Episode 7

                                                         

 

“Kau tak penasaran kemana aku akan membawamu?”

“Aku rasa aku tak perlu bertanya pada penculik kemana dia akan membawaku.”

Daylan tertawa. “Kau benar. Karena itu, tidurlah! Akan ku bangunkan jika kita sudah sampai di tempat tujuan kita.” Daylan menutup pembicaraan. Akira pun  hanya berusaha memejamkan matanya seperti

yang dikatakan penculik tampan yang saat ini duduk di sampingnya.

********

Mata Akira mengerjap-ngerjap berusaha meraih kembali visualnya. Didapatinya seorang pemuda tengah duduk dengan tenang di sampingnya.

“Hey, kenapa tak membangunkanku? Kau bilang tadi akan membangunkanku, kan?”

“Kau tidur begitu pulas. Aku tidak tega membangunkanmu.” Akira terenyuh. “Turun! Kita makan dulu.” Lanjut pemuda itu seraya membuka pintu mobil. Ia turun lalu berdiri sejenak menunggu Akira keluar. Keduanya lalu berjalan masuk ke restoran di hadapan mereka.

“Seleranya benar-benar tinggi rupanya.” Batin Akira saat menerawang restoran yang dipijaknya.

Keduanya kemudian dipersilakan  memilih tempat duduk. “VIP.” Ucap Daylan pada resepsionis yang  menyambutnya.

“Silakan ambil jalan ke kiri lalu masuk ke ruang bertuliskan VIP di atasnya!”

“Oh, terima kasih!”

“Ney, tolong antar pelanggan ini ke ruang VIP!” pintanya pada salah seorang resepsionis lain.

Keduanya masuk ruang makan kemudian duduk. Daylan menyerahkan list menu makanan pada Akira. “ Pilihlah yang kau mau! Anggap saja sebagai ungkapan maaf dan terima kasihku.” Katanya kemudian. Akira hanya mengangguk lalu memesan makanannya.

“Hhh, apa ini? Drama atau mimpi? Sayang sekali aku harus pergi ke tempat seperti ini untuk pertama kalinya dengan orang hanya akan berlalu dariku dan dengan catatan bahwa ia memilih gadis lain dari pada aku.” Akira membatin sesaat setelah memesan makanannya sembari memandangi Daylan membuka-buka list menu makanan

untuk memilih apa yang akan ia makan.

“Ada apa? Kenapa kau memandangku begitu?” Tanya Daylan usai memberi tahu waiter makanan dan minuman yang ia pesan.

“Mmmm, aku hanya merasa kau terlalu berlebihan untuk mengajakku makan di tempat seperti ini. Harusnya kau pergi ke sini bersama orang yang berharga bagimu. Dan aku harusnya juga pergi ke tempat ini untuk pertama kalinya dengan orang yang aku sukai, ya kan?”

“Apa kau tak sadar kau baru saja mengatakan apa pada calon suamimu?”

“Hah?”

“Kau baru saja memberitahu calon suamimu jika kau merasa kau bukan orang yang berharga baginya, dan bahwa kau baru pertama kali pergi ke tempat seperti ini lalu kau bertanya jika harusnya kau pergi dengan orang lain yang kau sukai, menurutmu apa respon calon suamimu?”

Akira tersentak mendengar ucapan Daylan. “Dia pasti bercanda lagi! Benar-benar keterlaluan! Aku tak akan tertipu lagi!” batin Akira yang masih terdiam kesal tanpa jawaban bagi pertanyaan Daylan.

“Jika aku adalah…”

“Hey Daylan…. diamlah… ini menyebalkan…!” ucap Akira pelan.

“Kenapa? Kau tak mau tahu apa yang akan calon suamimu la….”

“Aku bilang diam! Berhenti bercanda tantang pernikahan kita! Jika tak ingin melakukannya, hanya katakan kau mau! Apakah sesusah itu untuk hanya mengakuinya?!” Akira memotong kalimat Daylan dengan kegeramannya. Daylan sontak terkejut. Namun, suasana teredam dengan kedatangan waiter membawa pesanan mereka.

“Selamat makan!” ucap waiter tersebut setelah menata semua pesanan di atas meja.

“Sial! Apa yang ku katakan?! Oh, aku benar-benar lepas control saat bersamanya! Sekarang apa yang harus ku lakukan? Aku tak mungkin lari keluar. Aku tak tahu tempat ini sama sekali. Bagaimana jika si laki-laki menyebalkan tak mengejarku? Ah….” Akira menggerutu dalam hati. Karena bingungnya tangannya gegas menyahut piring makanan yang dipesannya lalu melahap menunya.

“Uhuk…uhuk…”Akira tersedak. Daylan dengan sigapnya segera mengulurkan minum pada Akira.

