Episode 8

                             

 

Angin berhembus lembut membelai setiap makhluk yang dilaluinya dengan cinta dan dan ketenangan. Waktu menunjukkan pukul 11.00 tepat. Satu jam telah berlalu dari jadwal pelaksanaan pertunangan antara Daylan dan Akira. Namun, keluarga Horison dan keluarga Marenda justru digegerkan dengan kehilangan keduanya.

“Maafkan aku, ini benar-benar diluar dugaanku!” ucap Tuan Marendra pada Tuan Horison parau.

“Aku juga minta maaf! Aku tidak menyangka putriku juga akan senekat ini!” balas Tuan Horison lemah.

“Aku sudah menyuruh orang-orangku untuk mencari mereka. Dan jika nanti sudah ditemukan, sebaiknya kita langsung nikahkan saja mereka!”

“Ya, aku setuju! Aku serahkan masalah ini padamu.”

********

Di suatu sudut mall ujung kota, Akira dan Daylan tengah berjalan-jalan bersama untuk belanja.

“Hey, Akira! Mau berjalan-jalan dulu sebelum belanja?”

“Kemana?”

“Mmm, mungkin ke time zone, atau nonton, atau mungkin ke tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi. Apa kau punya saran?”

“Apa kau yakin kau mau jalan-jalan denganku?”

“Respon apa ini?!” Daylan tertawa mendengar jawaban Akira. “Jika aku sudah mengatakannya, itu berarti, aku cukup yakin untuk melakukannya.” Sambung Daylan menerangkan dengan seulas senyum tulus di wajahnya.

“Kalau begitu, bagaimana dengan nonton?”

“Ok! Let’s go!” Daylan memimpin jalan di depan. Akira mengekor di belakang.

10 menit kemudian mereka tiba di lantai lima sebuah mall tepatnya di bioskop. Daylan lalu memesan tiket untuk nonton sebuah movie yang telah mereka sepakati.

“Ayo masuk! Kebetulan film ini akan tayang 10 menit lagi.” Ajak Daylan sesaat setelah membeli tiket. Akira hanya mengangguk lalu berdiri mengikuti Daylan berjalan masuk.

Keduanya duduk bersebelahan. Namun, saat film diputar keduanya sibuk dengan diri masing-masing. Yang meski bagaimanapun itu, sebenarnya Akira merasa nervous. Ya, karena ini pertama kalinya ia pergi ke bioskop berdua dengan seorang laki-laki.

“Huuufft… jadi seperti ini ya rasanya pergi ke tempat seperti ini dengan seorang laki-laki. Tapi, kenapa ada banyak sekali wanita yang merasa bahagia dan senang saat mereka pergi ke tempat seperti ini sedang aku malah nervous begini?” celoteh hati Akira yang kemudian menoleh ke arah Daylan yang tampak tenang dengan wajah tampannya menonton susunan adegan di layar. Daylan yang merasa dipandangi Akira tiba-tiba menoleh ke arah Akira yang sontak kaget dibuatnya dan langsung menoleh Sembilan puluh derajat ke arah lain sembari membatin, “Sial, kenapa dia menoleh! Oh, ada apa denganku?!”

“Kenapa?”

“Kenapa apanya?”

“Kau sepertinya menatapku sedikit lama, tadi. Apa kau bosan?”

Akira memandang Daylan. “Apa yang aku pikirkan? Dia hanya khawatir. Kenapa aku berpikir macam-macam?” batinnya.

“Hey, Akira! Apa kau tak mendengarku?” panggil dan tanya Daylan menyadarkan Akira.

“Oh, itu…aku…bagaimana mengatakannya ya…aku hanya…terkejut melihat seorang laki-laki sepertimu menonton film dengan cara seperti itu…”

“Hhh, kau mengatakannya karena kau tak pernah melihat seorang laki-laki pun di bioskop, bukan?”

“Hhh, a-apa?!”

“Mmmm, kau harusnya bersyukur dan bertrimakasih ke tempat ini bersamaku! Biar ku beri tahu…” Daylan mendekat berbisik ke telinga Akira, "Banyak laki-laki yang berbuat macam-macam di tempat ini, lho…” Daylan menakuti Akira setengah bercanda. Akira tersentak merinding, agaknya usaha Daylan berhasil. Tangan kanan Akira meremas pegangan kursi di sisinya. Jantungnya berdetak lebih kencang. Namun, ia tetap diam berusaha menyembunyikannya dari Daylan.

Daylan kembali ke posisi awalnya sembari tertawa puas dengan mulut setengah tertutup tangan kanannya yang menjaga suara tawanya. Namun, sebelum ia melanjutkan tawa panjangnya, ia kembali menoleh ke arah Akira yang hanya terdiam. Dan hanya dalam hitungan detik, Daylan terkejut akan apa yang ditangkap visualnya. Tangan Akira terlihat meremas pegangan kursi kuat-kuat. Wajahnya pun tak urung mengungkapkan bahwa ia tidak sedang baik-baik saja. Tawa Daylan seketika terhenti. Akira seolah berusaha memfokuskan pandangannya ke arah film yang

tengah diputar di depan untuk menyembunyikan perasaannya. Dipandangnya Akira lebih dalam dari kejauhan yang dekat. “Ia hanya berada beberapa senti di sampingku, namun, mengapa ia terasa begitu jauh?” batin Daylan dengan tangan yang kemudian tergerak refleks menggenggam tangan kanan Akira. Akira menoleh kaget. “Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu merasa tak nyaman seperti itu…” ucap Daylan kemudian. Akira terdiam sejenak, “Hmmm..” jawabnya mengiyakan kemudian.

