*Daylan memotong, mengiris dan menghaluskan bahan-bahan yang diperlukannya. Tangannya sigap mengaduk dan memasukkan bahan-bahan bergantian dan sesekali mondar-mandir mengambil mangkuk, sendok, dan peralatan lain yang ia butuhkan. Semerbak aroma masakannya memenuhi ruangan, menggoda setiap yang menciumnya. Daylan mengambil sedikit kuah masakannya lalu menuangkannya di atas telapak tangannya dan mencicipinya.**Completed!!*
Akira sibuk membereskan semua ruangan.diawali dari ruang tamu, ruang tengah, belakang, dan terakhir kamar. Daylan terlihat telah menata rapi masakannya di atas meja makan saat Akira datang membereskan ruang belakang.
“Ok, everything is perfect!” seru Daylan sembari menepukkan kedua tangannya dengan seulas senyum bangga dan bahagianya.
“Hey, kenapa kau malah santai-santai?! Jika kau sudah selesai harusnya kau membantuku!” celetuk Akira sebal.
“Apa kau bilang? Membantumu?! Urus saja pekerjaanmu sendiri! Aku punya urusan lain!” balas Daylan dengan suara memekik lalu menjulurkan lidahnya sesaat setelah menyudahi ucapannya.
Akira mengangkat alisnya dan memasang muka jengkel. “ Bilang saja kau tidak mau bantu! Dasar laki-laki tak berperasaan!”
Daylan balik mengangkat alisnya, “Heh, jaga bicaramu! Aku bukannya tidak mau membantumu, tapi mama baru saja kirim sms untuk menjemputnya di bandara.” Elak Daylan sambil berlalu menyahut kunci mobil dan keluar lewat pintu depan.
“Dasar banyak alasan!” tuduh Akira dengan suara tinggi. Daylan yang ternyata masih ada di balik pintu mendengarnya dan tiba-tiba melongokkan kepalanya di pintu dengan lidah mejulur meledek Akira.
“Jangan lupa bereskan kamarmu untuk papa dan mama! Jangan sampai mama dan papa tahu kalau kau tidak pernah bisa rapi!” gurau Daylan dengan senyum mengejek. Mata akira membulat merah. Daylan bergegas menutup pintu kembali saat menyadari mata Akira membulat merah sambil berkacak pinggang dan bersiap melempar sapu yang ada di tangan kanannya ke arah Daylan. “Dasar laki-laki menyebalkan! Pergi sana! Dan jangan kembali lagi!” jerit Akira geram.
Daylan hanya tertawa kecil mendengar samar suara amukan Akira saat hendak masuk ke dalam mobil. Gadis aneh! Pikirnya yang sedetik kemudian menyalakan mobil dan mulai melaju menuju bandara.
*******
20.20
Suara riuh orang mengobrol makin terdengar jelas di depan apartemen Daylan dan Akira.
Cklek. Daylan membuka pintu dan segera mempersilakan mama dan papanya masuk. “Akira, mama dan papa sudah datang!” teriak Daylan memberitahu Akira yang hampir menyudahi tugas terakhirnya di kamar.
Akira tercekat kaget. Oh, My God! Papa dan mama udah datang, gimana nih?! Gue harus masang ini dulu, mana gue juga belum ganti dan siap-siap lagi, duh penampilan gue… masih acak-acakan banget! Bisa tunggu beberapa menit lagi nggak sih…?! Akira kalang-kabut.
“Ra, mama sama papa udah dateng, buruan keluar!” ulang Daylan membuat Akira makin kelabakan.
“Ya, Day. Tunggu sebentar! Ajak mama sama papa ke ruang makan dulu aja!” jawab Akira sekenanya. Otaknya sudah tak bisa berpikir lebih jauh lagi. Hanya gagasan itu yang terbesit dan segeara ia lontarkan. Tangannya pun sudah tidak bisa difokuskan untuk menyudahi tugas akhirnya. Ia segera menuju cermin dan sedikit merapikan penampilannya. Setidaknya ia harus tampak rapi dan enak dipandang mata di hadapan mertuanya, meski mungkin mereka hanya mertua palsu atau entah apalah namanya.
Daylan membawa mama dan papanya ke ruang makan yang telah tertata rapi dengan bermacam-macam makanan di mejanya. Nyonya Marendra berdecak kagum melihat berbagai makanan yang tersaji di atas meja. “Apakah Akira yang memasak semua ini?” Tanya Nyonya Marendra heran.
Daylan tersenyum. “Ya, ini semua masakannya.” Jawab Daylan berbohong.
“Benarkah? Sepertinya enak.” Timpal Tuan Marendra.
