“Cpret…cpret….” Akira mengembil dua foto untuk kenang-kenangan. Satu foto dirinya dan satu foto pemandangan universitas. Ia mengecek fotonya. Jarinya tertahan di layar sejenak. Foto kedua yang ia ambil sejenak menyita perhatiannya. Ya, karena tak sengaja terfoto sosok seseorang yang tengah berdiri tenang di sana. Jemarinya membesarkan gambar sosok itu. Visualnya segera terangkat dan terarah ke tempat sosok itu berdiri. Seorang pria berjaket baby blue mengkilat dengan tas punggung biru dongker terpasang di kedua bahunya serta blue earphone metalik yang melingkar di telinga dan kepalanya dengan celana jeans dan sepatu biru senada yang begitu match dengan gaya dan bajunya membuatnya tampak sangat keren.
“Siapa laki-laki itu? Sepertinya tidak asing.” Gumam Akira sambil terus memandang sosok itu dan memutar memorinya. Sosok itu berjalan menjauh menuju suatu tempat yang tak diketahui Akira.
“Siapa… siapa… siapa... siapa, ya?! Aku jelas pernah melihatnya. Tapi, dimana?” kejar Akira memaksa ingatannya sambil memukul-mukul kepalanya dan sesekali memejamkan matanya. “Hufft, sudahlah!” batinnya setengah menyerah. Matanya melongok jam di pergelagan tangannya, 08.15. ia menghembuskan napas lega. “Apa, jam delapan lewat lima belas?! Hwaa…!!” Akira berlari tergesa. Pikirannya kalut. “Ya, Allah, ini hari pertama, masa iya gue mau telat!” batinnya sambil terus berlari.
‘Seett…bug…” mata Akira terpejam.
“Hoi, mau mati, ya?! Kalau mau mati jangan majang di depan mobil gue!” umpat seseorang kesal sambil melongok dari kaca mobilnya. Namun entah mengapa umpatan itu berakhir dan berlalu begitu saja. Ia hanya samar-samar mendengar seseorang meminta maaf.
Hangat. Akira mendengar irama detak jantung yang begitu lembut dan beraturan. “Tunggu, what’s up?! Rasa-rasanya aku sedang ada dalam pelukan seseorang. Apa?!” Akira membatin sembari membuka katup matanya perlahan. “Ini, apa ini? benar manusia kah?”batinnya lagi.
“Kau baik-baik saja?” Tanya suatu suara mengalir lembut ke telinga Akira. Ia mengangkat wajahnya. Sosok yang tinggi itu sejenak tertegun menatap Akira. Ya, gadis yang saat ini ada dalam dekapannya.
Akira kembali mencoba. Berpikir keras mengobrak-abrik memorinya. Ya, sosok pemuda yang tampak begitu keren dengan blue earphone metalik yang kini terletak di lehernya. Sosok itu menatap Akira dalam. Ia melepaskan tangannya dari lengan dan punggung Akira. Keduanya menarik langkah mundur satu langkah.
“A-akira Horison?!” tebak sosok itu terkejut dan heran.
“Apa? Dia mengenalku?” batin Akira tak kalah heran. “Ya, kau…”
“Daniel. Kau ingat?” sambung sosok itu cepat.
“Daniel Erlangga?!” sahut Akira girang. Daniel mengangguk. “Wow, kau benar-benar berbeda! Bukannya waktu itu kau memakai jas rapi? Kenapa sekarang berubah stylish begini? Aku benar-benar merasa sulit mengenalimu meski sudah berkali-kali memutar otakku.” Akira tersenyum –Tapi, ada satu yang tak berubah darimu kau tetap baik dan tampan-
“Begitu, ya?” Daniel menghela napas panjang. “Waktu itu aku datang ke rumahmu untuk urusan bisnis. Jadi sangat tidak etis rasanya berpakaian non-formal. Dan lagi pula, hidup ini harus seimbang, untuk bekerja, untuk orang lain, dan untuk menjadi diri kita sendiri. Kita harus bias menyesuaikannya.”
“Ya, aku mengerti.”
Suatu hal tiba-tiba terbesit di otak Akira. Ia menepuk keningnya. “Ya, Tuhan! Aku lupa aku harus masuk sekarang!” seru Akira panik dan segera beranjak dari tempatnya.
“Tunggu!” Daniel menarik lengan Akira menahannya sejenak. “Kau akan mengambil kuliah di sini?”
“Oh, ya, aku lupa memberitahumu, aku adalah mahasiswa di sini sekarang.”
“Oh, baiklah. Kau bisa masuk sekarang…” Daniel melepaskan pergelangan Akira dan membiarkannya
melangkah menduluinya. Daniel turut membalikkan pungung menuju tempat tujuannya.
Kaki Akira melangkah beberapa langkah ke depan. Namun, baru beberapa langkah ia segera berbalik. “Daniel!” serunya kemudian sembari berlari ke arah Daniel. Daniel menoleh.
“Mmm… sebenarnya aku… belum tahu dimana letak fakultasku. Bisakah…”
“Fakultas apa?” potong Daniel.
“Biologi.”
Daniel tersenyum. “ Kenapa tidak bilang dari tadi?”
“Itu tak terpikirkan karena aku sangat buru-buru…”
“Hhhh, sepertinya itu kebiasaan burukmu… apa kau juga tidak sadar tadi sudah hampir tertabrak mobil karena itu? Kau harus lebih tenang dan hati-hati lain kali! Sekarang ikut aku! Aku akan mengentarkanmu.”
Keduanya berjalan bersama menuju gedung fakultas Biologi untuk Postgraduated students[1]. Namun, Akira terkejut saat Daniel turut beranjak masuk ke dalam ruangan bersamanya.
