Episode 6

                            

 

 

“Ayolah, ceritain! Aku mohon!” Akira memasang wajah memelas.

“Hhhh… Ok. Tapi, janji ya, nggak cerita ke siapa-siapa!” Akira mengangguk mantap. “Dia itu benar-benar lembut, cantik, baik, dan pintar. Dulu dia adalah murid pindahan di SMP-ku. Saat itu kaum adam benar-benar gencar, mereka begitu terpesona pada kecantikannya. Ada banyak laki-laki yang menyatakan cinta padanya, tapi dia tolak semua. Aku tidak tahu kenapa saat itu aku tidak tertarik sama sekali padanya. Karena bagiku, cantik saja tidak cukup. Namun, setelah semester aku baru tahu kalau dia memang benar-benar pintar karena posisi juara umum kedua yang ia raih tepat di bawahku. Aku mulai penasaran dan mendekatinya perlahan untuk membuktikan perkataan orang-orang tentangnya. Dan semuanya benar… rasa penasaranku tiba-tiba saja berubah aneh. Aku tak mengerti apa yang ku rasakan. Dan akhirnya di ujung semester akhir kelulusan, meski sedikit terlambat, aku menyadarinya. Dan akhirnya aku menyatakan juga perasaanku padanya. Tak ku sangka dia memiliki perasaan yang sama denganku, dan sejak itu, kami berpacaran hingga sekarang.” Daylan menyudahi ceritanya. Akira begitu larut dalam cerita Daylan. Rasa-rasanya benar-benar bahagia menjadi wanita dalam cerita Daylan.

“Heh, kenapa bengong?” tegur Daylan menyadarkan Akira.

“Eh, eng-gak, kayaknya seneng aja jadi cewek kayak dia.”

“Mmm, jadi kau bisa mengerti, kan?” Tanya Daylan dalam.

“Ya, aku tahu.” Daylan mendorong dirinya mendekat ke arah Akira. Wajah mereka benar-benar dekat. Desahan napas Daylan mengalir lembut di wajahnya. Entah mengapa jantung Akira tiba-tiba berdegup kencang.

“Lalu bagaimana jika kita bekerjasama untuk menggagalkan perjodohan ini?” bisik Daylan di telinga Akira.

“Apa? Bagaimana caranya?”

Daylan kembali menarik tubuhnya. “Kita kabur sehari sebelum acara pertunangan.” Jelas Daylan tenang.

“Tapi…”

“Sudahlah, kau tidak perlu khawatir! Aku yang akan mengurus semuanya dan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu. Aku akan menunggumu di depan rumahmu tepat jam sepuluh pagi. Jangan lupa siapkan beberapa pakaian dan kartu ATM untuk berjaga-jaga!”

“Mmm…” Akira mencoba berpikir.

“Ayolah! Ku mohon!” bujuk Daylan lagi.

“Baiklah.” Ujar Akira menyetujuinya.

“Ok, kita sepakat!” Daylan mengulurkan tangan kanannya. Akira menyahutnya. Keduanya berjabat tangan erat.

**********

27 September

2018 (10.00 WIB)

Tapak kaki setengah mengendap Akira membawanya keluar dari istananya. Seorang pemuda dengan topi hitam di kepalanya dan kacamata berframe hitam metalik di matanya tengah menunggu di dalam mobil. Sosok itu menurunkan setengah kaca mobilnya dan melambaikan tangan ke arah Akira saat menyadari Akira telah berada di depan pintu gerbang.

“Hey…!” Daylan menyapa Akira sembari melambaikan tangan kanannya. Akira terdiam sejenak terpesona dengan penampilan Daylan. Kakinya kemudian kembali melangkah mendekat ke pintu mobil bagian belakang.

“Hey, duduklah di depan!”

“Hah… depan?”

“Ya, memangnya kenapa?” Akira melangkah ke pintu bagian depan samping pengemudi. Ia masih berdiri menatap Daylan dan tak kunjung membuka pintu.

“Hey, Akira! Sampai kapan kau akan berdiri di sana? Kau tahu kita mau kabur, kan? Bagaimana bisa kau sesantai itu?”

“Hah…” Akira tersadar bingung. Daylan membukakan pintu.

“Masuklah!”

Akira masuk lalu duduk. Auto locked -terkunci.

“Maaf, sudah lama menunggu?”

“Cepat pasang sabuk pengamanmu!” perintah Daylan tanpa menghiraukan pertanyaan Akira.

“Wwuuuusss…” mobil sport keluaran terbaru berwarna hitam yang mereka tumpangi melaju cepat sesaat setelah pemuda itu memutar kunci dan persneling.

“Aaaa… kurangi kecepatanmu, Daylan!” jerit Akira sambil berpegangan erat pada pegangan di atas kaca.

“Sudah ku bilang, pasang pengamanmu! Apa kau tidak dengar?”

“Tapi, kau tidak memberiku kesempatan untuk memasangnya….”

“Sssiiittt…” pemuda itu langsung menghentikan mobilnya. Tubunya bergerak mendekat ke arah Akira. Tangan kanannya meraih pengaman di sisi kiri Akira cepat dan memasangnya gegas. ‘Clek’ pengaman Akira terpasang. Akira terdiam dalam degupan cepat jantungnya.

“Wwuusss…” pemuda itu kembali melajukan mobil.

“Kau membawa kartu ATM-mu, kan?” Daylan membuka pembicaraan.

“Hmm.”

“Kalau begitu kita akan mencari mesin ATM dulu dan mencairkannya untuk berjaga-jaga sebelum diblokir.”

“Hmm.”

Daylan menoleh sedikit ke arah Akira lalu tertawa kecil. “Ada apa? Tidak biasanya kau seperti ini? Kau cukup diam hari ini, apa terjadi sesuatu?” Akira hanya menggeleng menanggapi Tanya Daylan. “Benarkah?” Daylan memastikan.

