Mata elang Layla mengamati pria yang akan menjadi suaminya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tindikan di telinga, tato di lengan, dan aura berbahaya yang terpancar, adalah definisi seorang badboy. Layla mendesah dalam hati. Menikahi pria ini sepertinya akan menjadi misi yang sangat sulit sepanjang karir Layla menjadi agen mata-mata.
Tapi untuk menemukan batu permata yang sangat langka dan telah lama mereka cari, Layla butuh akses untuk memasuki keluarga Bagaskara. Dan satu-satunya cara adalah melalui pernikahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Aku rasa tidak," jawab Layla, gadis itu berusaha menyunggingkan senyum senormal mungkin agar Adrian tidak curiga.
"Kau pasti salah orang, karena ini adalah pertemuan pertama kita." ucap Layla dengan ekspresi meyakinkan.
"Benarkah? Tapi wajahmu terlihat sangar familiar." Adrian mengangkat sebelah alisnya, seolah tidak sepenuhnya percaya dengan ucapan gadis cantik itu.
"Mungkin karena wajahku terlihat pasaran. Banyak sekali orang yang berkata seperti itu padaku." Layla tertawa kecil, berharap Adrian tidak lagi membahas topik ini lagi.
Bagaimana jika Adrian ingat? Bagaimana jika pria itu tahu bahwa semalam Layla menyelinap masuk ke kamar Adrian hanya untuk melihatnya dari dekat? pikiran dan hati Layla berkecamuk.
"Mungkin kamu benar Layla, ini adalah pertemuan pertama kita." ucap Adrian, matanya masih menatap Layla dengan intens.
"Tapi, entah kenapa aku merasa kita punya koneksi." lanjut pemilik rahang tegas itu.
"Mungkin itu hanya perasaanmu saja Adrian, aku berani bersumpah kalau kita belum pernah saling mengenal sebelumnya. Selama ini aku tinggal di desa dengan nenekku, aku baru kembali ke kota ini kemarin." ucap Layla, Layla berusaha keras untuk tidak menunjukkan ekspresi panik di hadapan Adrian.
"Mungkin saja. Tapi, aku selalu percaya pada firasatku. Pasti ada sesuatu dalam dirimu yang belum aku tahu." Adrian tersenyum misterius.
Layla mengerti satu hal, mulai sekarang ia harus berhati-hati dalam menghadapi Adrian. Adrian bukanlah orang yang mudah dibodohi. Ia harus menjaga rahasianya rapat-rapat, jangan sampai pria itu tahu apa yang sebenarnya terjadi semalam, apa lagi sampai tahu identitasnya yang merupakan seorang mata-mata.
"Jadi bagaimana Adrian? Apa kamu bersedia untuk menikah denganku?" Layla berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Atau kamu tetap ingin menikah dengan Nadin yang sudah jelas hatinya sudah terisi oleh pria lain?" tanya Layla. Senyumnya teduh seakan bisa menghipnotis siapapun yang melihatnya.
"Baiklah," kata Adrian akhirnya, membuat Layla sedikit terkejut sekaligus antusias. "Aku akan menikahimu, Layla. Tapi berjanjilah satu hal padaku." Adrian menatap mata Layla dalam-dalam. Wajahnya terlihat sangat serius.
"Apa itu?" tanya Layla dengan jantung berdebar.
"Jangan pernah membohongi aku Layla, aku ingin memulai hubungan kita dengan kejujuran." pinta Adrian. Adrian sangat takut Layla sama seperti Monica, yang telah menipunya habis-habisan.
"Aku berjanji tidak akan membohongimu Adrian. Aku akan menjadi istri yang penurut dan selalu menghormati apapun keputusanmu." ucap Layla, Layla terpaksa berdusta demi mencapai tujuannya.
Adrian tersenyum tipis, lalu mengulurkan tangannya pada Layla. Layla meraihnya dengan erat.
***
***
Kenzo berdiri di ruang tamu sederhana rumah keluarga Budiman. Pandangannya menerawang jauh ke luar jendela. Langit malam yang dihiasi bintang-bintang tampak seperti lukisan yang indah. Namun, hati Kenzo tidak setenang pemandangan itu. Nadin, gadis yang selama ini Kenzo harapkan untuk dijadikan menantunya, tiba-tiba digantikan oleh Layla, gadis desa yang belum Kenzo tahu latar belakangnya.
"Tidak mungkin," gumam Kenzo, menggelengkan kepalanya. Semua terasa seperti mimpi buruk, apalagi setelah mengetahui alasan Nadin menolak dijodohkan dengan Adrian terdengar tidak masuk akal.
Indra, yang tak lain adalah ayah kandung dari Layla dan Nadin, berdiri dengan perasaan tidak tenang di samping tuan Kenzo. "Tuan Kenzo, Layla adalah gadis yang baik dan tulus. Aku jamin itu." Indra berusaha meyakinkan.
"Tulus? Tapi itu saja tidak cukup Indra! Adrian butuh seseorang yang bisa membantunya mengembangkan bisnis keluarga. Nadin adalah pilihan yang sempurna! Kau tahu betul itu." ucap Kenzo, sorot matanya memancakan kemarahan. Kenapa Indra tiba-tiba menggantikan Nadin dengan Layla tanpa meminta persetujuan darinya terlebih dahulu.
