NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Kedua Pria Beristri

Menjadi Istri Kedua Pria Beristri

Status: tamat
Genre:Poligami / Ibu Pengganti / Menikah Karena Anak / CEO / Cinta setelah menikah / Tamat
Popularitas:28.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Aruna tahu hidupnya tidak lama lagi. Demi suami dan putri kecil mereka, ia memilih sesuatu yang paling menyakitkan... mencari wanita yang akan menggantikannya.

Alana hadir sebagai babysitter tanpa mengetahui rencana besar itu. Adrian salah paham dan menilai Lana sebagai perusak rumah tangga. Namun, pada akhirnya Aruna memaksa keduanya menikah sebelum ia pergi untuk selamanya.

Setelah Aruna tiada, Adrian larut dalam rasa bersalah dan menjauh dari istri keduanya. Lana tetap bertahan, menjalankan amanah Aruna meski hatinya terus terluka. Situasi semakin rumit saat Karina, adik Aruna berusaha merebut Adrian dan menyingkirkan Lana.

Akankah Adrian berani membuka hati untuk Alana, tanpa mengkhianati kenangan bersama Aruna? Atau justru semuanya berakhir dengan luka yang tak tersembuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter — 8.

Rumah sakit itu terasa terlalu sunyi bagi Adrian. Setiap langkahnya menuju kamar Aruna seperti menuntunnya ke jurang yang tidak pernah ia siap untuk hadapi. Di tangannya ada setangkai bunga lily putih, bunga kesukaan istrinya. Tangannya bergetar ketika memegang gagang pintu. Ia menarik napas panjang, lalu masuk.

Aruna sedang terbaring dengan mesin pernapasan yang terus berbunyi pelan. Bibirnya pucat, tetapi mata itu masih menatap Adrian dengan hangat. Di sampingnya, Alana tengah menata sehelai selimut agar tubuh Aruna tetap hangat.

“Sayang…” suara Adrian parau.

Pria itu duduk di sebelah Aruna, menguvsap jemari Istrinya perlahan, tangan itu terasa sangat dingin.

Aruna tersenyum kecil. “Hari ini… aku ingin melihatmu bahagia, Mas.”

Ya, hari itu adalah hari pernikahan Adrian dan Alana. Gadis itu... akan menjadi istri kedua, karena menikah disaat istri pertama masih ada.

Alana menunduk, hatinya terasa seperti dicabut keluar dari dadanya setiap kali Aruna berbicara seolah perpisahan tinggal hitungan jam.

Persiapan akad sederhana mulai dilakukan di dalam kamar, hanya ada saksi dan pihak rumah sakit. Tak ada gaun indah, tak ada riasan dan Alana menikah dengan wali hakim.

Alana mengenakan kebaya putih sederhana. Sementara Adrian mengenakan kemeja hitam, wajahnya kusut seperti seseorang yang dipaksa merelakan separuh jiwanya.

Adrian masih menahan emosi, berkali-kali ia memalingkan muka untuk menyembunyikan air matanya dari Aruna. Ia tahu, Aruna tidak ingin dia menangis.

Aruna menatap Alana penuh harap. “Lana… kamu harus menjaga Mas Adrian setelah aku pergi, aku percaya kamu.”

Kalimat itu begitu menampar hati Alana. Ia menggigit bibirnya kuat, menahan tangis yang sudah menggenang.

“Saya… saya tidak pantas menggantikanmu, Nyonya...” suaranya pecah.

Aruna menggeleng lemah. “Kamu bukan penggantiku, kamu akan meneruskan cinta yang kutinggalkan.”

Adrian ikut menatap Alana. Ia belum mampu merasakan apa pun, selain rasa sakit yang membunuh perlahan dari dalam. Baginya, pernikahan ini bukan tentang cinta, ini hanya tentang memenuhi permintaan terakhir wanita yang ia cintai untuk seumur hidupnya.

Nikah ini… hanya sementara, aku hanya mencintai Aruna! Janji Adrian dalam hatinya.

Proses akad dimulai, suara penghulu terdengar jelas namun menusuk. Adrian mengucapkan ijab kabul dengan suara bergetar.

“Sah.”

