"Apa kamu bisa membuat kue tanpa membuat tubuhku bertambah berat?" tanya Sera.
Sky tersenyum, "Aku membuat kue itu dengan gula tanpa kalori. Anda bisa memakannya tanpa memikirkan berat badan."
"Benarkah? Kue-mu memang sangat enak aku sangat suka," kata Sera memuji.
"Sayang, aku akan sangat marah jika kamu terus memujinya," celetuk Matius sembari melambaikan tangan agar Sky pergi.
Sera tertawa geli, "Kamu segalanya bagiku."
Sky masuk ke dalam toilet. Ia tidak habis pikir Sera berada di sini, dan lebih gilanya wanita itu menjadi kekasih dari pria tua itu.
"Kamu masih murahan seperti dulu, Sera. Berganti dengan banyak pria, tetapi aku tidak menyangka jika kamu menjadi kekasih dari seorang Matius," gumam Sky.
Sky menatap wajah serupa dengan chef yang telah ia habisi. Malam ini ia harus mendapatkan peta; karena waktu akan terus bergulir.
"Chef di sini rupanya," tegur seorang pelayan dapur.
Sky tersentak karena baru keluar dari toilet tiba-tiba bertemu pelayan. "Ada apa?"
"Tuan minta dibuatkan teh yang seperti biasanya. Dia minta diantarkan langsung ke kamar pribadi. Nona Sera juga minta dibawakan buah potong," ucap pelayan pria.
Teh kesukaan Matius apa? Aku salah mengambil peran, tetapi ada untungnya juga masuk ke kamar pria itu.
"Teh hitam?" tanya Sky.
Kening pelayan itu berkerut. "Teh kesukaan tuan, Chef."
Jangan sampai karena masalah teh, aku bakal menghabisi dia.
Sky mulai berpikir teh yang disukai oleh orang kaya. Namun, ini Matius. Bukankah pria Italia lebih menyukai kopi olahan.
"Teh melati?" tanya Sky.
"Teh apa itu, Tuan?" tanya pelayan.
"Sebutkan saja teh apa yang biasa tuan minum? Bukankah dia menyukai banyak minuman teh," kata Sky kesal.
"Tuan Matius menyukai satu teh, yaitu teh sencha."
"Oh, iya, aku lupa. Teh itu, kan, sangat baik buat menjaga kesehatan imun tuan. Akan segera aku siapkan teh itu," kata Sky sambil berjalan menuju dapur.
Pelayan pria yang melihat kepergian Sky merasa aneh. Chef yang ia kenal tidak seperti biasanya. "Apa Chef salah minum obat? Dia seperti tidak ingat apa pun."
Sky mempersiapkan teh pesanan Matius serta buah yang diinginkan Sera. Lirikan mata Sky mengarah pada kamera di atas. Rupanya di dapur pun Matius menyimpan kecurigaan.
...****************...
"Permisi, Tuan, Nona," ucap Sky.
Sera dan Matius berada di balkon kamar sembari menatap pemandangan kota dari tempat duduknya. Sera memakai kemeja kebesaran yang menampakan kaki jenjangnya yang mulus.
Wanita itu duduk di pangkuan sang kekasih sembari merangkulkan tangannya di leher pria itu. Tangan tua Matius mengusap kaki bagian atas Sera, dan membuat pemandangan yang sangat menjijikan bagi Sky.
Teh serta buah telah diletakkan di atas meja kecil. Sky pamit undur diri dari keduanya. Lirikan matanya memandang sebuah lukisan tepat di atas dinding tempat tidur.
Lukisan mahal yang dibuat oleh seniman ternama. Seorang wanita layaknya dewi tengah memberikan anugerah kepada seorang pria.
"Tunggu apalagi, Chef? Ayo, keluar," kata pengawal.
"Maaf, aku hanya melihat lukisannya saja," ucap Sky, lalu keluar dari kamar pribadi Matius.
Ali masih setia di kebun bunga. Ia menunggu kabar dari Sky. Waktu pulangnya sebentar lagi akan tiba, dan Ali tidaklah menginap di rumah Matius.
"Ali," seru Sky.
Pria itu menoleh, dan segera menghampiri Sky. "Bagaimana?"
"Terlalu banyak kamera," kata Sky.
"Sebentar lagi jadwalku pulang. Kita belum mendapat apa-apa. Aku harus menyamar kembali."
"Lihat pengawal itu," tunjuk Sky, "itu mangsa kita. Kamu bisa leluasa jika menyamar menjadi pengawal."
Ali mengangguk, "Aku akan bereskan dia."
