NovelToon NovelToon
Aku Yang Diabaikan

Aku Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mami Al

Keputusan gegabah membuat Sekar harus menderita, suami yang ia terima pinangannya 5 tahun lalu ternyata tak membawanya ke dalam kebahagiaan. Sekar harus hidup bersama ibu mertua dan kedua iparnya yang hanya menganggapnya sebagai pembantu.

Sekar yang merasa terabaikan akhirnya memilih kabur dan menggugat suaminya. Bagaimana kisah selanjutnya?

Ikuti ceritanya setiap episode. Aku mohon jangan di lompat. Terima kasih 🙏🏼

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian Kesepuluh

Sekar kembali dengan menenteng 2 kantong plastik berwarna putih. Satu berisi makanan dan 1 lagi beras 2 kilogram.

"Ini kembaliannya!" Sekar menyerahkan beberapa uang recehan seribu.

"Kamu senang di suruh bukan karena ingin ketemu keponakannya Pak Karman, 'kan?" tuding Lastri.

"Sebelum keponakan Pak Karman di sini, orang di rumah ini juga sering menyuruh aku!" cetus Sekar.

"Kamu mau selingkuh dari Reno?" lagi-lagi Lastri menuduh.

"Jika aku mau, dari dulu aku akan melakukannya, Bu!" kata Sekar seringai.

"Apa kamu tidak pernah berkaca? Lihatlah penampilanmu itu, mana ada orang lain yang selera!" ledek Lastri.

"Jika waktu bisa berputar, mungkin aku tidak mau menikah dengan putra Ibu!" kata Sekar lagi membuat Lastri terdiam.

Lastri tampak geram dengan kata-kata menantunya yang menyudutkannya.

"Tidak ada lagi tugasku 'kan?" tanya Sekar.

"Sudah sana pergi ke dapur!" jawab Lastri mengusir.

"Hmm, baiklah!" kata Sekar kemudian berlalu.

"Semakin pintar saja Kak Sekar melawan!" ucap Lulu kepada ibunya.

"Entahlah, mungkin dia kebanyakan bergaul dengan tetangga sini makanya jadi tak tahu diri begitu!" kata Lastri menuduh.

Sekar melanjutkan pekerjaannya mencuci pakaian, piring lalu memasak makan siang.

Sore harinya, Reno pulang bekerja. Ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan istrinya. "Di mana Sekar, Bu?"

"Biasa, ajak main anaknya!" kata Lastri.

"Kenapa kamu mencarinya? Biasanya enggak pernah?" tanya Lastri.

"Enggak apa-apa," jawab Reno.

"Jangan bilang kalau kamu cemburu dengan istrimu?" Lastri menatap penuh selidik.

"Siapa juga yang cemburu," kata Reno menyangkal.

"Kamu enggak usah cemburu. Kamu bisa dapatkan yang lebih dari dia. Ayu belum menikah, kamu bisa balikan lagi dengannya," Lastri memberikan saran.

"Bu, nikah itu butuh biaya besar. Belum tentu Ayu mau denganku," kata Reno.

"Kalau Ayu mau, apa kamu bersedia menikahinya?" tanya Lastri.

"Siapa yang mau menikah?" tanya Sekar yang sekilas mendengar pembicaraan suami dan ibu mertuanya.

"Sekar, buatkan aku teh hangat!" Reno mengalihkan percakapan dengan menyuruh istrinya.

"Iya, aku akan buatkan!" Sekar melangkah ke dapur.

Selang 30 menit, Sekar membawa secangkir teh hangat dan meletakkannya di meja ruang tamu. Reno juga sudah mandi dan duduk menonton televisi.

"Mas, apa aku boleh bekerja di luar?" Sekar meminta izin.

"Kalau kamu bekerja di luar, lalu bagaimana dengan pekerjaan di rumah ini?" tanya Lastri yang juga mendengar permintaan menantunya.

"Sebelum berangkat kerja, aku akan membereskan semua pekerjaan di rumah. Ibu enggak perlu khawatir," jawab Sekar.

