NovelToon NovelToon
Rindu Di Bawah Atap Yang Berbeda

Rindu Di Bawah Atap Yang Berbeda

Status: tamat
Genre:Keluarga / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Terlarang / Romansa / Cintapertama / Cinta Murni / Tamat
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Berawal dari sebuah gulir tak sengaja di layar ponsel, takdir mempertemukan dua jiwa dari dua dunia yang berbeda. Akbar, seorang pemuda Minang berusia 24 tahun dari Padang, menemukan ketenangan dalam hidupnya yang teratur hingga sebuah senyuman tulus dari foto Erencya, seorang siswi SMA keturunan Tionghoa-Buddha berusia 18 tahun dari Jambi, menghentikan dunianya.

Terpisahkan jarak ratusan kilometer, cinta mereka bersemi di dunia maya. Melalui pesan-pesan larut malam dan panggilan video yang hangat, mereka menemukan belahan jiwa. Sebuah cinta yang murni, polos, dan tak pernah mempersoalkan perbedaan keyakinan yang membentang di antara mereka. Bagi Akbar dan Erencya, cinta adalah bahasa universal yang mereka pahami dengan hati.

Namun, saat cinta itu mulai beranjak ke dunia nyata, mereka dihadapkan pada tembok tertinggi dan terkokoh: restu keluarga. Tradisi dan keyakinan yang telah mengakar kuat menjadi jurang pemisah yang menyakitkan. Keluarga Erencya memberikan sebuah pilihan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Paket rendang itu telah melakukan tugasnya dengan sempurna. Ia bukan lagi sekadar makanan, melainkan telah menjadi sebuah totem, sebuah bukti fisik dari hubungan mereka. Di Jambi, Erencya menyimpan kotak kardus kosong itu di dalam lemarinya seperti sebuah harta karun. Setiap kali ia melihatnya, ia bisa kembali merasakan keharuan dan ketulusan yang meluap di hatinya hari itu.

Bagi Akbar, balasan Erencya yang penuh emosi adalah validasi terkuat yang pernah ia terima. Gadis itu tidak hanya menyukai hadiahnya; ia memahami maknanya. Ia memahami bahwa itu adalah persembahan dari dunia Akbar yang sederhana, sebuah undangan untuk mengenal dirinya seutuhnya.

Percakapan mereka setelah itu diselimuti oleh aura keintiman yang baru. Mereka tidak lagi ragu-ragu. Panggilan video menjadi sebuah keharusan setiap malam, seakan sehari tidak akan lengkap tanpa melihat wajah satu sama lain sebelum tidur. Mereka akan tertawa melihat hal-hal kecil; Akbar yang lupa mencukur kumis tipisnya, atau Erencya yang tanpa sadar mengikat rambutnya dengan pensil saat sedang pusing mengerjakan tugas.

Malam itu, sebulan setelah paket itu tiba, mereka sedang dalam salah satu percakapan larut malam mereka. Erencya baru saja selesai menceritakan tentang betapa ia kesal karena Lusi terus-menerus menggodanya tentang "pacar online misterius".

"...aku sampai bingung mau jawab apa, Kak. Tapi setiap kali Lusi menggodaku, aku nggak bisa menahan senyum," cerita Erencya sambil memeluk bantalnya, wajahnya terpantul di layar ponsel.

Akbar di seberang sana menatapnya lekat. Ia melihat gadis itu dalam balutan piyama bergambar awan, tanpa riasan, dengan rambut yang sedikit berantakan. Dan di matanya, Erencya tidak pernah terlihat lebih cantik. Perasaan yang selama ini ia tahan, yang ia salurkan melalui perhatian dan kata-kata tersirat, tiba-tiba terasa begitu sesak di dadanya, menuntut untuk dilepaskan.

"Ren," panggil Akbar, suaranya lebih serius dari biasanya, memotong celoteh Erencya.

"Iya, Kak?"

Akbar menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak tahu bagaimana ini terdengar, karena kita belum pernah bertemu secara langsung. Mungkin ini terlalu cepat, mungkin ini gila. Tapi aku harus mengatakannya." Ia berhenti sejenak, menatap lurus ke kamera seolah sedang menatap langsung ke mata Erencya. "Aku... aku sayang kamu, Erencya."

Hening. Erencya membeku, matanya melebar. Ia mendengar tiga kata itu dengan begitu jelas, diucapkan dengan suara Akbar yang dalam dan mantap. Tiga kata yang ia impikan namun tak berani ia harapkan secepat ini. Jantungnya berdebar begitu kencang hingga ia takut Akbar bisa mendengarnya.

"Aku mengerti kalau kamu..."

"Aku juga," potong Erencya cepat, suaranya sedikit bergetar. Air mata mulai menggenang di sudut matanya. "Aku juga sayang kamu, Kak Akbar."

Sebuah senyum lega dan bahagia yang luar biasa merekah di wajah Akbar. Mereka berdua terdiam selama beberapa saat, hanya saling menatap melalui layar, membiarkan pengakuan itu meresap. Perasaan itu begitu besar, begitu nyata, hingga keberadaan layar di antara mereka terasa menyiksa.

"Kalau begitu," kata Akbar akhirnya, suaranya dipenuhi oleh emosi yang baru. "Aku harus bertemu denganmu. Aku tidak tahan lagi. Aku harus melihatmu secara langsung, bukan hanya dari layar."

