Episode 5

                

 

 

Daylan yang menghadap kearah berlawanan menoleh karena suara derap langkah high heel yang di dengarnya. Namun tentu saja, ia segera menarik pandangannya sesaat setelah melihatnya. Raut murung Daylan dan Akira tiba-tiba berubah. Mata mereka terbelalak. Tunggu….

“Gadis itu….” “Pria itu….” batin mereka masing-masing bersamaa. Akira mempercepat langkah kakinya menuju kearah pria yang masih ada beberapa meter di hadapannya. Daylan berbalik memastikan apa yang tadi dilihat dua matanya. Kedua mata mereka bertemu dan membulat tak percaya. Daylan segera menarik pandangannya dan kembali ke posisi semula.

“Oh my God! Cewek itu ngapain di sini?! Jangan bilang kalau dia…. Gak MUNGKIN!!!” jerit Daylan dalam hati.

Akira menghentikan langkahnya semeter di samping Daylan. Ia menatap sosok itu lekat-lekat. “Hah?! Gak MUNGKIN!!!” teriak Akira dalam hati dengan mata menganga lebar.

“Wah, kau cantik sekali, Sayang!” puji Nyonya Marendra yang segera menyadarkan Akira. Akira tersenyum. “Terima kasih.” ungkapnya kemudian.

“Daylan, ayo ajak dia kenalan!” perintah Nyonya Marendra dengan sesungging senyum indahnya.

“Oh,,, emm… D-Day…” Nyonya Marendra memotong kata-kata Daylan.

“Gimana sih, Sayang? Tangannya diulurin donk!” tegur Nyonya Marendra pada Daylan yang hanya bermaksud mengucapkan namanya.

Daylan mengulurkan tangannya malas. Akira meraihnya setengah hati.

“Daylan Allan Marendra.” Kenal Daylan datar.

“Akira Horison.” Balas Akira pelan.

“Oh ya, ayo langsung ke ruang makan !” ajak Nyonya Horison.

Mereka segera beranjak ke meja makan Akira duduk berhadapan dengan Daylan, but no respon. Daylan hanya fokus pada piring dan sendoknya. Pun Akira, keduanya hanyut dalam pikirannya masing-masing.

“Ya ampun, Mama, Papa! Gimana bisa sih jodohin Daylan sama cewek kaya gini?! Katanya sesuai, sesuai apanya?! Cantikan juga bidadari gue! Modis, baik, cantik, pinter lagi! Terus kalau dia ini?! Pinter?! Pinter sih pinter, tapi masa pinter doank! Kakek….! Kenapa sih harus pilih Daylan! Kenapa enggak Erlangga aja?!” celoteh Daylan panjang dalam diamnya.

“Ya ampun, Dad! Dari mana sih dapet cowok aneh kaya gini? Pertama kali ketemu aja dia udah numpahin es krim di baju Akira, gimana selanjutnya?! Bisa-bisa dia buat Akira menderita selamanya! Aduh…. apa yang harus Akira lakuin, Dad?!” adu dan omel Akira dalam hati.

Kedua keluarga, Horison dan Marendra bercengkramya hangat -tentu saja pengecualian untuk kedua calon pasangan. Sesekali para calon mertua meledek calon menantu mereka. Dan hanya senyum palsu yang mampu terlontar dari masing-masing pasangan sebagai respon balasan. Suasana terlihat hangat meski tanpa percakapan hanya terwakil orang tua dan senyum dan tatapan sesaat sesekali dari kedua calon pasangan saat calon mertua mereka meledek mereka berdua.

Dan akhirnya acara makan malam bersama usai. Semuanya turun dan meninggalkan Daylan dan Akira di balkon untuk ngobrol. Katanya untuk mendekatkan mereka berdua dan saling kenal lebih jauh. “Ah, KUNO!!!” umpat keduanya kelu.

Hening. Suasana benar-benar senyap. Keduanya seolah benar-benar mengunci mulutnya rapat-rapat. Daylan beranjak dari kursi menuju pagar balkon. Daylan mendesah.

“Hhh… ini benar-benar gila, bukan?” tanyanya kemudian mengawali pembicaraan.

“Ya, sangat gila. Bahkan aku bisa-bisanya dijodohkan dengan pria yang menumpahkan es krimnya di bajuku saat pertama kali kembali menginjakkan kaki di Indonesia.”