“Hey, minumlah! Pelan-pelan!” Daylan menuntun.”Hey, kau baik-baik saja?” Akira hanya mengangguk tertunduk. “Maaf, aku tidak bermaksud bercanda seperti itu! Tapi, apa kau serius mau menikah denganku?”

Mata Akira terbelalak kaget mendengar tanya Daylan. Wajahnya terangkat refleks dengan dua tangan yang masih menutup mulutnya. Akira menatap Daylan dalam. “Meni-kah? Dengannya?” Akira berpikir.

“Oh, kau tak perlu menjawabnya! Aku hanya ingin memastikan saja. Aku yakin kau juga keberatan untuk menikah denganku, kan? Ah, aku bertanya lagi! Maksudku, kau tak perlu menjawab, aku hanya tak mau terkesan jika aku egois karena berpikir untuk membatalkan pernikahan kita untuk kepentingan dan kemauan sepihak. Tapi, aku yakin itu hanya perasaanku…”

“Tak mau terkesan egois, huh? Kau memang egois!” batin Akira. “Tunggu, aku juga tidak benar-benar… me-nyu-kai-nya, kan?” Tanya Akira pada dirinya sendiri.

“Sudahlah, lupakan saja! Sekarang cepat makan dan pergi dari ruangan ini!” Akira menutup pembicaraan.

Tak terasa senja telah menyapa kala keduanya menyudahi makannya. Daylan bertolak menuju tempat tujuannya.

“Sebentar lagi kita akan sampai.”

“Hmm.”

Setelah limabelas menit melaju, Daylan menepikan mobilnya lalu masuk ke sebuah gedung besar yang merupakan gabungan beberapa apartemen terbesar dan terbaik di kota itu.

“Ctek” tangan Daylan meraih saklar lampu dan seketika semuanya tampak terang.

“Aku sudah menyewa aparteman ini untuk sementara waktu. Di butuhkan waktu sekitar tiga jam untuk sampai ke sini, jadi aku rasa ini sudah cukup jauh. Untuk ruangan kau bisa lihat-lihat sendiri. Sedangkan untuk makanan kita bias belanja besok. Nah, jadi untuk sementara kita tinggal di sini, bagaimana menurutmu?”

“K-kita?” Akira memperjelas.

“Oh, maksudku kau yang akan tinggal di sini. Aku akan tinggal di sebelah, dan jika terjadi sesuatu atau kau membutuhkan sesuatu, kau bisa menghubungiku.”

“Apartemenmu benar-benar di samping apartemen ini, kan?”

“Hmm, di pintu samping. Jika kau tak keberatan mungkin kita bisa tinggal di satu…”

“Hey, Daylan! Berhenti meledekku!”

“Hahaha… kau selalu berekspresi seperti itu, aku jadi usil karena senang melihatnya.”

“Itu bukan sesuatu untuk ditertawakan!”

“Ok, Ok, maaf ya…”

Ungkapan maaf  Daylan terputus dering handphone Akira. Wajah Akira berubah panik. “Day… mom telpon!” terang Akira panik kemudian.

“Reject!” sahut Daylan cepat.

“Tapi, aku gak pernah nge-reject panggilan mom!”

“Udah reject aja! Inget, kita sekarang lagi kabur, Ra!”

“Tapi…” Daylan menyahut handphone Akira dan menekan ikon reject cepat. Ibu jarinya menekan pengaturan non-aktif. Tit-mati.

“Kenapa dinon-aktifin?”

“Untuk sekarang jangan aktifin dulu! Tunggu suasana tenang, Ok!” Akira mengangguk ragu.

“Aku ke apartemenku dulu. Jangan lupa, kalau ada apa-apa hubungin aku!”

“Hmm.”

Daylan melangkah keluar meninggalkan Akira di apartemennya sendiri.

“Hhh… ini akan baik-baik saja, kan?” ucap Daylan mensugesti dirinya sendiri sesaat setelah masuk ke dalam apartemennya.

**********

Angin berhembus lembut membelai setiap makhluk yang dilaluinya dengan cinta dan dan ketenangan. Waktu menunjukkan pukul 11.00 tepat. Satu jam telah berlalu dari jadwal pelaksanaan pertunangan antara Daylan dan Akira. Namun, keluarga Horison dan keluarga Marenda justru digegerkan dengan kehilangan keduanya.

________________

Thanks my beloved readers. Please support Author by like, comment, vote, share, & favorite for notification update. See you next time on the next episode ^_^

Author don't own the picture.... Just hope you will be happier by it. it was taken from pinterest:)

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

pdhl yg ditunggu udh kabur berjama'ah hhhh

2020-05-27

1

Nani Naya

Nani Naya

kompak ya kabur 😃😃

2020-03-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!