"Terus yang masak siapa?" tanya Reno.

"Ibu yang akan memasak," jawab Lastri.

"Memangnya kamu mau bekerja di mana?" tanya Reno kepada istrinya.

"Di rumah teman suaminya Windi, Mas. Dia bilang mereka cari pembantu buat mencuci piring, menyapu dan mengepel," jawab Sekar menjelaskan.

"Gajinya berapa?" tanya Reno lagi.

"Tiga ratus ribu," jawab Sekar.

"Sedikit sekali!" kata Lastri.

"Enggak apa-apa, Bu. Daripada aku di rumah saja, setidaknya mengurangi pengeluaran Mas Reno tiap bulan," ucap Sekar menyindir 2 iparnya yang selalu menjadi beban.

Reno tampak berpikir.

"Bagaimana dengan Arya? Siapa yang jaga dia?" tanya Lastri.

"Mereka mengizinkan aku membawa Arya bekerja," jawab Sekar.

"Baguslah kalau begitu," kata Lastri.

"Mas, mau memberikan izin 'kan?" Sekar menatap suaminya yang masih bimbang.

"Biarkan saja dia bekerja, Reno. Dia bisa membantumu memenuhi kebutuhan rumah ini," bujuk Lastri.

"Ya sudah, kamu boleh bekerja!" kata Reno.

Sekar tersenyum senang.

"Kapan kamu mulai bekerja?" tanya Reno.

"Besok. Windi akan mengantarkan aku ke rumah temannya itu," jawab Sekar.

***

Dengan semangat, Sekar dan Arya berangkat ke rumah yang membutuhkan tenaganya. Seluruh pekerja di rumah suaminya telah ia selesaikan.

"Bibi Lena, ini temanku yang aku bilang kemarin," kata Windi memperkenalkan Sekar kepada pembantu senior.

"Kamu yakin dia betah bekerja di sini?" tanya Bibi Lena.

"Aku yakin, Bi. Dia memang lagi butuh pekerjaan dan uang," jawab Windi.

"Ya sudah, tapi Bu Hanna tidak di rumah," kata Bibi Lena.

"Jadi bagaimana? Apa saya belum bisa bekerja hari ini?" tanya Sekar sedikit kecewa karena keinginannya bekerja dan mendapatkan uang malah tertunda.

"Kamu sudah bisa bekerja hari ini. Nanti Bibi Lena beritahu apa saja yang harus kamu kerjakan," jawab Bibi Lena.

Sekar tersenyum lega mendengarnya.

"Kalau begitu aku pamit, ya, Sekar. Nanti kamu pulang naik angkot saja!" kata Windi menyarankan.

"Iya, Win. Terima kasih, ya!" ucap Sekar.

"Sama-sama, semoga kamu betah, ya!" kata Windi lagi.

Selepas Windi berlalu, Bibi Lena menyuruh Sekar masuk. Sebelum bekerja, Sekar memberikan mainan kepada Arya. Ia juga meminta putranya itu tak lasak.

"Bu Hanna dan suaminya lagi ke luar negeri. Dua anaknya lagi sekolah, biasanya mereka pulang nanti sore," Bibi Lena menjelaskan anggota keluarga di rumah majikannya.

"Pekerjaan yang pertama harus kamu lakukan mencuci piring bekas masak dan makan sarapan pagi. Tapi, ini tidak ada cucian karena Bibi sudah mencucinya," Bibi Lena menjelaskan tugas-tugas yang akan dikerjakan Sekar.

"Setelah itu kamu menyapu rumah dan mengepelnya. Kemudian kembali lagi cuci peralatan masak buat makan siang," jelas Bibi Lena lagi.

"Apa boleh pulang kalau sudah selesai pekerjaannya?" tanya Sekar.

"Boleh, tapi kamu harus makan dulu sebelum pulang," jawab Bibi Lena.

Sekar mengangguk paham dengan penjelasan wanita paruh baya dihadapannya.

"Ayo kita depan, bagian mana saja yang harus kamu sapu dan pel!" ajak Bibi Lena melangkah ke arah ruang tamu.

