The Great Of Sky
Suara sorak-sorai para pria serta wanita dewasa terdengar memekikkan gendang telinga. Suara itu menggema di tengah-tengah lapangan yang sekelilingnya ditumbuhi pohon-pohon lebat.
Hewan-hewan bersayap beterbangan ke udara karena suara gemuruh tersebut. Hewan berekor panjang saling bergelantungan dari satu dahan ke dahan lainnya.
Hewan-hewan itu berkicau serta mengeluarkan suara khas dari jenis mereka masing-masing. Semuanya seolah ikut bersorak seperti para pria dan wanita.
Seorang pria dewasa sekitaran enam puluh tahun, duduk dengan angkuhnya di kursi kayu dengan ditemani seorang pria berambut panjang dengan ciri khas wajah nan cantik.
"Ayo, Sky. Kamu pasti bisa," teriak para pria.
Seorang pemuda berusia dua puluh tahun, bermata biru, berambut lebat hitam dengan postur tinggi bak model, jangan lupakan tubuh berototnya dengan pemandangan roti sobek yang membuat para wanita pada terpesona.
Pria itu bernama Sky Sylvestone, tengah bertarung melawan sosok hewan berukuran sedang dengan panjang tubuh sekitar dua ratus dua puluh centimeter, berbulu hitam gelap, berkepala besar dan berbau.
"Ayo, Sky. Hewan begitu saja tidak bisa kamu taklukan, peliharaanmu butuh makan," teriak yang lainnya.
Sky mengeram mendengar teriakan-teriakan yang seolah menjatuhkan dirinya. "Aku sangat jijik dengan hewan ini. Kalau bukan karena memberi makan Tira, dan juga sebuah tantangan, aku tidak ingin menyentuhnya." Sky bergumam, tetapi ia harus tetap berkonsentrasi pada sosok di depannya itu.
Menaklukan hewan berbulu itu tanpa senjata dan hanya mengandalkan kekuatan tangan, sangatlah sulit. Terlebih Sky sangat tidak menyukai hewan yang memiliki taring di mulutnya.
"Sayang ... jangan sampai wajahmu terkena kuku hewan itu," teriak Selena.
"Suaramu membuat gendang telingaku pecah," kesal Black.
"Aku hanya ingin menyelamatkan wajah tampan anakku," sahut Selena.
Black geleng-geleng kepala pada pria yang berdiri di hadapannya. Penampilan Selena sudah seperti pria, tetapi tetap saja pria itu senang merawat diri seperti wanita.
"Ke marilah hewan bau!" Sky memasang kuda-kuda dan siap menyergap hewan berbulu itu. "Satu, dua, tiga!"
Sky berguling-guling dengan memeluk hewan tersebut. Tangannya menjerat leher serta kedua kakinya memerangkap tubuh hewan berbulu itu.
"Patahkan lehernya. Patahkan, Sky," teriak yang lain.
Kreck ... kreck ... !
Hanya dua kali sentakkan kuat, leher hewan itu patah dan melemah. Sky kembali mematahkan kaki serta lengan hewan tersebut, agar benar-benar lumpuh.
Semua yang berada di sana bertepuk tangan. Mereka meneriakan nama Sky karena berhasil melumpuhkan hewan tersebut.
"Anakku memang hebat," ucap Black.
Pagar kayu yang mengurung Sky dan hewan tersebut dibuka. Empat orang pria membawa hewan berbulu untuk diberikan kepada kucing besar sejenis citah peliharaan Sky.
"Ke mari, Sky," panggil Black.
Sky menghampiri Black yang tengah duduk. "Bagaimana penampilanku?"
"Kamu selalu menakjubkan anakku," puji Black.
"Pergilah mandi, Nak. Tubuhmu bau," sahut Selena.
"Aku akan pergi mandi. Siapkan aku makanan, tetapi jangan hewan tadi. Itu makanan untuk Tira," pesan Sky.
Selena mendengus. "Siapa juga yang ingin makan itu. Mama sudah siapkan makanan untukmu."
"Mama yang terbaik," puji Sky.
Sky melangkah dengan menuju tempat pemandian dengan diikuti dua orang pria sebagai temannya.
"Kalian ingin mandi?" tanya Sky.
"Tentu saja," jawab pria keturunan India. Pria itu bernama Ali, seorang teman sekaligus pendamping Sky.
"Kita lomba terjun dari atas sana," tantang Sky.
"Siapa takut," sahut Ali.
"Kamu mau ikut, Judy?" tanya Ali pada pria berkulit putih dan berambut pirang.
"Tentu saja," jawab Judy.
Ketiganya berlari menuju atas bukit hingga sampailah mereka di atas curah air mancur setinggi tiga puluh meter.