Dan akhirnya film yang mereka tonton pun usai. Mereka pun kemudian beranjak meninggalkan ruangan.

“Mau ambil foto untuk kenang-kenangan?” Tanya Daylan sesampainya di luar.

“Hah? Untuk kenang-kenangan apa?”

“Untuk kenang-kenangan saat aku sudah tak bersama calon istriku yang sangat lugu lagi…”

“Hey, Daylan, berhenti mengatakan aku ini calon istrimu! Lagi pula kita tidak berencana benar-benar menikah.”

“Mmm... sayang sekali! Aku rasa orang tua kita cukup serius untuk menikahkan kita... ternyata hanya main-main, ya….?” Daylan meledek.

“Hey.. kau benar-benar…!” Akira bergerak hendak memukulkan tas selempang kecilnya ke tubuh Daylan. Namun, tangan Daylan dengan gegas menahannya.

“Baiklah, apa kata ‘teman’ terdengar lebih baik?” Tanya dan usul Daylan sembari menahan tas kecil Akira. Akira terdiam berpikir.

“Teman, huh?” pikir Akira sembari mengarahkan visualnya pada Daylan. “Jujur, aku tak suka mendengarnya…teman… kata itu… aku…”

“Crek…” kilauan blitz handphone Daylan di wajah Akira menyadarkannya.

“Daylan….!!!”

Kali ini Daylan berlari menjauh. “Maaf, teman! Aku mengambil photomu…”

“Hey Daylan, berhenti…!” Akira menyusul mengejar Daylan.

“Aku akan berhenti jika kau bisa menghentikanku….” Teriak Daylan.

“Dasar dia gila!” ucap Akira lirih. “Hey, Daylan! Aku tak tahu jalan! Jangan pergi terlalu jauh!” jerit Akira kemudian. Langkah kaki Daylan terhenti. Ia menoleh.

“Kalau begitu cepatlah!”

Akira segera menyusul hingga menyamai Daylan. “Kau jahat! Meninggalkanku seperti itu…” ucap Akira kemudian.

“Oh… temanku merasa aku meninggalkannya…” ledek Daylan menanggapi Akira. Akira memasang wajah sebal. “Maaf… jangan marah begitu…!”

“Kau curang!”

“Curang? Kenapa?”

“Kau hanya mengambil photoku…”

“Oh, kau mau minta photoku juga?”

“Bukan itu, maksudku…”

Tangan Daylan yang sontak menarik Akira ke sampingnya memutus ucapan Akira yang tersusul oleh cahaya blitz beberapa detik kemudian.

“Aku akan mengirimnya padamu nanti, sekarang tidak ada komplain!” ucap Daylan sembari beranjak. Akira hanya mengukir senyum tipis mengiyakan. “Karena sudah sore, kita langsung belanja aja, ya…” Daylan menambahkan.

“Hmm, aku ikut saja…”

“ Kita langsung ke tempat barang-barang dan makanan yang kita butuhkan.”

“Hmm.”

Daylan menarik sebuah trolly lalu mendorongnya. Dan keduanya pun memulai perburuan mereka. Akira mengambil barang-barang dan makanan yang sekiranya akan mereka perlukan. Daylan sesekali turut mengarahkan telunjuknya ke beberapa barang sebagai isyarat bagi Akira agar mengambilnya. Keduanya sesekali berdebat tentang barang yang akan mereka beli.

“Kita tidak perlu itu!” komentar Daylan saat Akira memasukkan suatu barang ke dalam trolly.

“Ki-ta? Jangan bercanda! Aku tak pernah bermaksud membelikannya untukmu.”

“Oh, aku lupa, harusnya yang ada dalam trolly ini adalah barang milikku saja…”

“Oh, aku lupa, harusnya aku tak menitipkan barangku di trolly orang yang tak tulus…” Akira mengambil langkah tertahan Daylan.

“Hey, apa kau pikir aku benar-benar marah? Apa kau sama sekali tak bias bercanda?”

“Ah, sudahlah, terserah kau saja!” Akira berlalu jengkel.

“Oh, sepertinya aku salah lagi… aku harus belajar lebih banyak mengalah padanya…. untuk sementara…” ucap Daylan pada dirinya sendiri yang kemudian menyusul Akira di depan.

“ Maaf… aku salah… aku tidak akan mengulanginya jika kau tak suka…dan bisakah kita berjalan bersama seperti tadi?”

____________

Thanks my beloved readers. Please support Author by like, comment, vote, share, & favorite for notification update. See you next time on the next episode ^_^

Author don't own the picture.... Just hope you will be happier by it. it was taken from pinterest:)

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

hehew daylan spt seorang suami yg menemani istrinya belanja

2020-05-27

1

Yulia Rahma Sadewo

Yulia Rahma Sadewo

bgs cerita nya Thor...😊😊

2020-04-27

0

Nani Naya

Nani Naya

smg lama2 tumbuh cinta d antara mereka 😃

2020-03-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!