Dinda Khoirunisa adalah gadis sederhana dan hidup di Panti Asuhan. Keberuntungan berpihak padanya. Atasan ditempatnya bekerja mengangkatnya menjadi adik angkatnya. Hingga nasib mempertemukan Dinda dengan Kades setempat.
" Kalau gitu kamu juga bisa panggil saya Dimas saja ya... Biar lebih akrab... " ucap Dimas.
" Kalau saya manggil Anda dengan nama saja kayaknya kesannya kurang sopan... Saya panggil Mas Dimas saja gimana...? Oya kenapa Bapak... Maksud saya kenapa Mas malam-malam berhenti dipinggir jalan seperti ini...." ucap Dinda.
Akankah Dinda bisa membuat hati sang Kepala Desa menjadi hangat..?
Akankah cinta Sang Kades berlabuh kepada Dinda..?
Yuk simak kisahnya... Dan jangan lupa minta dukungannya ya... Terimakasih..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kisworowati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
" Terimakasih Din... Mas seneng mendengarnya... " ucap Galuh tersenyum lebar.
" Maaf Den... Ini pesanannya.. Silahkan dinikmati..." ucap Penjualnya.
" Terimakasih Pak..." ucap Galuh dan Dinda bersama.
" Ayok Din... Silahkan dimakan... " ucap Galuh ramah.
" Iya Pak... Mari makan ..." ucap Dinda tersenyum.
Mereka makan dengan santai. Galuh sesekali memperhatikan cara Dinda makan yang tak ada rasa jaim. Makan dengan apa adanya. Galuh tersenyum.
" kamu memang wanita apa adanya Din... Sederhana dan manis... Entah kenapa aku ingin menjadikan kamu sebagai Adikku... Semoga Ibu senang bila aku mengangkat kamu menjadi Adikku... Dan saya akan membantu anak-anak Panti yang kamu tinggali saat ini... " batin Galuh tulus.
Dan tanpa Dinda dan Galuh sadari disana ada Dimas yang sedang makan diluar bersama rekan wanitanya. Dimas memperhatikan gerak gerik Dinda saat berbincang dengan Galuh. Dimas terus menatapnya hingga rekan wanita menyapanya.
" Kamu sedang memperhatikan siapa Mas..?" tanya Riska.
" Nggak sedang memperhatikan siapa-siapa Ris... Cuma tadi saya seperti melihat teman saya disana... Tapi setelah saya perhatikan ternyata bukan..." ucap Dimas salah tingkah.
" Ooww... Yasudah dimakan dulu Dim... Ntar keburu dingin..." ucap Riska.
" Iya Ris..." ucap Dimas langsung makan.
Sedangkan Dinda dan Galuh telah usai makan. Kini mereka menikmati minumannya sambil mengobrol.
" Dinda... Seandainya kamu Mas angkat sebagai Adik... Kira-kira kamu keberatan nggak Din..." ucap Galuh serius.
" Tapi Mas... Lalu Ibu Panti dan anak-anak bagaimana...? Mereka keluarga Dinda..." ucap Dinda menunduk sedih.
" Kamu tetap bisa berkunjung kesana setiap hari... Setiap kamu menginginkannya... Dan kamu jangan khawatir, Mas akan membantu kebutuhan Panti semampu Mas... Mas janji... Kamu mau kan Din..?" tanya Galuh lagi.
" Maaf Mas... Dinda belum bisa memberikan jawaban dan keputusannya... Dinda minta waktu untuk berbicara dengan Ibu Panti... Maaf ya Mas..." ucap Dinda menunduk.
" Nggak papa... Maklum dan Mas mengerti... Karena tiba-tiba, Mas mengungkapkan keinginan untuk menjadikan kamu Adik... " ucap Galuh lembut.
" Iya Mas... Terimakasih atas kebaikan Mas selama ini kepada saya dan keluarga Panti..." ucap Dinda tersenyum manis.
" Jangan berterimakasih seperti itu Din... Itu semua rejeki dari Yang Kuasa.. Saya hanya lantarannya saja... Kalau gitu ayo kita kembali ke kantor.. " ucap Galuh seraya merangkul bahu Dinda.
" Iya Mas..." ucap Dinda tersenyum malu.
Galuh dan Dinda pun berjalan melewati Dimas. Dimas yang tahu Galuh dan Dinda berjalan mendekat kearahnya langsung menyapanya.
" Pak Galuh... Gimana kabarnya...?" sapa Dimas pada Galuh.
" Eehh... Pak Kades... Alhamdulilah kabar saya baik... Pak Kades sendiri bagaimana kabarnya...? Kapan menikah...?" ucap Galuh bercanda.
" Kabar saya baik Pak Galuh... Urusan menikah masih jauh Pak... Kalau Anda sendiri kapan nikahnya...? Jangan lupa undangannya... " ucap Dimas tersenyum.
" Saya juga masih jauh Pak Kades... Masih ingin meniti karier dulu dan membahagiakan Ibu... Kalau begitu saya permisi dulu... Mari Pak Kades... Assalamualaikum..." pamit Galuh tersenyum ramah.
" Ya mari Pak... Waalaikumsalam..." jawab Pak Kades yang masih menatap kearah Dinda.
" Ayo Din..." ajak Galuh seraya merangkul pundak Dinda lembut.
" Iya Mas... Ayo..." ucap Dinda tersenyum dan menundukkan kepalanya kearah Dimas dan wanitanya.
Setelah kepergian Dinda dan Galuh dari hadapannya tadi. Dimas masih memperhatikan langkah Dinda dan Galuh hingga tak terlihat.
" Mas... Duduklah lagi.. Apa Mas masih mau berdiri seperti itu...? Teman Mas kan sudah tak nampak..." ucap Riska sebel.
Pak kades kalah ro dinda...
🤦🤦
🤔🤔🤔