“Sudah, sampai sini saja!” ucap Akira kemudian. Namun, Daniel hanya tersenyum dan tak menggubrisnya. “Kenapa masuk?” tangan Akira menarik lengan Daniel yang selangkah lagi menerobos pintu masuk kelas.
“Aku asisten dosen untuk pelajaran ini. dan karena dosennya tidak bisa datang, maka aku yang akan menggantikannya.” Jelas Daniel santai. Akira ternganga. “Cepat masuk! Apa yang kau lakukan di situ?” tegurnya lembut kemudian.
Akira tersadar dan segera masuk ruangan. Jam pertama untuk hari pertama masuk dengan materi yang disampaikan orang pertama yang mampu menggoyahkan hatinya – Daniel Erlangga.
*******
“Yoboseyo…!”[2] sapa Daylan pada pemilik telpon yang tengah ia hubungi.
“Ye, duguseyo?”[3]
“Don’t you know my voice, Sweety?”[4]
“Daylan?! Dimana kau sekarang?” seru Maura semangat.
“Katakan saja sekarang kau dimana!”
“Oh, aku masih di kampus. Tepat di depan fakultas kedokteran.”
“Wait for me, Sweety!”[5]Klik. Sambungan diputus Daylan sepihak. Mobil hitamnya segera menepi di depan fakultas kedokteran.
“Coba tebak siapa!” bisik Daylan pada Maura dengan dua tangan yang ia gunakan untuk menutup mata Maura.
“Daylan, apa benar ini kau?” Daylan menarik tangannya dari mata Maura. Maura memutar balik badannya hingga tepat berhadapan dengan Daylan. Daylan tersenyum. Maura segera berhambur memeluk Daylan. “Aku merindukanmu, sangat merindukanmu!” ungkap Maura haru.
“Aku juga.”
“Aku tidak percaya, benarkah ini dirimu?” Maura melepas pelukannya.
“Nyatanya ini memang diriku. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.”
Maura tersenyum. “Bagaimana jika kita makan bersama? Aku ingin mendengar ceritamu.”
“Baiklah, seperti yang kau mau.”
Daylan dan Maura menapakkan kaki mereka di sebuah restoran mewah tepat saat senja mulai menyapa mengiringi mentari kembali ke peraduannnya.
“Dreeett…dreett…” handphone Daylan bergetar. 1 message received. Jarinya mengusap layar dan lalu
visualnya membaca pesan.
“Day, jemput gue! Buruan, gue tunggu di depan gerbang kampus!”
Daylan menggerakkan jemarinya cepat membalasnya.
“Gak bisa, gue lagi ada acara. Loe pulang sendiri aja! Coz mau loe tunggu sampe tengah malem gue juga gak bisa!”
Akira mendecak kesal membaca SMS balasan dari Daylan. “Sial nih cowok! Kurang ajar banget sih dia!” batinnya meletup-letup.
“Tin..tin…” suara klakson mobil mengagetkan Akira. Pemiliknya menyembulkan kepalanya dari
kaca mobil yang baru sedetik lalu dibukanya.
“Hey, kau pulang sendiri?” Tanyanya kemudian.
“Ya…” jawab Akira singkat.
“Naiklah, aku akan mengantarmu!”
“Tidak usah! Aku tidak mau merepotkanmu lagi!” tolak Akira halus.
“Aku tidak merasa direpotkan, sungguh! Naiklah!” Daniel meyakinkan.
Setelah dipikir-pikir, rasa-rasanya sayang jugamenolak tawaran Daniel. Dari pada naik transportasi umum atau tinggal di sini nungguin Daylan yang gak bakalan dateng, mendingan diterima aja, deh!
Akhirnya Akira beranjak ke arah mobil lalu membuka pintunya. “Beneran nggak ngerepotin?”
“Nggak.” Tandas Daniel mantap. Akira tersenyum lalu masuk.
“Wwuuuss…” mobil mulai melaju santai.
“Dia beda banget ma Daylan yang suka kebut-kebutan kalau dan gak mikir kalau di sampingnya ada cewek waktu bawa mobil. “ gumam Akira dalam hati.
“Kau tinggal dimana?” Tanya Daniel memutus keheningan.
“Apartemen dekat Insadong.”
“Mmm, ngomong-ngomong kau sudah lancar berbahasa korea?”
“Lumayan. Ya, karena aku suka belajar bahasa asing, jadi tidak begitu sulit.”
“Wah, begitu ya orang-orang pintar!”
“Bukannya kau juga orang pintar?” sahut Akira mengembalikan kata-kata Daniel.
Daniel tertawa. “Mugkin…” lanjutnya.
“Itu dia apartemenku! Berhenti saja di depan!” pinta dan arah Akira. Daniel menepikan mobilnya disusul
turunnya Akira.
___________
[1] Mahasiswa S2
[2] Halo…!
[3] Ya, siapa?
[4] Tidakkah kau tahu suaraku, Sayang?
[5] Tunggu aku, Sayang!
Thanks my beloved readers. Please support Author by like, comment, vote, share, & favorite for notification update. See you next time on the next episode ^_^
Author don't own the picture.... Just hope you will be happier by it. it was taken from pinterest:)
Oh ya, terima kasih banyak untuk para pembaca yang sudah memberikan dukugannya. In sya Allah cerita kesayangan kita ini sebentar lagi akan dikontrak dan bila lulus proses kelanjutan kontrak kita akan bisa lebih sering update. So, buat teman-teman, tolong untuk terus berikan dukungan berupa like, comment, vote, share, & favorite untuk Couple in Love ini ya ^_^
Love you,
Yurizhia Ninawa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
daniel erlangga apakah itu kakaknya daylan?
2020-05-27
1
Nani Naya
lanjuuuut
2020-03-16
1