Mengetahui suaminya telah menikah lagi dan mempunyai seorang anak dari perempuan lain, adalah sebuah kehancuran bagi Yumna yang sedang hamil. Namun, seolah takdir terus mengujinya, anak dalam kandungannya pun ikut pergi meninggalkannya.
Yumna hampir gila, hampir tidak punya lagi semangat hidup dan hampir mengakhiri hidupnya yang seolah tidak ada artinya.
Namun, Yumna sadar dia harus bangkit dan hidup tetap harus berjalan. Dia harus menunjukan jika dia bisa hidup lebih baik pada orang-orang yang menyakitinya. Hingga Yumna bertemu dengan pria bernama Davin yang menjadi atasannya, pria dengan sebutan sang cassanova. Yumna harus bersabar menghadapi bos yang seperti itu.
Davin, hanya seorang pria yang terlanjur nyaman dengan dunia malam. Dunia yang membuatnya tidak terikat, hanya menikmati semalam dan bayar, lalu pergi tanpa keterikatan. Namun, setelah hadir Sekretaris baru yang cukup ketat karena perintah ayahnya, dia mulai memandang dunia dengan cara berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Malam
Pagi ini Yumna sudah berdiri di depan pintu Apartemen Davin. Menekan bel beberapa kali sampai Davin membuka pintu dan keluar. Sebenarnya masih teringat akan kejadian semalam, Yumna melihat jelas bagaimana wajah Davin yang marah hanya karena dia membahas tentang adik perempuannya. Pagi ini dia melihat suasana hati Davin, wajahnya masih sedingin es dan dia hanya berjalan mendahului Yumna dengan wajah yang datar.
Dia masih marah karena hal semalam. Tapi sebenarnya kenapa harus marah?
Yumna tidak banyak bicara, dia takut akan semakin membuat Davin marah. Jadi hanya diam sampai mereka tiba di Kantor pun, Yumna masih diam.
"Semua laporan akhir bulan ini sudah saya simpan di meja kerja anda, Pak. Tinggal di periksa saja jika ada kesalahan yang terlewatkan dari pemeriksaan saya"
"Hmm"
Yumna masih berdiri diam di depan meja kerja dengan melipat bibirnya dan berpikir apa harus dia meminta maaf atas kejadian semalam. Tapi, sebenarnya Yumna tidak merasa bersalah. Hanya saja cara Davin menyikapinya memang cukup aneh bagi Yumna.
"Pak, soal ucapan saya semalam, saya minta maaf jika saya terlalu banyak ikut campur kehidupan pribadi anda. Sekali lagi saya minta maaf" Yumna sedikit membungkukan tubuhnya sebagai tanpa permintaan maaf darinya pada Davin.
Davin yang fokus pada berkas di tangannya, langsung mendongak dan menatap Yumna dengan datar. "Kembalilah bekerja, tidak perlu membahas hal yang tidak penting"
Yumna mengangguk kecil, dia melangkah menuju pintu keluar.
"Bagaimana dengan kakimu?"
Pertanyaan itu membuat Yumna berhenti melangkah, dia berbalik dan tersenyum pada Davin. "Sudah lebih baik, meski memarnya masih belum hilang dan masih sedikit sakit jika di pakai berjalan"
Davin mengangguk pelan, dia kembali fokus pada berkas di tangannya. "Jangan terlalu banyak berjalan-jalan kalau begitu, biarkan kakimu sembuh dulu"
"Iya Pak, terima kasih" ucap Yumna sambil tersenyum. Dia keluar dari ruangan atasannya itu dengan senyuman yang tidak hilang di wajahnya. "Sebenarnya dia cukup perhatian, jika saja sikap arogannya itu bisa sedikit hilang"
*
Seharian ini pekerjaan cukup banyak untuk memeriksa setiap laporan akhir bulan dari setiap bagian devisi. Yumna juga cukup di sibukan, apalagi dengan beberapa kali Davin memanggilnya karena kesalahan.
"Kau periksa ulang ini, bagaimana bisa ada salah penempatan tanda titik. Saya tidak suka!"
"Tidak seharusnya kata 'dan' ada disini, koreksi!"
"Yumna, kau bisa bekerja tidak? Kenapa selalu ada kesalahan di setiap berkas yang katanya sudah kamu periksa, kalimat terima kasih itu harusnya di pisah, bukan di satu seperti ini!"
Yumna hanya memejamkan mata ketika beberapa laporan harus dia revisi hari itu juga. Dan kesalahannya sebenarnya tidak cukup fatal atau membuat kerugian Perusahaan, hanya karena kesalahan penempatan tanda baca dan letak kata yang kurang tepat. Yumna juga tidak memeriksa sampai seteliti itu, dia hanya memeriksa jika semua laporan di dalamnya sudah benar dan sesuai, tidak sampai harus membuat Perusahaan rugi.
Tapi ternyata, Bosnya tidak se-simpel itu.