“Heh, berhentilah membahasnya! Bukankah aku sudah bertanggung jawab? Kenapa masih diungkit-ungkit lagi?” protes Daylan sebal. Akira kembali terdiam. “Heeeeh… jadi, kau menyetujui perjodohan ini?” Tanya Daylan lemas.

“Yang benar saja! Jika kau Tanya seperti itu, mana ada gadis yang mau dijodohkan denganmu.”

Daylan menoleh sontak. “Apa kau bilang?! Apa aku tidak salah dengar?! Harusnya kau mawas diri! Kalau tidak ada yang mau dijohkan denganmu, itu baru benar. Kau itu tidak cantik, aneh, dan galak, plus kau suka sewot. Coba lihat aku! Aku tampan, tinggi, kaya, pintar, modis, stylis, apa coba kurangnya? Dan asal kamu tahu, wanita kayak kamu itu udah numpuk di black list aku!”

“Hhh, that’s very confident of you!”[1]Akira tersenyum tipis.

“Of course. Kita butuh itu untuk jadi yang terbaik dari yang lain.”

“Ya, sorry! Kamu bener, mungkin gak ada cowok yang mau nikah sama aku. Kayak yang kamu bilang, semuanya bener.” Akira menunduk. Rasa bersalah menyeruak dari hati Daylan. Ia lalu duduk di dekat Akira.

“Aish, udah, jangan ngomong kayak gitu lagi! Aku minta maaf, aku bener-bener udah keterlaluan.” Ungkap Daylan menyesal.

“Gak papa, kamu bener, kok! Lagian dari kecil aku banyak ngabisin waktuku buat baca dan belajar. Aku gak ada waktu buat main-main sama makhluk yang namanya cowok. Waktuku bener-bener aku habisin di rumah, perpus, dan meja belajar. Aku jarang banget pergi-pergi kecuali bareng keluarga, itupun biasanya waktu liburan dan perginya minimal ke luar kota. Dah gitu buat sekolah aku diantar jemput, jadi aku bener-bener gak paham daerah sekitar. Sebenernya sih dulu aku pendiem, cuma agak berubah sejak mau kuliah di luar negri. Kata sepupuku aku harus belajar buat gaul dan benerin bahasaku. Aku banyak belajar dari dia, dan akhirnya jadi gini deh. Sorry ya, kalau aku galak dan suka sewot, soalnya itu senjata yang biasa aku pake buat tameng biar gak ada laki-laki yang ganggu.” Terang Akira panjang lebar. Daylan hanya mengangguk sambil mengulum senyum.

“Jadi, kamu beum pernah pacaran atau suka sama seseorang gitu?” selidik Daylan penasaran.

“Emmm... entah! Pacaran sih aku belum pernah, tapi kalau suka bin kagum... mungkin pernah. Makanya, aku gak terima dijodohin. Aku belum pernah cinta sama cowok, tapi aku malah disuruh nikah sama cowok yang gak aku cintai dan gak cinta sama aku. But, in this rate, nothing can I do.”[2]

“Kamu tuh polos banget, ya!” Akira menoleh menatap Daylan.

“Kamu sendiri kenapa kelihatan gak suka banget kaya gini? Kayak-kayaknya sih, kamu gak setuju

banget gitu.”

“Aku? Sama kayak kamu. Aku ingin nikah sama orang yang aku cintai dan cinta sama aku. Terutama karena aku…” Dayla memutus perkataannya sendiri.

“Kenapa?” kejar Akira penasaran.

“Emm… aku dah punya pacar.” Tandas Daylan tegas.

“Oh ya? Kamu pasti cinta banget sama dia sampe gak mau nikah sama orang lain, ya?”

“Ya lah, jelas. Aku cinta banget ma dia.” Daylan menekan kalimat terakhirnya.

“Wah, kayak apa sih dia? Dan gimana kalian bisa pacaran? Certain donk!” Tanya dan pinta Akira antusias. Meski, entah mengapa hatinya merasa sedikit kecewa.

“Ini bukan dongeng yang diumbar sembarangan.” Tolak Daylan cepat.

“Ayolah, ceritain! Aku mohon!” Akira memasang wajah memelas.

________________

[1] Hhh, kau sangat percaya diri!

[2] Tapi, di saat kayak gini, gak ada yang bisa aku lakuin.

Thanks my beloved readers. Please support Author by like, comment, vote, share, & favorite for notification update. See you next time on the next episode ^_^

Author don't own the picture.... Just hope you will be happier by it. it was taken from pinterest:)

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

hmm selanjutnya gmana ya?

2020-05-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!