Kesetiaan yang dibalas dengan pengkhianatan, membuat Bianca rela menyamar menjadi pembantu di rumah wanita yang menjadi istri siri suaminya tercinta.
" Bersiap-siaplah mas, tertawalah sepuas mu. Kau dan gundikmu itu akan membayar rasa sakit dari pengkhianatan ini ".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gevha Jeany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Keluarga
Happy Reading...
💞
Ddrrtt...ddrrttt
"Hoaamm... astaga siapa yang nelpon sepagi ini?" Bianca bermonolog. "Mengganggu tidurku saja..."
Dia mengabaikan panggilan dari ponselnya, jika penting pasti akan di telpon lagi begitu pikirnya.
Netranya mengarah ke jam yang di atas nakas.
"Ya ampun jam 8 !!!"pekiknya. Kemudian melihat kesamping ternyata kasurnya sudah kosong. Tidak ada suaminya disana.
"Kenapa dia tidak membangunkan ku??" Dia pasti sudah berangkat" ucapnya pelan
Karna memikirkan masalah yang menimpa rumah tangganya membuatnya tidak bisa tidur tepat waktu alhasil dia jadi kesiangan. Dia selalu terbayang akan pengkhianatan suaminya.
Terasa matanya masih berat, ingin rasanya meneruskan tidurnya. Namun diurungkannya mengingat ada banyak yang harus diselesaikan.
Ddrrttt...ddrrttt
Ponselnya kembali bergetar mengalihkan pandangannya, setelah melihat nama yang tertera dilayar Bianca langsung mengangkatnya.
"Pagi papa..." sapa Bianca manja
"Bianca temui papa dirumah, SEKARANG !!!" ucap sang papa dengan nada datar tanpa membalas sapaan Bianca seperti biasa.
Dan memutuskan panggilan secara sepihak.
Bianca mencebikkan bibirnya kesal.
"Gak biasanya papa seperti ini. Perasaanku kok jadi gak enak" ucapnya gusar. "Apa ada masalah? Jangan jangan tentang...?? astaga aku harus cepat kesana". Tidak ingin membuang waktu Bianca langsung lari ke kamar mandi.
Jantung Bianca berdetak lebih cepat dari biasanya. Hatinya tidak tenang semenjak ayahnya menelpon. Meski hatinya kalut tapi Bianca tetap fokus mengemudi.
Tak lama Bianca sampai di kediaman orangtuanya. Dengan langkah tergesa gesa dia langsung masuk kedalam dan tak lupa memberi salam.
Ternyata diruang keluarga bukan hanya sang papa yang menunggunya, ada mama, dan kedua kakaknya Farel dan Camelia.
Bianca melanglah pelan mendekat, tangannya saling meremas gugup. Dia merasakan suasana di ruangan itu tegang.
Terlebih wajah keluarganya seperti orang yang sedang menahan amarah terutama papanya.
Dengan senyum kikuk Bianca kemudian duduk di kursi tunggal. Sedangkan mama papanya duduk disebelah kiri dan kedua kakaknya disebelah kanan.
"Bingung gue. Ni rasanya gue jadi ratu atau jadi terdakwa sih pake duduk sendiri?" sempat sempatnya dia terkikik dalam hati disaat situasi genting begini.
"Ada yang ingin kamu beri tau kepada kami, Bianca?" hati Bianca mencelos suara datar Tama.
Papanya adalah sosok laki laki yang tegas, disiplin namun penuh kasih sayang. Mereka selalu diajarkan untuk menjaga sikap dan nama baik keluarga dimana dan kapan pun. Prinsip mereka jangan sampai membangkitkan amarah sang ayah.
"m..maksud papa apa?" Bianca belum tau arah pembicaraan ini mengarah kemana.
" Farel !!!"
Yang di panggil pun langsung mengangguk seraya meletakkan beberapa kertas di atas meja.
"Kamu buka, dan kamu jelaskan" tegas Tama tidak ingin dibantah.
Tangan Bianca terjulur mengambil kertas tersebut. Matanya membulat sempurna.
"Papa dapat ini dari mana?" tanyanya cemas
Dia menggigil bibir bawahnya dan memandang satu persatu keluarganya yang sedang menatapnya, menunggu Bianca memberi penjelasan.
"Tidak perlu kau tau dari mana. Kami hanya ingin penjelasan darimu" jawab Farel
Bianca masih bungkam.
"Kami masih menunggu Bi" Camelia menatap adiknya tajam
Nyali Bianca menciut melihat sorot mata tajam kakak perempuannya itu. Mengerikan.
Dia sadar bahwa sebenarnya keluarganya khawatir dengan masalah rumah tangganya, mereka tidak ingin Bianca menghadapinya sendiri.
Setelah menghela nafasnya berulang kali akhirnya Bianca pun terbuka, menceritakan apa yang dia ketahui dan apa yang dia lihat.
Gigi Tama terdengar gemerutuk sementara mata Farel menyorotkan kemarahan seakan ingin menguliti seorang Yuga . Ntah apa yang terjadi kalau Yuga berada disitu.
"Jadi kamu sudah tau dan tidak memberitahu kami, Bi?" bentak Camelia
"Sudah...sudah !!! Harusnya kalian ngasih solusi bukannya malah memojokkan Bianca" sela Manisha, sang ibu menengahi.
" Ini bukan hanya masalah rumah tangganya ma, tapi juga perusahaan" Camelia bersikukuh.
"Jadi apa rencanamu?" tanya Tama meredam emosinya.
"Aku akan membalas Yuga dan gundiknya dengan caraku, papa. Pliss kalian pura pura tidak tau soal ini. Aku janji...aku pasti bisa menghandlenya cukup kalaian dukung aku" Ucap Bianca memelas seraya mengusap air mata nya.
Manisha memeluk putrinya, dia tau sekuat apapun Bianca dia pasti bisa rapuh. Wanita mana yang sanggup bila melihat suami yang dicintai berkhianat melupakan janji suci yang diikrarkan.
"Baiklah, tapi ingat jangan lagi libatkan perasaanmu" pesan Farel
Bianca menggeleng "Gak kak, cinta ku sudah hilang sejak ku tau dia berselingkuh".
.
.
.
.
💞
😭😭