Episode 4

                                                             

 

From: Lovely Mom

“ Day, pulang jam lima, ya! Inget, kan  nanti malem mama minta temenin kamu? Jadi, jangan telat, ya! Kamu juga harus siap-siap sebelum berangkat, Sayang! Mama tunggu di rumah.”

Daylan mendesah berat. Dibalasnya sms itu dengan kesal. “Ya, Ma.” Balas Daylan singkat, jelas dan padat untuk menyudahi sms mamanya. Namun, handphone kembali bergetar sesaat setelah ia mengirim smsnya.

“Jangan lupa, Sayang! Jam lima sore, Mama tunggu!”

Hati Daylan makin jengkel dan sebal. “Ya.” Balasnya lagi lalu segera menonaktifkan handphone-nya sesaat setelah pesan terkirim.

“Sial! Kenapa sih, semua orang akhir-akhir ini pada gila!” umpat Daylan sebal.

“Loe tuh yang aneh! Emang kenapa, sih? Ada apa? Cerita donk, Day!”

“Hhh..” Daylan mendesah. “Gue dijodohin.”jelasnya datar.

Revan tergelak. “So, what’s wrong? Emang kenapa kalau dijodohin?”

“Loe tu gila apa gimana sih, Re? jelas-jelas gue gak cinta sama dia, kenal aja enggak, namanya aja gue gak tahu, gimana gue mau suruh nikah sama dia?!” Daylan beranjak ke pagar balkon diiringi tawa ringan Revan.

“Cinta itu bisa tumbuh seiring berjalannya waktu, Bro. Jadi, loe gak perlu khawatir. Buat masalah nama dan segala sesuatu tentang dia juga loe bakal tahu dengan sendirinya. Kan loe tahu, tak kenal maka tak sayang, so tak kenal maka kenalan donk! Jadi, gak ada yang salah, kan?”

“Tapi Re, masalahnya loe tahu sendiri kan, gue dah punya Maura?!” dalih Daylan tak mau kalah.

“Ya ampun Day… jadi, selama ini loe bertahan LDR sama Maura?! Hhh, terlalu loe, Day!”

“Loe tahu sendirilah. Gue kan cowok setia gak kaya elo yang kerjaannya ganti-ganti pacar.” Revan beranjak berdiri di samping Daylan.

“Enak aja loe bilang! Seolah-olah gitu ya, gue bad boy! Lagian yang harusnya dipertanyain itu loe. Loe gampang banget sih percaya sama cewek. Jangan gampang percaya gitu donk, Day!”

“Tapi, Maura beda, Re!”

“Gue tahu. Tapi, tetep aja dia manusia, kan? Siapa tahu apa yang ada di balik mata, Day? None. Dan satu lagi Bro, cewek mana sih yang tahan lama-lama LDR tanpa tatap muka, sentuhan, dan perhatian langsung sama sekali?”

“Harusnya loe ralat tu kata-kata loe! Kebanyakan tu cowok yang gak kuat LDR. Tapi, nyatanya gue bisa, so kenapa Maura nggak?”

“Hhhh…cinta emang bener-bener buta ya, Day? Loe sampe segitunya percaya sama dia dan lupa kalau dia juga manusia biasa. Tapi, terserah loe sih kalau emang mau lanjut. Tapi, gue saranin jangan terlalu percaya!”

“Jadi, kesimpulannya loe setuju gue dijodohin?”

“Kenapa enggak?”

“Gila loe!”

“Gak salah nih gue yang gila? Bukannya yang tadi stres itu loe, ya? Masa orang pinter kaya loe gak tahu stres itu gejala gila ringan?”

“Oh, ya? Gak papa deh asal loe bahagia.” Daylan dan Revan tertawa lepas bersama. Namun, di ujung tawa mereka Revan menoleh ke arah Daylan menyadari tawa Daylan berubah menjadi tangis tertahan yang nampak dalam suaranya.

Revan menepuk bahu sahabatnya itu lalu berujar pelan, “ Air mata itu lebih baik dilepas, Day. Karena bahkan saat kita tahan yang akan muncul hanya rasa sakit yang lebih dalam.” Daylan berusaha tersenyum, namun akhirnya air matanya mengalir mendahului keindahan senyum yang diusahakannya.

“Gue gak tahu kenapa, tapi, hati gue sakit. Loe tahu kan gue berusaha sebaik mungkin buat jadi anak dan cucu yang baik. Gue rasa semua yang gue lakuin selalu karena pilihan dan mereka bahkan meski sebenernya aku keberatan aku coba buat bertahan. Tapi kali ini Re, aku ingin satu aja, khusus untuk hal ini seenggaknya biarin aku pilih pilihan dan jalanku sendiri. Tapi, bahkan walaupun aku harus setuju, aku gak pernah lebih baik dari dia di mata mereka…”

“Day…gue ngerti perasaan loe. Tapi, loe juga perlu tahu sesuatu, mereka ngelakuin semua itu gak mungkin karena mereka benci sama loe, justru karena mereka peduli dan sayang sama loe mereka pingin loe dapet yang terbaik….”