Satu kata itu seperti menyayat seluruh ruang. Alana menutup wajahnya, menangis tanpa suara. Adrian hanya bisa membungkuk, menunduk dalam-dalam, mencoba menyembunyikan betapa ia tersiksa.

Aruna tersenyum sangat tipis, ia berusaha mengangkat tangannya untuk menyentuh kedua orang yang kini terikat dalam pernikahan yang ia atur sendiri.

“Terima kasih… telah membuat mimpiku terakhir terwujud…” napasnya semakin berat.

Alana langsung menggenggam tangan Aruna. “Jangan bicara begitu, Nyonya harus bertahan...”

Aruna menggeleng lemah, seolah sudah berdamai dengan takdir. “Aku lelah… ayo pulang ke rumah.” gumamnya lemah.

Adrian tidak kuat lagi. Ia memeluk Aruna sangat hati-hati, seolah takut tubuh itu hancur jika ia memeluk lebih kuat. “Baiklah, ayo pulang.“

Air mata pria itu pun jatuh tanpa bisa di tahan.

Di rumah, udara di kamar utama penuh aroma obat dan wangi lembut bunga lily yang dibawa dari rumah sakit. Aruna berbaring di tempat tidur dengan selimut tebal, wajahnya pucat namun matanya masih menatap dengan cinta yang tak berubah.

Adrian duduk di sisi ranjang, menatap istrinya itu tanpa kata. Setiap kali Aruna menarik napas, dada pria itu terasa ikut tertarik. Ia takut, bila nafas itu adalah yang terakhir.

Namun malam ini, Aruna justru tersenyum tenang.

“Mas,” panggilnya lembut.

Adrian langsung menggenggam tangan itu. “Aku di sini, Sayang.”

“Temani Lana malam ini.”

Kepala Adrian mendongak cepat. “Apa?”

Aruna tersenyum samar. “Kamu sudah sah menikah dengannya. Malam pertama harus dijalani, Mas. Lana… sudah jadi istrimu. Dia juga berhak mendapatkan haknya.”

“Aruna, tolong jangan memaksakan—”

“Tolong, Mas.” Aruna memotong dengan suara yang mulai serak. “Aku tidak ingin pergi dengan kekhawatiran. Aku ingin melihat kamu… tidak sendirian. Aku ingin tahu bahwa ada seseorang yang akan menjaga kamu, setelah aku tidak ada.”

Adrian terdiam, kata-kata itu menghujam seperti pisau. Ia ingin menolak, berteriak, menangis, asal tidak harus mendengar kalimat itu keluar dari mulut Aruna. Tapi bagaimana bisa? Ia tidak bisa menolak permintaan terakhir wanita yang selama ini menjadi seluruh hidupnya.

Dengan nafas berat, ia mengangguk. “Baiklah…”

Aruna tersenyum lega. “Terima kasih, Mas.”

Ia menatap ke arah Alana yang berdiri di ambang pintu dengan kepala tertunduk. “Lana, layani suami kita... ya.”

Alana tak sanggup membalas, ia hanya mengangguk pelan.

Malam semakin larut, Adrian berdiri di depan pintu kamar Alana. Tangannya menggenggam sesuatu, sebuah map cokelat berisi kertas yang tampak resmi.

Ia mengetuk pelan.

Tok… tok…

Alana membuka pintu. Ia mengenakan piyama panjang berwarna biru muda, rambutnya terurai. “Tuan…”

“Boleh aku masuk?”

Alana mengangguk pelan. Adrian masuk, dan suasana kamar itu langsung terasa tegang. Lampu temaram membuat bayangan mereka memanjang di dinding.

“Aku tidak akan berlama-lama,” ucap Adrian datar, ia meletakkan map itu di atas meja rias. “Ini salinan kontrak pernikahan kita, semua tertulis di situ.”

Alana memandangnya bingung. “Kontrak?”

“Ya.” Adrian menatap lurus ke arahnya, dingin. “Pernikahan ini hanya bentuk pemenuhan keinginan Aruna, tidak akan ada hubungan suami-istri di luar itu. Tidak ada kewajiban… untuk hal-hal pribadi.”