Ali kembali masuk ke dalam kebun. Rumah Matius sangatlah luas dengan halaman yang memanjang; sebab selain sebagai tempat pria itu olahraga pagi, kebun yang luas itu sebagai tempat penyiksaan bagi para penghianat.
"Hei, bisa tolong aku sebentar?" tanya Ali kepada pria kulit putih berbaju hitam, dan senjata di pinggangnya.
"Apa?"
"Ayo, ikut aku. Sepertinya aku menemukan sarang ular. Bantu aku untuk membuangnya," kata Ali.
"Oh, baiklah." Pria itu ikut masuk ke dalam kebun yang lebih dalam. "Kebun ini sangat luas, dan terkesan angker."
Banyak pohon-pohon besar yang ditanam sekitar halaman yang luas itu, dan juga terdapat kolam ikan. Namun, bukan ikan yang menghuninya, melainkan di tempat itu Matius mengeksekusi penghianat.
"Kamu tunggu di sini. Aku akan ambil peralatan dulu," ucap Ali.
"Kita tembak saja," kata pengawal itu.
"Kamu ingin membuat kegaduhan? Tuan Matius akan marah. Tunggu saja di sini." Ali meninggalkan pengawal itu, lalu hilang dibalik pohon.
"Hei."
Ali terlonjak kaget, "Bikin kaget saja kamu, Sky."
"Ini barang milikmu," ucap Sky menjatuhkan kertas coklat berisi perlengkapan menyamar mereka serta bahan makanan. "Lakukan dengan cepat. Aku akan memetik buah lemon, dan daun mint dulu." Setiap orang yang masuk ke rumah Matius akan diperiksa. Sky menyembunyikan pelengkapan mereka di dalam bahan makanan saat ia masuk.
"Kamu tidak membantuku?" tanya Ali pelan.
"Aku akan mengawasimu. Lagian aku memakai pakaian serba putih."
Ali mendengus, dan mengambil senjata api. Ia bersembunyi di balik pohon mengawasi pengawal yang celingak-celinguk mencari sarang ular.
Senjata yang digunakan Ali tanpa suara. Pria itu segera membidik musuhnya. Sky mengawasi sekitar; berjaga-jaga agar tidak ada yang masuk ke dalam kebun.
Syuutt ... !
Tembakan itu tepat mengenai leher si pengawal. Bergegas Ali menghampiri pria yang sudah tidak bernyawa itu. Ia mengambil topeng silikon yang sudah jadi, lalu menempelkannya ke wajah pria itu. Ali mulai mengukir bentuk wajah si pengawal dengan sebuah alat.
Ali melepaskan pakaian si pengawal, lalu menganti pakaiannya dengan baju itu. Ia memakai topeng yang telah jadi kemudian memakai rambut wig yang serupa warnanya.
Pengawal Matius rata-rata punya rambut pendek nan rapi. Ali juga memakai soflen berwarna hijau sesuai warna mata dari pria itu. Tidak lupa Ali mengambil sidik jari dari si pengawal untuk digunakan nantinya.
"Sudah selesai?" tanya Sky yang datang dengan membawa lemon dan daun mint di dalam kantong kertas berwarna coklat.
"Bantu aku menenggelamkan mayatnya," pinta Ali.
Sky, dan Ali menyeret pria yang sudah tidak bernyawa itu ke tepi kolam. Sebelum diceburkan, tubuh pria itu diikat dengan batu di atasnya; karena begitulah Matius menyiksa para penghianat. Itu sebab ada batu berukuran sedang di kebun. Pria itu diceburkan ke dalam sana agar tidak timbul.
"Napasku sengal rasanya mengangkat batu," kata Ali.
"Sama, apa aku kurang olahraga? Batu saja aku tidak mampu mengangkatnya," sahut Sky.
"Ayo, kita keluar dari sini!" ajak Ali.
"Nanti malam kamu bersiap. Matikan dulu kamera pengintainya."
"Beres," jawab Ali.
...***************...
Waktu sudah mulai gelap. Malam ini waktunya Matius menonton pertunjukkan teater di gedung opera. Sky melihat Sera juga ikut bersama rombongan. Matius serta pengawalnya pergi. Bukannya rumah itu sepi, tetapi terdapat pengawal lebih banyak yang menjaga rumah.
"Waktunya beraksi," gumam Sky.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Weny Yuniestin
laaannnjuuuttt thooorrr
2022-03-08
0
Jihanvita Kirana
ini lebih seru selalu tegang bacara
2021-11-30
1
LENY
Deg deg kan Thor seru
2021-11-20
0