Bab 13

Fidiya sangat bahagia bisa melihat sahabatnya ada di kota ini, keduanya terus berpelukan.

"Is ...." Fidiya memberi kode agar Ismi melepaskan pelukannya.

"Maaf, sampai lupa kalau kita di tengah keramaian." Keduanya terlihat mengulum senyuman.

"Kamu sama siapa kesini?" tanya Fidiya

"Sama bu Ilma, dia ibu kost aku." Ismi menunjuk kearah wanita paruh baya yang masih memilih belanjaan.

"Kamu kost?"

"Ya iyalah, masa ikut di rumah kak Fariz." Ismi memandang kearah Susan, wanita yang dia lihat sebelumnya bersama Fidiya. "Kamu sama siapa?"

"Aku sama mbak Susan, dia asisten adik suami aku," jawab Fidiya.

"Idih horang kayah ...." ledek Ismi.

"Is, nanti kita ketemu lagi ya, kangen banget aku sama kamu, tapi kalau sekarang gak enak, kan kita sama-sama datang bareng yang lain."

"Setuju Fid."

"Nomer hp Kamu masih yang lama kan?" Fidiya memastikan.

"Masih!"

"Nanti aku telepon kamu, handphone aku ku tinggalkan dalam tas, dan tas aku masih di mobil."

"Siap yank-ku!"

Keduanya sepakat untuk berpisah. Fidiya kembali menemani Susan, begitu juga Ismi, dia kembali menemani ibu Ilma. Senyuman terus terukir di wajah Fidiya, membuat Susan juga ikut tersenyum.

"Kenapa cuma sebentar? Memang kangennya dah habis?"

"Nanti kami ketemuan lagi, kangen pasti, tapi kan kasian kamu."

Susan hanya terus tersenyum, baru mengenal Fidiya kemaren, dia sudah suka sama sosok Fidiya.

Merasa semua keperluannya selesai, melihat jam pada layar ponselnya juga satu jam sudah berlalu, tugasnya menunda mengantar Fidiya selesai. Susan segera mengajak Fidiya kembali.

Sesampainya di kediaman Ridwan, Fidiya dengan semangat melangkahkan kakinya memasuki rumah itu sambil menenteng tas yang berisi pakaiannya. Pelayan yang melihat kelakuan istri majikan mereka seperti itu hanya ikut tersenyum.

"Non, bahagia banget," sapa bi Eni.

"Iya mbok, saya bahagia." Fidiya tidak bisa berhenti tersenyum. "Yang lain mana mbok?"

"Tuan Ridwan sama Non Ara sepertinya mereka berenang, kalau Nyonya sama Non Melly, sepertinya di kamar."

"Kalau begitu saya mau ke kolam renang saja." Fidiya melangkahkab kakinya memasuki rumah itu.

"Non, kolam renang di samping kenapa Non menuju tangga?"

"Mau taruh tas dulu."

"Sini tas-nya, biar mbok saja."

"Di dalam ada handphone saya."

"Nanti mbok tarus di tempat tidur."

"Iya mbok." Fidiya berlari kecil menuju kolam renang, sosok yang ingin dia temui saat ini adalah Ridwan.

Fidiya berdiri mematung melihat sosok tampan itu bersantai di tepi kolam renang, hanya mengenakan celana renang saja. Perut kotak-kotak bagai roti sobek itu terlihat jelas.

Aku tidak tau mas, perasaanku padamu itu apa. Karena aku istrimu, yang ada dalam hati ini hanya memikirkan cara bagaimana berbakti padamu.

Fidiya menyadarkan dirinya, dia segera melanjutkan langkahnya menuju kolam renang. "hai Ra," sapa Fidiya.

"Hai kakak ipar." Ara terus berenang di kolam itu.

Fidiya berharap disapa oleh suaminya. Harapannya tidak jadi kenyataan, Ridwan hanya meliriknya sekilas, dan tidak memerdulikan keberadaannya.

"Mas." Fidiya tersenyum, dia duduk di samping Ridwan.

"Siapa yang memberi kamu izin duduk dekat-dekat aku!"

Sakit, tapi Fidiya berusaha senyum. Tekadnya sudah bulat. "Mas saja masuk ke hati aku gak izin sama aku, masa aku duduk di samping mas, harus izin."

Uwekkk! Sial siapa yang mengajari aku berkata demikian? Kenapa ini terlepas begitu saja?

Wajah Ridwan tidak bereaksi apapun. Dia terus menatap lurus kedepan.

"Mengusir aku dari sini mudah, coba aku, aku tidak bisa mengusir mas yang terlanjur masuk tanpa permisi ke hati aku."

Idih, hancur harga diriku! Fidiya mengutuki dirinya sendiri.

Tidak ada tanggapan dari Ridwan. Entah, bagaimana lagi caranya mendekati laki-laki yang ada di sampingnya ini. Fidiya memandangi wajah laki-laki itu.

"Mas, tadi aku ketemu sahabat aku dari desa, Ismi. Dia akan kerja di sini, kapan-kapan ... aku boleh ketemuan sama dia ya?"

Byur!!!

Bukan jawaban yang Fidiya dapat, nyatanya dirinya didorong Ridwan hingga masuk kedalam air kolam renang.

"Massss!" Fidiya panik, dia tidak bisa berenang.

"Dasar perempuan! Bersikap manis kalau ada yang di-mau!" Ridwan meninggalkan area kolam renang itu dengan wajah kesal.

Melihat ada yang tidak beres, Ara segera berenang kearah Fidiya. Ara sadar kakak iparnya itu mulai lemas. Secepat yang dia bisa Ara terus berenang menuju Fidiya. Kerja keras Ara berhasil, dia bisa menolong Fidiya.