Akhirnya mereka kembali cukup malam, wajah Yumna sudah begitu lelah saat berjalan melewati lorong menuju Apartemennya.
"Selamat malam Pak, selamat beristirahat. Jangan memesan kupu-kupu malam lagi, karena saya akan tetap mengawasi anda"
Yumna berjalan ke arah pintu Apartemennya setelah membungkuk hormat pada Davin tanpa menunggu jawaban dari pria itu. Sudah meraih gagang pintu dan menekan jempolnya untuk sidik jari kunci pintu Apartemennya ini. Tapi suara Davin menghentikan dia yang sudah ingin segera masuk.
"Bukannya kau ingin memberikan aku informasi tentang dua orang yang menghancurkan hidupmu itu? Mana datanya, belum juga kau berikan sampai sekarang"
Yumna menoleh kembali pada Davin, dia mengangguk pelan. "Iya, besok saya akan serahkan semuanya, Pak. Sekarang anda istirahat saja, saya juga ingin istirahat"
"Baiklah"
"Selama malam Pak Davin"
Yumna langsung masuk ke dalam Apartemen setelah mengucapkan kata selamat malam tanpa menunggu jawaban dari Davin. Melepas sepatunya dengan asal, dan menggantinya dengan sandal rumah. Menjatuhkan dirinya di atas sofa dengan hembusan napas panjang.
"Aaaa.. Hari ini benar-benar melelahkan. Moodnya bisa berganti dalam sekejap, dan membuat aku kesal dengan segala perintahnya. Huh... Untung aku butuh pekerjaan ini, kalau tidak sudah keluar aku"
Saat Yumna masih diam menatap langit-langit kamar dengan rasa lelah di tubuhnya yang belum hilang. Ponsel di dalam tasnya berdering, membuat Yumna langsung merogoh tasnya dan menerima telepon masuk itu tanpa melihat jelas siapa yang menghubunginya.
"Cepat datang ke tempatku, ada urusan yang harus kau selesaikan! Ini perintah!"
Yumna baru membuka mulut untuk menjawab, tapi sambungan telepon sudah terputus lebih dulu. Dia menatap ponselnya dengan cengkraman kuat dan gigi yang gemertak.
"Aaa.. Dia maunya apasih? Aku juga mau istirahat. Hiks.."
Meski lelah, akhirnya Yumna pergi ke Apartemen Davin yang berada di sebrangnya itu. Bahkan dia belum mandi dan berganti pakaian, hanya memakai sandal rumah saja. Menekan bel dan pintu langsung terbuka, seperti Davin sudah menunggu di depan pintu sejak tadi.
"Masuk"
Yumna masuk dengan gontai ke dalam Apartemen Davin ini. Namun, dia mencium bau aroma masakan yang cukup membuat perutnya berbunyi, teringat dia belum makan sejak siang karena pekerjaan yang menumpuk.
"Pak Davin masak?" tanya Yumna hampir tidak percaya saat Davin berjalan ke arah dapur dan membuka tutup panci, terlihat kepulan asap dari sop yang dia buat.
"Duduklah, aku malas makan sendirian. Dan aku terpaksa masak karena bahan makanan ini sudah lama berada di kulkas"
Yumna langsung tersenyum melihat makanan yang sudah tertata di atas meja makan. Dia langsung menarik kursi dan duduk. Melihat seluruh makanan yang terlihat menggiurkan itu.
"Ternyata Pak Davin jago masak juga ya. Hebat"
Padahal melihat penampilannya dan sifatnya, tidak akan ada yang menyangka jika dia akan bisa masuk ke dapur dan membuat menu masakan sebanyak ini.
"Makanlah, aku hanya malas makan sendirian. Jadi memintamu datang"
"Baik Pak, terima kasih banyak"
Tanpa malu-malu, Yumna langsung mengambil makanan ke atas piringnya. Perutnya sudah berbunyi sejak tadi meminta di isi. Dan sekarang dia bisa makan dengan lahap makanan enak di depannya.
Wah... rasanya enak sekali, dia hebat juga ya. Jarang sekali laki-laki pintar masak seperti ini. Apalagi ini adalah Pak Davin loh.
Sambil terus mengunyah makanan, Yumna masih hampir tidak percaya jika Davin akan bisa memasak makanan yang enak seperti ini. Melihat tampilannya dan sikapnya yang arogan, memang akan sulit seseorang menebak jika Davin punya sisi lain yang hangat seperti ini.
"Bagaimana?'
"Ini enak Pak, hebat sekali. BIsa ajari saya masak lain kali? Saya tidak terlalu pandai memasak"
"Boleh, jika saya mau. Karena semuanya tergantung mood saya"
Yumna mengangguk saja, meski jawaban Davin sedikit menyebalkan. Tapi dia memaklumi saja, setidaknya hari ini dia dapat makan gratis dan enak.
Bersambung