“Dari mana mereka tahu kalau orang yang akan mereka jodohin itu adalah orang terbaik buat aku?! Gimana mereka bisa sepercaya diri itu, Re?!” Potong Daylan tak terima.

“Day, itu kenyataan yang lain lagi. Loe bener, mungkin mereka terlalu percaya diri. Tapi, gitulah, Day, setiap orang punya cara yang berbeda buat nyayangin  kita, dan kadang itu memang menyakitkan. So, apapun yang akan loe putusin buat loe lakuin nantinya, gue mau loe yakin, orang tua loe gak mungkin milihin cewek sembarangan buat anak semata wayang mereka.”

******

16.45 WIB

Daylan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Kata-kata mamanya terus mengiang di kepalanya. “Jangan lupa, Sayang, jam lima sore, Mama tunggu!”

“Aish!” decak Daylan kesal.

“Kenapa lagi, Day?”

“Sorry Bro, gue harus pulang, ada urusan.”

“Oh, gitu? Ya udah, hati-hati di jalan ya!”

“Ya. Gue pulang. Bye!”

“Bye!”

Daylan segera melaju dengan mobilnya ke rumah. Seperti biasa, cukup lima belas menit baginya untuk sampai di rumahnya. “Ma, Daylan pulang!” jeritnya sambil terus melangkah masuk.

CLEK. Daylan membuka pintu kamarnya.

“Eh, Pangeran kecil Mama sudah pulang!” sapa Nyonya Marendra sembari meletakkan dua helai pakaian di atas tempat tidur Daylan.

“Daylan udah besar, Ma. Bukan pangeran kecil lagi.” Koreksi Daylan kemudian.

“Ya..ya…Pangeran Kecil Mama sudah besar… gak kerasa ya, Sayang…sebentar lagi kamu udah gak bisa sering bareng Mama…”

“Mama ngomong apa, sih? Lagian ngapain Mama disini?”

“Udah, cepetan mandi dan siap-siap! Pakai baju yang mama siapin, ya! Pokoknya harus kelihatan handsome-nya!”Daylan tersenyum mengangkat ujung bibir kanannya.

“Emang Daylan dari dulu udah handsome kali, Ma!”

“Iya, Mama tahu. Tapi malam mini pokoknya harus lebih rapid an ganteng lagi, Ok!”

“Iya, Mama!”

“Bagus! Mama tinggal dulu, buruan mandi!”

****

Wajah natural Akira tampak sedikit lebih cantik dengan polesan make up sederhana. Ia memandang wajahnya di cermin yang tepat berada di hadapannya. Wajah cantiknya tertutup murung yang menderanya. Ya, karena malam ini ia ber-make up bukan untuk berpesta, jalan-jalan, atau have fun lainnya, tapi untuk bertemu calon tunangannya. “Kira-kira seperti apa ya dia?” Tanya Akira membatin.

“Akira, ayo turun, Sayang! Keluarga Marendra sudah datang…” teriak Mom memberitahu Akira. Akira beranjak.

“Iya, Mom. Sebentar lagi aku akan turun.”

“Klek... klek…” suara high heel Akira menuruni tangga dengan anggunnya. Tangan kanannya menyusuti pinggiran tangga dengan lembut. Namun, satu, wajahnya masih tampak murung.

Daylan yang menghadap kearah berlawanan menoleh karena suara derap langkah high heel yang di dengarnya. Namun tentu saja, ia segera menarik pandangannya sesaat setelah melihatnya. Raut murung Daylan dan Akira tiba-tiba berubah. Mata mereka terbelalak. Tunggu….

“Gadis itu….” “Pria itu….” batin mereka masing-masing bersamaan. Akira mempercepat langkah kakinya menuju kearah pria yang masih ada beberapa meter di hadapannya. Daylan berbalik memastikan apa yang tadi dilihat dua matanya. Kedua mata mereka bertemu dan membulat tak percaya. Daylan segera menarik pandangannya dan

kembali ke posisi semula.

_______________

Thanks my beloved readers. Please support Author by like, comment, vote, share, & favorite for notification update. See you next time on the next episode ^_^

Author don't own the picture.... Just hope you will be happier by it. it was taken from pinterest:)

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

tuch bener kan daylan itu cwok yg nabrak akira dibandara

2020-05-27

2

dinda queeen

dinda queeen

lanjut

2020-04-01

1

Nani Naya

Nani Naya

lanjuut

2020-03-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!