“Aku nervous, bodoh! Tak mungkin aku mengatakannya keras-keras.” Batin Akira. “Selain ini pertama kalinya aku duduk di samping laki-laki seusiaku dalam satu mobil begini….” Lanjut Akira dalam hati.

Daylan menepikan mobilnya saat mendapati mesin ATM di kanan kiri jalan.

“Itu dia mesin ATM! Cepat cairkan sebagian uangmu untuk berjaga-jaga sebelum diblokir!”

“Oh..”  tangan Akira bergerak agak gemetar saat hendak mencopot pengamannya. Daylan melihatnya namun hanya diam dalam posisinya. Akira  lalu ke luar dan berjalan cepat ke arah mesin  ATM.

“Ada apa dengannya? Dia kelihatan aneh sekali hari ini. Jangan-jangan… Aish, tidak mungkin!” ucap Daylan berargumen dengan dirinya sendiri.

Akira masuk ke dalam ruang mesin ATM. “Hhh… apa yang sebenarnya terjadi padaku?! Aahhhh… menyebalkan!! Hey, Akira! Bersikaplah biasa! Biasa saja! Dia bisa tahu jika kau…. aaahhh, ayolah, dia sudah punya pacar! Dan dia sangat mencintainya… hhh… jangan menjadi penghalang, bodoh! ” mata Akira berkaca-kaca saat mengucapkan kalimat terakhirnya pada dirinya sendiri. “Oh, sial, aku harus cepat! Dia pasti menungguku.” Akira segera kembali ke mobil lalu masuk dan memasang sabuk pengamannya.

“Kau sudah selesai?”

“Hmm.” Akira mengangguk. Daylan kembali melajukan mobilnya.

“Ada apa? Matamu berkaca-kaca begitu.”

“ Oh, ini… aku..”

“Kau takut orang tuamu marah?”

“Tidak... itu…”

“Kenapa?” Daylan menatap Akira dengan senyumnya sepintas sembari terus melajukan mobil.

“Pe-penampilanmu itu…”

“Penampilanku? Kenapa…? Jangan-jangan…”

“K-kau seperti penculik...!” Akira berucap keras sekenanya refleks.

“Oh…, benarkah?” Daylan meledek.

“Ya, a-aku ta-takut pencu-lik…”

“Mmmm, kau bisa menyebutku penculik.”

“ Hah?” Akira tak paham.

“Tapi, kau perlu menambahkan kata yang tampan di belakangnya. Jadi, ‘penculik yang tampan’ begitu menyebutnya.”

“Haah??? Apa itu? Kau sangat senang disebut penculik hanya dengan tambahan kata yang tampan di belakangnya? Itu tak merubah kenyataan dengan ketampananmu bahwa kau seorang penculik!”

“Oooh, begitu, ya? Apa kau tidak memerhatikanku? Coba lihatlah sekali lagi! Aku terlalu tampan untuk menjadi seorang penculik.”

“Oooh, ada apa dengan percaya diri yang tiba-tiba ini?”

“Lagi pula, kenapa kau tak jujur saja dan bilang jika kau menyukaiku?” Daylan menceploskan ide yang tiba-tiba ada di kepalanya sembari menoleh ke arah Akira dengan senyum indahnya.

“Hah..?” Akira terkejut mendengar ucapan sontak Daylan yang mungkin memang benar itu. “Sial, dia berbahaya! Aku harus menepisnya!” batin Akira.

“Hey, bagaimana bisa kau sepercaya diri itu?! Apa kau pikir…” Akira mencoba menepis.

Daylan menoleh memotong kalimat Akira dengan senyum indah itu lagi, “Just kidding!” ucapnya kemudian. Akira kembali terkejut melihat senyum indah itu dan  kalimat susulan dari bibir pemilik senyum itu. Akira segera mengalihkan pandangannya dan membatin bersyukur Daylan tak benar-benar menyadarinya. “Sebenarnya kau termasuk orang yang beruntung melihatku berpenampilan seperti ini di Indonesia. Tapi, apapun itu, aku senang

kau bisa berbicara banyak seperti biasanya sekarang.”

“Apa maksudmu dengan banyak bicara? Aku sebenarnya tidak terlalu banyak bicara.”

“Oooh benarkah?”

“Tentu. Aku hanya tiba-tiba berubah seperti ini karena bertemu lelaki aneh sepertimu.”

“Itu menyenagkan untuk mendengar seseorang berubah karenaku.”

“Hhhh, terserah kau saja!” Akira menyerah lelah karena Daylan selalu saja mampu mengontrol pembicaraan dan mengambil sisi positif dan keuntungan dari perkataannya.

“Kau tak penasaran kemana aku akan membawamu?”

“Aku rasa aku tak perlu bertanya pada penculik kemana dia akan membawaku.”

Daylan tertawa. “Kau benar. Karena itu, tidurlah! Akan ku bangunkan jika kita sudah sampai di tempat tujuan kita.” Daylan menutup pembicaraan. Akira pun  hanya berusaha memejamkan matanya seperti yang dikatakan penculik tampan yang saat ini duduk di sampingnya.

********

_______________

Thanks my beloved readers. Please support Author by like, comment, vote, share, & favorite for notification update. See you next time on the next episode ^_^

Author don't own the picture.... Just hope you will be happier by it. it was taken from pinterest:)

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

dr kabur bersama ntar mlah jth cnta akhirnya

2020-05-27

1

indah lastari

indah lastari

Aku sudah mampir ya, lagi ku baca2 dan beri jempol😁

Mampir juga ya ke novel karya ku

2020-04-16

1

Nani Naya

Nani Naya

seru nih

2020-03-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!