Sementara itu, Lastri pergi ke warung. Di tengah jalan ia sempat berpapasan dengan Ryan yang juga baru selesai berbelanja. Lastri melirik pemuda itu dengan tajam. Apalagi mendengar dari mulut putranya bahwa Ryan berniat akan merebut Sekar.

"Eh, Bu Lastri!" sapa Bu Dian.

"Cabai merah satu ons, ayam setengah kilo," kata Lastri.

"Biasanya Sekar yang belanja?" tanya Bu Dian berbasa-basi.

"Dia lagi kerja," jawab Lastri.

"Oh, dia jadi juga kerja. Baguslah kalau begitu!" kata Bu Dian tersenyum.

"Memangnya kenapa kalau dia tidak bekerja?" Lastri tampak tersinggung dengan ucapan pemilik warung.

"Kalau Sekar kepengen sesuatu, dia sudah punya uang," cetus Bu Dian tersenyum menyindir.

Lastri cuma bisa terdiam.

Lagi menimbang belanjaan Lastri, Bu Lilis muncul. Ia berdiri di samping Lastri seraya menyapanya.

"Balik lagi Bu Lilis?" tanya Bu Dian karena Bu Lilis tadi sudah berbelanja.

"Lupa beli garam," jawab Bu Lilis.

"Mau berapa?" tanya Bu Dian.

"Setengah kilo aja!" jawab Bu Lilis.

"Punyaku berapa?" tanya Lastri kepada Bu Dian.

"Sebentar, ya, Bu!" jawab Bu Dian.

"Sekar mana?" tanya Bu Lilis kepada Lastri.

"Oh, dia sudah bekerja," jawab Lastri.

"Bukankah Reno bekerja? Kenapa Sekar juga harus bekerja di luar?" cecar Bu Lilis.

"Sekar sendiri yang mau," jawab Lastri.

"Terus anak gadismu itu, enggak coba melamar pekerjaan?" tanya Bu Lilis karena ia mengetahui jika 2 iparnya Sekar tak bekerja.

"Enggak ada pekerjaan yang cocok," jawab Lastri.

"Memangnya Lala dan Lulu mau kerja apa?" tanya Bu Lilis.

"Kerja di kantor dan enggak panas," jawab Lastri lagi.

"Lala dan Lulu 'kan enggak kuliah. Jadi, kecil kemungkinannya bisa mendapatkan pekerjaan di kantor," celetuk Bu Lilis.

"Siapa bilang enggak bisa? Itu anaknya Bu Sastro, sekarang sudah manajer padahal cuma lulusan SMA aja!" kata Bu Lastri menceritakan tetangganya yang diujung jalan.

"Bu Lastri, anaknya Bu Sastro itu awalnya bukan langsung di kantor. Dia pertama kali masuk bekerja sebagai cleaning service, terus naik jadi pesuruh mengantarkan berkas. Jadi, enggak heran sekarang dia sudah manajer. Apalagi anaknya sudah bekerja di kantor itu hampir sepuluh tahun," sahut Bu Dian menjelaskan mengenai tetangganya kepada Lastri.

"Kalau mau sukses harus terlebih dahulu susah. Enak banget mau dapat jabatan tinggi, memangnya ada orang dalam!" celetuk Bu Lilis menyindir.

"Berapa semuanya?" Lastri yang kesal dengan ucapan Bu Lilis mendesak pemilik warung agar menghitung belanjaannya.

"Sepuluh ribu, Bu!" kata Bu Dian.

Lastri menyodorkan selembar uang 10 ribu kemudian ia berkata kepada Bu Lilis, "Duluan, ya!"

"Iya, Bu Lastri!" ucap Bu Lilis.

"Bu Lastri sudah kalah malu, Bu Lilis!" kata Bu Dian.

"Iya, makanya dia buru-buru pulang!" ucap Bu Lilis lagi dengan senyuman puas. Ia memang ingin sekali menegur tetangganya itu karena sudah memperlakukan Sekar tak baik. Apalagi Sekar tidak memiliki kedua orang tua lagi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!