"Terima kasih Ra." Fidiya bersyukur karena Ara cepat menolongnya.

"Kalau tidak bisa berenang, kenapa turun ke air?"

"Kakakmu yang dorong aku." Fidiya masih berusaha mengatur napasnya.

"Bang Ridwan tidak suka didekati, kalau dia butuh kakak, dia bisa datang sendiri. Berhenti berusaha memikat abang." Ara melanjutkan kegiatan renangnya.

********

Hari demi hari terus berlalu, Ridwan sama sekali tidak berubah, bagaimanapun sikap Fidiya padanya, tetap saja laki-laki itu seolah tak melihatnya. Setiap hari Fidiya membantu Melly di butik, tidak juga membuat Ridwan memandangnya. Fidiya terus berusaha memerhatikan mertuanya juga kedua adik iparnya, tetap saja dirinya tak terlihat.

Suasana makan malam yang begitu tenang. Hanya suara sendok dan garpu yang menyentuh perkukaan piring menjadi irama yang mengisi kesunyian ini. Semuanya menikmati makan malam mereka. Hingga makanan yang ada di piring mereka habis.

Sesekali ada perbincangan Ridwan dengan adik dan ibunya, sedang pada Fidiya tidak pernah. Padahal dalam suatu hubungan yang terpenting adalah komunikasi. Fidiya mulai terbiasa dengan keadaan ini. Dirinya ada, tapi tak terlihat.

Ridwan mulai membersihkan sisi bibirnya dengan tisu. "Bu, aku duluannya, ada beberapa berkas yang harus aku selesaikan."

Retna, Melly, dan Ara hanya menjawab Ridwan dengan anggukkan kepala saja.

"Kalau kakak ipar ingin pergi silakan," sela Melly.

Fidiya pun pamit undur diri pada semua orang yang ada di meja makan. Tujuan awal Fidiya adalah kamar, mengingat Ridwan ada di ruang kerja, bagi Fidiya ini saat yang tepat mengatakan isi hatinya.

Mas Ridwan bukan orang Kasyaf. Yang bisa mengetahui isi hati orang. Aku harus mengutarakan isi hatiku padanya.

Fidiya mempercepat langkah kakinya menuju ruang kerja Ridwan.

Tok tok tok!

Fidiya mengetukkan punggung telapak tangannya pada daun pintu itu.

"Masuk!"

Mendengar suara sahutan, Fidiya mengumpulkan keberaniannya untuk membuka pintu itu. Saat pintu berhasil di buka, terlihat pandangan mata yang begitu tegas menyorot dirinya. Fidiya berusaha santai, perlahan tangannya mengunci pintu itu, Fidiya sembunyikan kuncinya di saku baju santai yang dia kenakan. mengantisipasi, kalau-kalau Ridwan kabur.

Sebelumnya jika Fidiya berusaha mengajak laki-laki itu bicara, dirinya ditinggalkan begitu saja. Kali ini Fidiya tidak ingin hal itu terulang, pertahanan dirinya saat ini sudah sangat rapuh.

"Mau apa kamu!? Aku sibuk jangan ganggu aku!"

"Maaf mas, tapi kita harus bicara."

"Kalau kau ingin bicara berdua hanya ingin menjelekkan ibu dan kedua adikku, pergi sana!"

"Bukan mas, aku ingin bicara tentang kita."

Tatapan mata Fidiya begitu sendu, berharap laki-laki yang ada di depan matanya itu kasian padanya walau hanya sedikit saja. Lebih satu bulan menikah dengan laki-laki itu, laki-laki itu tidak pernah mau bicara padanya.

Terpopuler

Comments

Dewa Rana

Dewa Rana

katanya gak punya hp malanya dikasih hp sama elvina

2023-01-19

0

Sikha Adhia

Sikha Adhia

salut aku sama fudya, bisa sesabar itu

2021-08-19

0

Nila Nila

Nila Nila

aku rasa terlalu bodoh fidyah

2021-07-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97 Tempat Khusus
98 Bab 98 Mimpi
99 Bab 99 Kadal Buntung
100 Bab 100 Tanda Lahir
101 Bab 101 Tower
102 Bab 102 Curiga
103 Bab 103 Rencana Elvina 1
104 Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105 Bab 105 Menyusun Rencana
106 Bab 106 Persis Fadlan
107 Bab 107 Rasa Itu Sama
108 Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109 Bab 109 Anakmu
110 Bab 110 Hasil Test
111 Bab 111 Celebek
112 Bab 112 Mata-Mata
113 Bab 113 Termewek-Mewek
114 Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115 Bab 115
116 Bab 116 Panen Dimulai
117 Bab 117 Jera
118 Bab 118
119 Inspirasi Author
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97 Tempat Khusus
98
Bab 98 Mimpi
99
Bab 99 Kadal Buntung
100
Bab 100 Tanda Lahir
101
Bab 101 Tower
102
Bab 102 Curiga
103
Bab 103 Rencana Elvina 1
104
Bab 104 Rencana Elvina dan Erla
105
Bab 105 Menyusun Rencana
106
Bab 106 Persis Fadlan
107
Bab 107 Rasa Itu Sama
108
Bab 108 Cinta Luar Biasa.
109
Bab 109 Anakmu
110
Bab 110 Hasil Test
111
Bab 111 Celebek
112
Bab 112 Mata-Mata
113
Bab 113 Termewek-Mewek
114
Bab 114 Termewek-Mewek Part 2
115
Bab 115
116
Bab 116 Panen Dimulai
117
Bab 117 Jera
118
Bab 118
119
Inspirasi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!