Alana terdiam. Ia menggigit bibir, menahan rasa sesak yang mendadak di dadanya. “Tapi tadi, Nyonya bilang…”

“Aku tahu apa yang dia bilang,” potong Adrian cepat, suaranya pelan tapi tajam. “Namun aku tidak akan melakukannya, aku tidak bisa… menyentuhmu.”

Adrian mendekat, suaranya menurun. “Tapi demi Aruna, aku ingin kamu berpura-pura di depannya. Jika dia bertanya, katakan aku memperlakukanmu dengan baik malam ini. Katakan kita… bahagia.”

Alana mengangkat wajahnya, menatap mata pria itu. “Berpura-pura bahagia?“

“Ya.“ Ia kemudian berbalik, berjalan ke arah pintu.

“Sampai Aruna benar-benar tenang, aku akan tetap menunaikan kewajiban sebagai suami padamu... secara formalitas.”

Alana akhirnya hanya bisa mengangguk. “Baik, Tuan.”

Adrian berhenti sejenak di ambang pintu. “Dan... jangan panggil aku ‘Tuan’ kalau di depan Aruna. Dia akan curiga."

Adrian menatap Alana sebentar, ada rasa bersalah yang nyaris terlihat di mata pria itu tapi dengan cepat ia memalingkan pandangannya. Tanpa sepatah kata lagi, ia keluar dan menutup pintu perlahan.

Begitu pintu tertutup, Alana jatuh terduduk dengan wajah pasrah.

Di kamar lain, Adrian berdiri menatap langit-langit kamar yang gelap. Tangannya menggenggam foto pernikahan lamanya dengan Aruna. Ia menutup mata, dan air matanya jatuh tanpa bisa ditahan.

1
Rohmi Yatun
makasih Thor udah kasih hiburan yang luar biasa.. ditunggu karya selanjutnya.. 👍
Tiara Bella
ehhh udh tamat aja ini...
Tiara Bella: okey semoga sehat selalu ya thor
total 4 replies
DC
/Good//Good//Good//Good/
Ariany Sudjana
puji Tuhan, happy end, cerita bagus, ga terlalu panjang juga, jadi ga capek bacanya 😄
Rere💫: Makasih kasay udh baca 😍
total 1 replies
Tiara Bella
typo Thor hrsnya Alima ditulisnya asmara....yg alima nunggu satria dirmh sakit
Tiara Bella: sama² kak Rere yg cantikkk 😍
total 2 replies
Akasia Rembulan
cemburu ya
Tiara Bella
Asmara cemburu nh.... Airlangga awas ada macan ngamuk krna cembokur.....
Akasia Rembulan
berat amat ya untuk pasangan pengantin baru.. semoga badai cepat berlalu 💪
Dian Rahmawati
jgn smpe deh Airlangga tergoda sama Alima
Suanti
jangan sampai lama2 airlangga jatuh cinta pula sm alima 🤣🤣
Tiara Bella
takutnya nnti ada apa² ditengah jalan atas pernikahan asmara sm Airlangga
Ariany Sudjana
bagus Airlangga, kamu harus terbuka sama orang tuanya asmara, tentang apa yang sebenarnya terjadi. jangan bertindak bodoh seperti asmara (yang tidak pernah bisa jujur), juga si bodoh alima (yang mau saja dimanipulasi Karina)
Lovita BM
syukurlah ada Airlangga yg teges, menunjukkan posisi asmara 🧐
Suanti
alima terlalu egois penyakit nya dia bikin jadi ancaman 🤣
Dian Rahmawati
good job airlangga
Tiara Bella
good job Airlangga....masa kalah sm Alima....
Dian Rahmawati
kok alima gtu
Agunk Setyawan
masa mau dibikin sama sih dengan cerita ibunya g seru thor KLO kaya gitu
Agunk Setyawan: masa gara"alima sakit asmara ngalah
kan g seru juga
total 2 replies
Tiara Bella
Alima ko km gitu sh....sakit sh tp ko mintanya KY gitu blm tentu kan Airlangga suka sm km...
Rere💫: Banget 🤭
total 6 replies
Tiara Bella
Alima butuh pencerahan ini Thor....kasian dimanfaatin sm Karina....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!