Daylan segera menarik kursi dan memersilakan kedua orang tuanya duduk. “Dia banyak belajar sejak kami berdua pindah ke sini. Dia berusaha sangat keras untuk menunjukkan bahwa dia adalah seorang wa…emm, istri yang baik.” Jelas Daylan kemudian. Tidak, tidak begitu. Jelas semuanya adalah rekayasa Daylan. Lagi pula sejak kapan Akira berusaha menjadi istri yang baik untuknya. Dan lagi, sejak kapan dia meraih gelar sebagai istri Daylan, alias Nyonya Muda Marendra? Aish, bullshit!!!
“Baguslah. Mama turut senang. Nah, sekarang kau lihat bukan, dia benar-benar sesuai untukmu? Kau tidak menyesal menikah dengannya, bukan?” Nyonya Marendra memastikan setengah meledek Daylan. Daylan tertawa lebar –lebih tepatnya hambar.
Pertanyaan macam apa lagi ini? pikir Daylan.” Mungkin.” Sahutnya menjawab tanya mamanya cepat. Entahlah, yang penting mama dan papa bahagia.
Akira menyudahi posisinya di sapan cermin dengan beberapa polesan bedak dan sisiran rambut. Otaknya segera memerintahkan kedua kakinya untuk menuju ruang makan dengan langkah setengah berlari.
Akira langsung menyalami kedua mertuanya saat tiba di ruang makan. Tentunya dengan enyum manis yang tak lekang dari bibirnya. “Silakan dimakan, Ma, Pa!” ungkapnya memersilakan sembari menarik kursi untuk duduk.
Makan malam bersama dimulai.semuanya mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Rasanya…cukup menggoyang lidah.
“Hmmm, rasa masakanmu benar-benar enak!” puji Nyonya Marendra pada Akira. Akira mengangkat pandangan tak mengerti. Kaki Daylan menyenggol kaki Akira yang membuat Akira menoleh padanya refleks. Daylan tersenyum member isyarat yang disusul tawa garing Akira.
“Benarkah? Terima kasih, Ma…!”
“Kau berbakat membuka restoran!” tambah Tuan Marendra.
“Kau harus mengajariku selama kau masih di sini, Sayang!” pinta Nyonya Marendra tiba-tiba.
“Uhuk…uhuk…” Akira tersedak kaget. Tangannya mengelus-elus bagian leher dan atas dadanya. Daylan menoleh cepat lalu mengulurkan segelas air minum pada Akira. Akira segera menyambar dan meminumnya.
“Hati-hati, minum pelan-pelan!” saran Daylan lembut.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Nyonya dan Tuan Marendra hampir bersamaan. Akira hanya mengangguk.
“Dia sangat sibuk, Ma. Tugas kuliahnya sangat banyak. Jadi, dia tidak bisa sering masak begini. Biasanya kami makan di luar jika pulang malam, karena aku juga tahu sangat melelahkan rasanya jika masih harus memintanya memasak setelah lelah seharian. Tapi, hari ini khusus karena Mama dan Papa akan dating, makanya dia masak banyak seperti ini….” terang Daylan berusaha menutupi. Akira memutar kepalanya ke arah Daylan. Apa ada yang salah dengan laki-laki ini, tanyanya dalam hati.
“Kau baik-baik saja, bukan?” Tanya Daylan kemudian.
“Ya.” Jawab Akira singkat. Mereka lalu kembali focus pada piring dan sendoknya masing-masing.
“Akira, kau pasti sangat sibuk dan lelah, ya? Aku bisa melihatnya dari wajahmu.” Nyonya Marendra berhenti sejenak. Akira mengulum senyum paksa. “Kau harus ikut Mama ke salon dan spa besok! Dengan begitu kau bisa rileks dan kembali terlihat fresh.” Lanjut Nyonya Marendra.
“Dia sudah cukup cantik dengan gaya naturalnya. Dia tidak perlu polesan berlebihan.” Komentar Daylan santai.
Apa lagi ini? Kenapa laki-laki ini bersikap aneh seperti ini? Apa dia bermaksud melindungiku? Ya, Tuhan, aku merinding melihatnya. Ah, bukan, ini pasti hanya siasatnya saja! Harus ku akui, kau sangat hebat dalam hal ini, Daylan Allan Marendra…
____________________
Thanks my beloved readers. Please support Author by like, comment, vote, share, & favorite for notification update. See you next time on the next episode ^_^
Author don't own the picture.... Just hope you will be happier by it. it was taken from pinterest:)
Oh ya, terima kasih banyak untuk para pembaca yang sudah memberikan dukugannya. In sya Allah cerita kesayangan kita ini sebentar lagi akan dikontrak dan bila lulus proses kelanjutan kontrak kita akan bisa lebih sering update. So, buat teman-teman, tolong untuk terus berikan dukungan berupa like, comment, vote, share, & favorite untuk Couple in Love ini ya ^_^
Love you,
Yurizhia Ninawa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
akira belajar masak dong biar jago masak gtu
2020-05-27
1