, setelah selesai sarapan, Pak Ibra dan Ridwan langsung pegi. Sontak tiga pasang mata itu langsung menatap Fidiya.

"Kamu ikut kami!" perintah Retna.

Fidiya segera bangkit, langsung mengikuti Retna, Melly dan Ara. Hingga mereka sampai di sebuah kamar yang besar. Fidiya masih memandangi keadaan kamar itu.

"Fidiya, tanda tangani ini!" perintah Retna.

"Itu apa bu?"

"Jangan banyak tanya, cukup tanda tangan!"

"Saya mau, tapi saya harus baca dulu." Fidiya tidak mau ceroboh menanda tangani sesuatu tanpa membacanya lebih dulu.

"Tanda tangani saja!" Ara juga menekan Fidiya.

"Saya tidak mau!" Fidiya lebih memilih pergi dari ruangan itu.

"Kalau kau tidak mau tanda tangan, berarti kamu mengibarkan bendera perang pada kami."

Fidiya tidak perduli, dia tetap pergi meninggalkan ruangan itu.

Ketiga perempuan itu menatap sinis kepergian Fidiya.

"Rencana kedua!" seru ketiganya bersamaan.

*****

Cuaca terasa sangat menyengat, mentari bersinar begitu semangat diatas sana. Tiga perempuan licik itu tengah mengatur rencananya.

"Bagaimana?" Ara mengintip di sela-sela pintu kamar itu, memastikan kalau persiapan mereka selesai.

"Sebentar lagi!" jawab Melly setengah berbisik.

"Cepat bu, hari minggu ini, biasanya abang cuma keluar sebentar bersama Pak Ibra!"

"Cerewet kalian!" bisik Retna.

Terlihat Retna keluar dari kamar Fidiya. "Salah satu dari kalian pantau keadaan di luar, rencana di dalam sudah selesai, beruntung wanita udik itu tengah mandi."

Ara langsung melangkah menuju balkon yabg ada di lantai dua, memantau kedatangan kakaknya. Tidak berselang lama, Ara berlari secepat yang dia bisa, saat melihat dari atas mobil kakaknya sudah memasuki gerbang. "Abang ....." isyarat Ara berikan pada ibu dan kakaknya tanpa mengeluarkan suara.

Retna segera menetesi matanya dengan obat tetes mata. diikuti oleh Ara dan Melly. Ketiganya segera memulai drama mereka.

Saat suara langkah kaki yang menapaki anak tangga mulai terdengar, mereka langsung memulai sandiwara mereka.

"Nak ...." Retna menangis tersedu di depan pintu kamar Fidiya, sambil mengetuk pintu kamar itu. "Nak ... ibu mohon nak ... kembalikan ... jangan ambil yang itu ...." Suara permohonan yang dibuat-buat tercampur dengan sedu tangisan buaya sang aktris.

"Ibu ...." Ridwan terkejut melihat ibunya menangis di depan pintu kamarnya. Ridwan mempercepat langkah kakinya. "Bu bangun ...." Ridwan membantu ibunya untuk berdiri.

Retna menenggelamkan dirinya dalam peluka Ridwan, masih dengan isak tangis yang sama. "Nak ... bantu ibu ...."

"Bantu apa?" Ridwan baru pulang, dia tidak mengetahui apa yang terjadi.

"Istrimu ...." Retna sengaja tidak melanjutkan ucapannya, dia menangis semakin tersedu.

Ridwan berusaha menenangkan ibunya. menepuk lembut punggung ibunya. "Ra, Mell, ada apa?" Ridwan berharap mendapat jawaban dari kedua adiknya. Keduanya hanya menangis, tidak menjawab pertanyaan kakaknya. Hal itu semakin membuat Ridwa bingung.

Di dalam kamar. Fidiya selesai mandi, suasana yang panas membuat Fidiya mandi lagi. Saat memasuki kamarnya, matanya menangkap ada sesuatu diatas tempat tidur itu. Fidiya terus mendekati, hingga matanya jelas melihat kalung yang begitu indah.

seumur-umur, ini pertama kalinya Fidiya melihat kalung semewah dan sebagus ini. "Punya siapa ini?" Fidiya mengambil kalung itu dan mengagumi indahnya kelipan yang berasal dari mata-mata kalung itu.

Samar Fidiya mendengar suara tangis dan suara suaminya. Kekaguman Fidiya pada benda itu segera Fidiya sudahi. Tangan Fidiya masih memegang kalung itu, dia segera melangkah menuju pintu niatnya sekalian menanyakan kalung yang dia pegang milik siapa.

Ceklak!

Pintu terbuka, terlihat semua anggota keluarga lengkap di depan pintu. Fidiya heran melihat ibu mertuanya menangis dalam pelukan suaminya. Ara dan Melly juga menangis. Terlihat Melly tengah memeluk Ara, sedang Ara memeluk sebuah peti yang berukuran sedang.

Terpopuler

Comments

Cipika Cipiki

Cipika Cipiki

ceritanya ini sinetron ikan terbang banget ya 🤭 tokoh nya itu pada mudah di hasut di fitnah, yg katanya CEO tapi tidak smart , yg tertindas hanya bisa mewek 😀

2022-05-13

1

Sikha Adhia

Sikha Adhia

pengen ku uyek uyek itu tiga manusia

2021-08-19

0

Ares💚

Ares💚

dtuduh mencuri😐😐😐

2021-07-08

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97 Tempat Khusus
98 Bab 98 Mimpi
99 Bab 99 Kadal Buntung
100 Bab 100 Tanda Lahir
101 Bab 101 Tower
102 Bab 102 Curiga
103 Bab 103 Rencana Elvina 1
104 Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105 Bab 105 Menyusun Rencana
106 Bab 106 Persis Fadlan
107 Bab 107 Rasa Itu Sama
108 Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109 Bab 109 Anakmu
110 Bab 110 Hasil Test
111 Bab 111 Celebek
112 Bab 112 Mata-Mata
113 Bab 113 Termewek-Mewek
114 Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115 Bab 115
116 Bab 116 Panen Dimulai
117 Bab 117 Jera
118 Bab 118
119 Inspirasi Author
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97 Tempat Khusus
98
Bab 98 Mimpi
99
Bab 99 Kadal Buntung
100
Bab 100 Tanda Lahir
101
Bab 101 Tower
102
Bab 102 Curiga
103
Bab 103 Rencana Elvina 1
104
Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105
Bab 105 Menyusun Rencana
106
Bab 106 Persis Fadlan
107
Bab 107 Rasa Itu Sama
108
Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109
Bab 109 Anakmu
110
Bab 110 Hasil Test
111
Bab 111 Celebek
112
Bab 112 Mata-Mata
113
Bab 113 Termewek-Mewek
114
Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115
Bab 115
116
Bab 116 Panen Dimulai
117
Bab 117 Jera
118
Bab 118
119
Inspirasi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!