"Kenapa kamu tidak melindungi mereka, hah?!" jerit Sky dengan mencekik leher Ali.
"Le-lepaskan aku, Sky."
"Sky ... lepaskan Ali. Dia bisa tiada. Dengarkan dulu penjelasannya," ucap Judy melerai dengan memegang tangan Sky.
Pria itu sudah berkilat marah. Mata biru yang memancar, kini berubah memerah lantaran kesedihan tengah merundung sang pemilik.
Sky melepas cekikkan tangannya. Pria itu terduduk di tanah dengan memegang kepala. Rasa sesal karena kehilangan dan juga rasa bersalah mengapa dia tidak berada di sana saat kejadian merundungnya.
Sky berteriak hingga burung beterbangan mendengar lengkingan suaranya. "Siapa dia? Siapa yang telah melenyapkan mamaku?"
Ali mengeleng. "Aku tidak tahu, Sky. Mereka sepertinya sudah mengetahui kepergianmu. Saat itu kejadiannya begitu cepat."
Sky mengangguk. "Julius! Pria itu Julius. Kita harus ke Spain."
"Dokumenku bagaimana?" tanya Ali. "Apa kita punya senjata? Markas saja sudah hancur."
"Kita kunjungi daerah kekuasaan. Kita ke ibu kota dulu," ucap Sky. "Berikan baju untuknya, Judy."
Untung saja Judy membeli pakaian lebih; sebab ia yakin sekali Ali dan lainnya akan selamat. Namun, nyatanya hanya Ali. Selena sudah tiada dan Black bersama dengan pria bernama Julius.
"Malam nanti kita berangkat dan langsung berkuasa di sana," ucap Sky.
Tira bersuara menandakan dirinya pun ingin ikut. Sky mengusap kepala dan leher hewan peliharaannya itu. Ia sendiri tidak tega untuk meninggalkan Tira. Apalagi di hutan lebat yang sangat banyak binatang buas. Bisa saja Tira menjadi mangsa bagi predator lain.
"Kamu jangan jauh-jauh bermain. Ke air terjun saja," ucap Sky.
"Lebih baik kita pindahkan dia ke Afrika. Di sana banyak keluarganya," sahut Ali.
"Kalau Tira itu sebesar katak bisa kamu pindahkan," kesal Judy.
"Kita ambil peledak asap dulu sebagai bekal," celetuk Ali.
"Kamu ada menyimpan peledak?" tanya Judy.
"Peledak asap di dekat air terjun. Bukankah kita menaruh barang itu di dalam tanah," jawab Ali.
"Kita air terjun sekarang," ucap Sky.
Keempatnya menuju air terjun mengambil bahan peledak asap yang Ali tanam di sana. Keisengan Ali menanam peledak ternyata bisa berguna.
"Tira ... aku akan kembali secepatnya. Kamu tunggu aku pulang," ucap Sky saat mereka telah mendapatkan peledak. Pria itu khawatir pada sahabat hewannya. Dibawa ke penampungan tidaklah baik untuk Tira. "Aku pergi, Tira. Kamu baik-baik di sini."
...****************...
"Masih ada penjaga," bisik Judy.
"Tidak mungkin kita muncul bertiga sekaligus. Tadi masuk berdua, lalu tiba-tiba keluar bertiga. Yang ada akan membuat dua penjaga itu curiga," sahut Sky. "Kamu alihkan perhatian mereka berdua, Jud."
"Oke."
Matahari sudah terbenam sesaat Sky serta lainnya sampai pada perbatasan. Jika muncul pada malam gelap dan tanpa membawa apa pun, yang ada petugas yang berjaga itu akan curiga.
"Ali ... kita siap-siap," kata Sky.
"Tolooong!" teriak Judy. Beberapa kali Judy berteriak meminta tolong.
Dua penjaga perbatasan itu mulai mencari-cari sumber suara orang berteriak. "Kamu dengar? Ada suara orang minta tolong."
"Apa mungkin dikejar binatang buas?! Ayo ... kita bantu."
Kedua penjaga itu masuk ke dalam hutan. Sky dan Ali mulai bersiap dengan balok kayu yang mereka pegang. Judy duduk di tanah berpura-pura.
Sinar dari senter mengenai tubuh Judy. Bergegas dua pria itu mendekat. "Kamu kenapa?"
"Tolong saya, Pak," ucap Judy.
"Kamu kenapa?"
"Tolong permudah tugas saya."
Bugh ... bugh ... !