"Aku dulu yang lompat," kata Ali.
"Lompat saja," sahut Sky.
Ali melihat ke arah bawah yang menurutnya sangatlah tinggi. Pria itu menelan saliva dan ragu untuk terjun ke bawah.
"Kamu duluan saja, Judy," ucap Ali.
"Dasar payah," ledek Judy.
Pria itu juga sama halnya seperti Ali yang takut akan ketinggian. Mereka memang sering mandi di tempat itu, tetapi keduanya terjun di atas bukit yang terendah, sedangkan kali ini, Sky mengajak mereka untuk terjun dari puncak tertinggi.
"Aku tidak berani. Kamu saja, Sky," ucap Judy.
"Payah kalian," ledek Sky. "Lihat aku."
Sky membuka pakaiannya, hingga menyisakan dalaman saja. Ia mundur ke belakang, bersiap mengambil ancang-ancang lalu melompat dari atas sana.
Byur ... !
Judy dan Ali melihat ke arah bawah sana. Hanya gelembung dari air saja yang mereka lihat, sedangkan tidak ada Sky yang muncul dari permukaan air.
"Apa dia tenggelam?" tanya Judy.
"Jika terjadi apa-apa, habislah kita," sahut Ali.
"Hei ... ayo terjun," pekik Sky yang sudah muncul dari permukaan air.
"Anak ini hampir membuatku jantungan," ucap Ali sembari memegang letak jantungnya.
Judy tertawa. "Sky tidak akan tewas hanya terjun dari ketinggian."
Ali membawa pakaian Sky, lalu menuruni bukit dengan berjalan kaki bersama dengan Judy. Sky sudah berenang ke sana ke mari menikmati air terjun yang jernih.
"Ayo cepat mandi," ucap Sky kepada dua temannya.
Judy serta Ali terjun bebas ke dalam air nan jernih. Ketiganya saling bercanda hingga terdengar suara kucing mengeong. Judy serta Ali tertawa mendengar suara itu. Sedangkan Sky memutar mata malas karena kedua rekannya menertawakan Tira.
"Tira ... kemarilah," pekik Sky.
Kucing besar itu mengeong kembali ketika mendengar suara tuannya. Seekor citah besar jantan berdiri di tepi air terjun sembari memandangi tuannya.
"Hewan itu buas, tetapi mendengar suaranya aku ingin tertawa," celetuk Ali.
"Kenapa kamu tidak memelihara harimau saja," sela Judy.
"Itu namanya mengelabui musuh. Citah hewan buas, tetapi suaranya mengemaskan," jawab Sky.
Kucing besar itu hadiah dari Black saat Sky berusia sepuluh tahun. Sky ingat saat Black mengatakan jika suara citah tidak menakutkan, tetapi kekuatan, serta kecepatan hewan itu sangat diperhitungkan.
"Ya ... kami tahu," sahut serempak Judy dan Ali.
Sembunyikan kekuatanmu, biarlah musuh menganggapmu remeh dan saat tiba waktunya, tunjukkan kepada mereka kekuatanmu yang sebenarnya. Pesan itu yang selalu Sky ingat pada saat ayah kandungnya menelepon.
"Sky ... kamu kenapa?" tanya Ali yang melihat pria bermata biru itu melamun.
Sky mengeleng. "Tidak apa-apa. Kita naik saja."
Tira begitu manja saat tuannya sudah naik ke atas. Sky mengusap kepala serta leher Tira dengan lembut, ia juga memeluk tubuh kucing besar itu.
"Ayo kita lomba lari," ucap Sky.
"Lari lagi? Bersama Tira?" tanya Ali.
"Tentu saja," jawab Sky. "Jika kalian ingin berada di sisiku, maka kalian harus kuat berlari."
Judy dan Ali hanya bisa mengangguk, karena mereka memang ingin bersama dengan Sky. Ada banyak anak dari para anggota Black Devil yang ingin berada di sisi seorang pewaris, dan mereka beruntung telah terpilih menjadi pendamping Sky.
"Kalian siap!" seru Sky.
"Kami siap," jawab Judy, Ali serta suara khas Tira.
"Satu, dua, tiga, go." Keempatnya berlari dengan kekuatan masing-masing. Tira dan Sky sudah jauh berlari, sedangkan Ali dan Judy terseok-seok mengejar keduanya.
Bersambung.
Dukung Author dengan vote, like dan koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
PeQueena
seruu
2022-09-23
0
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
itu masih ada ketemu g sama orgtua kandung dan kenal sama adiknya?
2022-08-10
0
El Ginanjar
udh 3 generasi
2022-08-04
0