Deringan telepon berbunyi. Sky masih menatap ponsel yang tengah memanggil-manggil dirinya. Ketegangan muncul dalam benak serta pikiran-pikiran buruk mulai menghantui.
Sky melirik nomor tidak kenal dengan kode dari negara yang bukan berasal dari markas. Dua kemungkinan panggilan itu terjadi saat ia mengangkatnya.
Pertama, itu dari Black yang mungkin saja berada di negara lain, tetapi itu sangatlah mustahil; sebab Black akan memberitahunya sebelum pergi. Lalu yang kedua, mungkin saja itu musuh dan Sky menyakini hal tersebut karena alarm darurat yang memanggil.
"Teleponmu berdering. Kenapa tidak diangkat?" tanya Judy.
"Kamu pergilah dulu. Tinggalkan aku sebentar," ucap Sky.
"Baiklah," sahut Judy.
Kembali telepon itu berdering. Sky mengeser tombol hijau, lalu mendengarkan seseorang bicara dari seberang sana.
"Kamu terlalu takut atau bagaimana?"
"Katakan siapa kamu dan apa maumu?" ~ Sky.
"Julius. Datanglah ke Spain. Aku menunggumu." ~ Julius.
Sambungan telepon dimatikan secara sepihak. Tangan Sky melemah setelah menerima panggilan itu. Tebakannya benar, nomor yang memanggilnya adalah seorang musuh.
"Judy," panggil Sky dengan sedikit berteriak.
"Ada apa?" jawab Judy yang memang sedikit menjauh dari kamar tidur Sky.
"Siapkan helikopter. Kita kembali ke Brazil," perintah Sky.
"Tapi kenapa?" tanya Judy heran.
"Jangan banyak bertanya. Lakukan apa yang kuperintahkan!" Sky terlihat berang.
Judy mengangguk cepat. "Aku laksanakan sekarang juga."
Bergegas Judy berlalu meninggalkan Sky sebelum pria itu kembali marah. Maxim mengerutkan dahi saat melihat Judy pergi dari kamar putranya dengan tergesa-gesa.
Tok ... tok ... !
"Boleh Daddy masuk?"
Sky mengalihkan pandangan pada Max. "Kebetulan Daddy ada di sini. Sky ingin pulang ke Brazil. Ada masalah di sana."
"Pulang? Kenapa? Apa ada masalah? Apa Black tidak bisa menyelesaikan masalahnya?" berondong Max.
"Justru papa Black tidak ada di sana," ungkap Sky.
"Maksudmu apa?" tanya Max khawatir.
"Alarm darurat memanggilku. Pasti telah terjadi sesuatu di markas. Aku harus kembali melihat keadaan mereka."
"Tapi, Sky. Mommy pasti akan sedih. Biar Judy saja pulang dulu melihat keadaan Black dan Selena di sana. Atau Daddy bisa menyuruh orang," tawar Max.
"Ayolah, Dad. Apa Daddy tidak mengerti dunia bawah? Mana bisa mengirim sembarangan orang ke sana? Aku harus pulang malam ini juga," jelas Sky.
Bukan maksud Max untuk melarang. Bagaimana dengan Liora serta mertuanya yang baru saja bertemu Sky setelah belasan tahun. Sekarang putranya memutuskan untuk kembali lagi.
"Minta izinlah dengan mommy serta grandma dan juga grandpa," ucap Max.
"Aku akan meminta izin kepada mereka."
Sky memasukan beberapa potong baju ke dalam ransel miliknya. Max hanya menatap kegiatan anak pertamanya itu. Sky sudah bersikeras untuk kembali dan ia tidak dapat untuk mencegah.
"Daddy tunggu di ruang keluarga," ucap Max.
"Sky akan menyusul," sahutnya.
Raut wajah sendu Max menjadi pusat perhatian keempat orang yang sedang berbincang. Liora merasa ada yang aneh akan perubahan raut wajah suaminya termasuk Berli serta Alex.
"Xavera sayang ... kamu ke kamar dulu, ya," pinta Max.
Xavera mengangguk. "Oke, Dad."
Sky muncul setelah Xavera berlalu dari ruang keluarga. Sama halnya seperti Max, anak muda itu juga berwajah tidak mengenakkan.
"Sayang ... ada apa?" tanya Liora.
Sky duduk di sofa single berhadapan dengan orangtua serta kakek-neneknya. Pria itu menatap wajah dari orang yang menyayangi dirinya.
"Sky ingin kembali," ucapnya.
"Kembali?" ulang Liora.
Sky menelan saliva. "Sky ingin pulang ke Brazil."