Keduanya terjatuh pingsan di tanah. Ali dan Judy segera membawa tubuh kedua petugas itu ke area yang tadi mereka jaga.
"Ayo pergi. Kita harus bergerak cepat," ucap Sky.
Ketiganya berjalan cepat keluar dari hutan sebelum dua petugas berwajib itu sadar dari pukulan yang mereka dapatkan.
...****************...
Markas Ibu kota
Sky serta dua rekannya sampai pada markas kedua di Ibu kota. Sebuah markas di daerah kumuh, tetapi markas tersebut terkesan memadai.
"Sepertinya itu bukan rekan kita. Mereka pasti anak buah dari pihak pria yang menyerang markas," ucap Ali.
"Mereka berkuasa karena telah menangkap papaku," geram Sky. "Kita ambil alih sekarang."
Tidak ada senjata api yang dipegang ketiganya. Mereka hanya mengandalkan senjata tajam berupa belati serta busur silang.
Sky bersiul untuk mengundang perhatian musuh. Para pria sekitaran lima orang mulai waspada. Ali serta Judy masuk terlebih dulu dengan memanjat tembok.
Kembali Sky bersiul dengan menyalakan senter pada tumpukkan karton yang berada di dekat markas.
"Siapa kamu!" teriak salah seorang musuh.
"Kamu cek sana. Mungkin saja seorang gelandangan," cetus yang lain.
Pria yang disuruh mengangguk dan mulai berjalan keluar menuju tumpukkan karton. "Tidak ada orang. Siapa yang bersiul?"
"Aku yang bersiul."
Sruuukk ... !
Tusukan di leher seketika membuat nyawa pria itu melayang. Sky mengambil alih senjata api yang dibawa oleh pria itu dan kembali bersiul.
"Apa dia ikutan bersiul? Kenapa belum kembali?" tanya yang lain.
"Biar aku yang mengeceknya."
Kembali salah satunya menuju tumpukkan karton, di mana suara siulan itu terdengar. Mata pria itu terbelalak melihat rekannya sudah bersimbah noda merah.
"Musuhhh!"
Dor ... !
Satu tembakan mengenai kepala pria itu. Judy dan Ali mulai menyerang dari belakang. "Rasakan kalian!" Keduanya merebut senjata para musuh.
"Hei ... siapa kalian?!" teriak pria dari dalam markas. "Musuh ... serang mereka!"
Judy dan Ali bersembunyi dibalik tong kosong. Kedua pria itu mengumpat. "Mereka terlalu ramai, Jud."
Sky melangkah maju menghadapi sekitar sepuluh orang dengan senjata api mereka. Judy dan Ali terbelalak dengan apa yang Sky lakukan.
"Kalian menguasai daerahku," ucap Sky.
"Oh ... jadi pewaris itu sudah kembali?" celetuk yang lain.
Sebagian tertawa. "Markasmu sudah kami kuasai semuanya. Rekan-rekanmu sudah kami habisi."
Sky tersenyum smirk. "Kali ini giliran kalian yang aku habisi."
"Sombong ... habisi dia!" ucap musuh.
Sky mengigit kunci ring lalu melempar peledak asap ke hadapan para musuh tersebut. "Cepat tembak mereka!"
Judy dan Ali mulai menembaki musuh termasuk Sky. Asap yang mengepul memang menghalangi pandangan mereka, tetapi Sky serta pendampingnya menembaki kaki para musuh itu.
Satu per satu mulai berjatuhan. Kembali Sky menembaki kepala mereka agar lenyap tanpa sisa.
Sky mengumpat karena peluru di senjata miliknya habis. Ia merebut sentaja yang dipegang Judy serta Ali, lalu mulai menembak semuanya.
Markas itu menjadi ajang kemarahan yang memuncak di dalam benaknya. Para musuh tumbang dalam kondisi mengenaskan.
"Hentikan, Sky!" tegur Judy keras.
"Jangan mengundang perhatian kemari," ucap Ali.
Sky melempar kedua senjata itu dan menendang para pria yang sudah tidak bernyawa. "Kalian akan tahu akibatnya. Berani sekali kalian menghabisi nyawa mamaku!" Pria itu berkilat marah. "Julius ... tunggu aku datang!"
Bersambung.
Dukung Author dengan vote, like dan koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Weny Yuniestin
next thooorrr
2022-03-07
0
Made Elviani
tanpa banyak bicara tp tindakan yg bicara..... gercep
2022-02-23
1
Lailatul Mufida
sky keren👍👍👍👍
2021-11-04
1