"Tapi Nadin belum siap untuk menikah tuan, ia masih ingin fokus mengejar karirnya. Saya bukanlah orang tua tidak berperasaan yang tega memaksakan kehendak pada anaknya sendiri." lirih Indra seraya menghela napas berat.
"Sayang, kelihatannya Layla gadis yang baik. Dan yang paling penting Adrian menyukai Layla, lihatlah mereka berdua sudah langsung akrab walau baru petama kali bertemu." sorot mata Anzela menatap ke arah jendela, di balik jendela tersebut mereka bisa melihat Adrian dan Layla yang terlihat begitu bahagia, sampai suara tawa mereka bisa terdengar ke tempat mereka berdiri.
"Baiklah, aku akan menerima Layla sebagai menantuku. Tapi, ada syaratnya." kata Kenzo akhirnya meski dengan nada berat.
Indra menatap Kenzo dengan saksama. "Syarat? Syarat apa tuan?" dahi Indra mengkerut.
"Layla tidak boleh mengecewakan Adrian atau keluarga Bagaskara. Jika Layla sampai melakukan kesalahan, apalagi sampai membuat Adrian kecewa, aku tidak akan segan-segan menghancurkan seluruh keluarga Budiman!" ucap Kenzo. Wajahnya terlihat sangat serius.
Indra terkejut mendengar ancaman itu, tapi saat menyadari orang yang sedang di hadapinya adalah tuan Kenzo. Indra tidak punya pilihan lain selain menyetujui persyaratan yang tuan Kenzo ajukan.
"Baiklah tuan, tapi tolong jangan terlalu keras pada Layla. Layla masih muda dan belum berpengalaman. Dia juga putriku sama seperti Nadin." ucap Indra pasrah. Masa depan keluarga Budiman kini ada di tangan Layla.
"Aku tidak peduli. Ini adalah kesepakatan. Jika kau setuju, aku akan merestui pernikahan mereka. Tapi ingat, Indra, kau bertanggung jawab penuh atas semua ini." pekik Kenzo dengan rahangnya yang mengeras.
"Baik tuan." Indra berdiri dengan perasaan gugup di hadapan tuan Kenzo. Indra merasa kecil dan tidak berarti di hadapan pria berwibawa itu. Indra tahu bahwa tuan Kenzo belum bisa menerima perubahan ini sepenuhnya, Layla masih dianggap sebagai pengganti yang tidak pantas.
***
Beberapa hari berlalu, dan Layla menjadi semakin dekat dengan Adrian. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, pergi ke club, dan makan malam romantis seperti malam ini. Bahkan mereka berdua sudah merencanakan akan liburan ke Bali usai mereka menikah nanti.
"Cobalah udang ini Layla, ini makanan kesukaanku, aku sudah mengupaskan kulitnya untukmu." Adrian mengisi piring layla dengan makanan kesukaannya.
"Terima kasih Adrian." ucap Layla disertai senyuman manis seperti biasanya. Hati Layla terasa menghangat, untuk pertama kali dalam hidupnya, Layla merasa begitu diperhatikan oleh seseorang selain sang nenek.
"Pelan-pelan makannya Layla, bibirmu sampai kotor seperti ini." Adrian membersihkan bibir Layla dengan ibu jarinya.
"Tidak usah Adrian, aku bisa sendiri kok." Layla mencoba menghindar, namun malah membuat dirinya semakin jatuh dalam pelukan pria tampan itu. Tatapan mata keduanya saling terpaut dalam waktu cukup lama.
Deg!
Layla meremat dadanya yang tiba-tiba terasa sesak. Gadis itu mulai merasakan sesuatu yang aneh, Layla merasa mulai jatuh cinta pada Adrian.
"Ini tidak boleh terjadi, ini hanya misi dan Adrian adalah targetnya." gumam Layla pada pada dirinya sendiri. Layla segera membenarkan posisi duduknya, bahkan sedikit menjaga jarak dengan Adrian.
"Ada apa Layla? Apa kamu merasa tidak enak badan?" tanya Adrian setelah melihat perubahan sikap Layla yang cukup drastis.
"Ya, kepalaku sedikit pusing. Tolong antarkan aku pulang Adrian." ucap Layla, wajahnya terlihat lesu demi menyempurnakan sandiwaranya.
"Akkk! Apa yang kau lakukan Adrian?" pekik Layla ketika tubuhnya tiba-tiba terasa melayang. Layla tak menduga Adrian akan menggendongnya padahal ia hanya mengeluh pusing saja.
"Kamu itu sedang sakit, jadi biarkan aku yang merawatmu." Adrian terlihat begitu mengkhawatirkan Layla.
"Adrian, tolong jangan terlalu baik padaku." batin Layla.
Semakin Layla mengenal Adrian, semakin Layla bisa melihat sisi lain dari pria itu. Di balik penampilan badboy-nya, Adrian adalah sosok pria lembut dan penuh cinta.
Bersambung.