Liora serta lainnya tersentak terkecuali Max yang sudah tahu keinginan putranya. Liora memandang wajah Sky dengan kesedihan. Putranya sendiri tidak betah tinggal bersamanya.
"Kamu pasti merindukan papa dan mamamu," ucap Liora. "Mommy maklumi mereka membesarkanmu, tetapi Mommy melahirkanmu, Sky. Bukan maksud Mommy memberikanmu kepada mereka."
Sky mengeleng. "Bukan begitu, Mom. Ada sesuatu yang penting di sana."
"Kamu baru saja pulang. Kami bahkan belum puas melepas rindu. Umur Grandpa sudah tidak muda lagi. Kapan Grandpa bisa menghabiskan waktu bersamamu," ucap Alex.
"Sky ... Grandmom juga belum puas melepas rindu padamu. Apa kamu tidak betah di rumah ini?" tanya Berli.
Sky mengeleng. "Grandmom, Pa. Ada satu hal yang mendesak. Nyawa papa Black dalam bahaya. Aku harus membantunya."
"Tidak!" tegas Liora. "Kamu sudah keluar dari dunia itu. Mommy tidak izinkan kamu masuk ke dalam kelompok itu!"
"Mengertilah, Mom. Mereka juga orangtua Sky."
Liora melirik suaminya. "Sayang ... suruh orang-orangmu untuk menyelamatkan Black. Jangan suruh Sky untuk masuk ke dunia bawah."
"Sky sudah menjadi penerus Black. Dia bertanggung jawab atas semua yang pria itu wariskan," ungkap Max.
"Max ... kamu ingin anakmu mempertaruhkan nyawa demi orang lain?" kesal Alex. "Sudah cukup bertahun-tahun Sky tinggal di hutan."
"Black dan Selena bukan orang lain bagiku. Kamu tahu itu, Alex!" ucap Max bernada tegas.
"Tenanglah kalian," sela Berli yang tidak ingin masa lalu kembali terungkit. "Sayang ... coba jelaskan. Apa yang terjadi?" tanya Berli pada cucunya.
Sky mengeleng. "Entahlah. Hanya ada panggilan darurat saja."
Pria itu tidak mau mengungkapkan hal yang sebenarnya terjadi. Semakin sedikit orang tahu, maka akan semakin baik. Maxim juga sudah memperkenalkan Sky sebagai penerus perusahaan yang artinya saat ini, Sky dikenal sebagai pewaris perusahaan Maxim.
Sky bangkit meraih kedua tangan Liora. "Mom ... izinkan Sky pergi."
Liora mengeleng. "Mommy tidak ingin kamu mengantarkan nyawa ke sana."
Sky beralih memegang tangan Alex serta Berli. "Grandpa, Grandma izinkan Sky pergi."
"Jantungku tidak kuat jika terjadi sesuatu padamu, Sky," ucap Alex.
"Sky akan baik-baik saja kalau kalian semua mengizinkanku pergi. Sky akan tetap pulang meski dalam keadaan apa pun, tetapi hati Sky akan menanggung bebas bersalah pada kalian," tuturnya.
"Izinkan Sky pergi, Liora. Kita doakan saja semua akan baik-baik saja. Sky hanya pergi menjenguk Black," ucap Max.
Liora memandang wajah putra yang selalu ia rindukan. Putranya sudah kembali, tetapi malah ingin kembali. Belum puas rasa rindu ia lepaskan, kini putranya meminta izin pergi dengan rasa penuh harap.
"Berjanjilah untuk pulang ke mari," kata Liora.
Sky mengangguk. "Pasti, Mom. Sky akan cepat pulang."
Air mata tidak dapat lagi dibendung. Liora menangis tersedu. Sungguh Sky tidak tega untuk meninggalkan ibu yang telah melahirkan dirinya.
Namun di satu sisi, ada orang-orang yang juga ia sayangi dibelahan dunia lain. Orang-orang yang hidup bersama serta membesarkannya menjadi seorang pria seperti sekarang.
Alex serta Berli hanya menyetujui keputusan Liora serta Max. Melarang pun mereka tidak bisa sebab Sky akan tetap pergi sesuai keinginannya. Hanya doa yang bisa mereka panjatkan demi keselamatan Sky selama di luar sana.
Bersambung.
Dukung Author dengan vote, like koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Aicha Andic
udh gede sky dsayang ma alex, dulu aja wkt lahir dbentak ampe nangis mlah dpisah ma emakx
2022-05-19
0
Meta Lia
sky slmatkan ayah angkatmu
2022-03-16
0
Weny Yuniestin
laaannnjuuuttt
2022-03-07
0