"Aku juga mau," sahut Erencya tanpa ragu. "Aku mau banget ketemu Kakak."

Dan malam itu, percakapan mereka berubah dari romansa yang mengawang menjadi sebuah perencanaan yang membumi. Kapan? Di mana? Bagaimana? Pertanyaan-pertanyaan logistik yang tadinya tidak pernah mereka pikirkan, kini menjadi fokus utama.

"Liburan semester," usul Erencya. "Bulan Desember nanti. Aku libur hampir tiga minggu."

"Desember," ulang Akbar, otaknya langsung berputar. Itu memberinya waktu hampir dua setengah bulan. "Ide bagus. Aku akan datang ke Jambi."

"Kakak serius?" mata Erencya berbinar tak percaya.

"Aku tidak pernah seserius ini dalam hidupku," jawab Akbar.

Setelah panggilan itu berakhir dengan perasaan ekstatis, Akbar langsung dihadapkan pada kenyataan. Ia membuka laptopnya, bukan untuk mengerjakan skripsi, melainkan untuk membuka situs web maskapai penerbangan. Matanya menelusuri harga tiket pesawat Padang-Jambi di bulan Desember. Angka yang muncul di layar membuatnya menelan ludah. Harganya hampir setara dengan biaya SPP kuliahnya untuk satu semester. Itu belum termasuk biaya penginapan, makan, dan transportasi selama di sana.

Perasaan bahagianya sedikit tergerus oleh kecemasan. Dari mana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu dua bulan? Ia menatap sekeliling kamarnya yang sederhana, lalu teringat pada warung ibunya. Ia tidak mungkin meminta pada ibunya, beban ibunya sudah terlalu berat. Ini adalah perjuangannya sendiri. Malam itu, ia membuat sebuah resolusi. Ia akan bekerja lebih keras. Ia akan mengambil jam kerja tambahan di sebuah kafe tempat ia biasa bekerja paruh waktu, mengurangi waktu tidurnya, dan menabung setiap rupiah yang ia bisa. Pertemuan dengan Erencya bukan lagi sekadar keinginan, melainkan sebuah tujuan yang harus ia capai.

Di Jambi, tantangan Erencya berbeda bentuk. Masalahnya bukan uang, melainkan logika dan izin. Bagaimana cara menjelaskan kepada orang tuanya bahwa seorang teman pria yang ia kenal dari internet akan datang dari Padang untuk menemuinya? Itu mustahil. Papanya mungkin berpikiran modern, tapi tidak sebodoh itu. Pertemuan ini harus menjadi rahasia.

Keesokan harinya di sekolah, Erencya tidak tahan lagi. Ia menarik Lusi ke sudut taman sekolah yang sepi.

"Lus, aku harus cerita sesuatu sama kamu. Tapi kamu janji nggak akan bilang siapa-siapa," kata Erencya dengan wajah serius.

"Iya, iya, janji! Soal si 'pacar online misterius' itu, kan?" tebak Lusi dengan antusias.

Erencya mengangguk, lalu ia pun menceritakan semuanya. Tentang Akbar, mahasiswa sejarah dari Padang. Tentang obrolan mereka, panggilan video, paket rendang, hingga pengakuan cinta mereka semalam. Dan puncaknya, tentang rencana pertemuan mereka di bulan Desember.

Lusi mendengarkan dengan mulut sedikit ternganga. "Wow, Ren. Ini... ini kayak di novel-novel yang sering aku baca. Gila."

"Menurutmu aku gila, ya?" tanya Erencya cemas.

"Sedikit," jawab Lusi jujur. "Tapi juga... romantis banget. Terus, gimana caranya dia datang ke sini? Orang tuamu tahu?"

"Justru itu masalahnya," kata Erencya. "Mereka nggak boleh tahu. Aku butuh bantuanmu, Lus. Mungkin nanti aku bisa bilang ke Mama Papa kalau aku mau menginap di rumahmu beberapa hari, atau kita pergi ke mal bareng. Padahal sebenarnya aku mau ketemu dia."

Lusi terdiam sejenak, wajahnya yang ceria berubah menjadi lebih serius. "Ren, ini berisiko banget. Kalau ketahuan, kamu bisa kena masalah besar."

"Aku tahu," desah Erencya. "Tapi aku harus ketemu dia, Lus. Perasaanku ke dia itu nyata. Kamu harus percaya padaku."

Melihat kesungguhan di mata sahabatnya, Lusi akhirnya luluh. "Oke. Oke, aku bantu. Tapi kamu harus super hati-hati. Dan aku harus ketemu sama si Akbar ini nanti. Aku harus memastikan dia orang baik."

Erencya memeluk sahabatnya erat. "Makasih, Lus! Kamu memang yang terbaik!"

Malamnya, saat Akbar dan Erencya kembali melakukan panggilan video, wajah mereka dipenuhi oleh semangat baru. Mereka telah melakukan 'pekerjaan rumah' masing-masing.

"Aku sudah hitung-hitung biayanya. Sepertinya aku bisa, Ren. Aku akan kerja keras untuk itu," kata Akbar dengan tatapan penuh determinasi.

"Aku juga sudah punya rencana. Nanti Lusi akan membantuku," balas Erencya, merasa sedikit bersalah karena harus berbohong, namun rasa antusiasnya jauh lebih besar.

Mereka menetapkan sebuah tanggal tentatif: minggu ketiga di bulan Desember. Tiketnya belum dibeli, izinnya belum didapat, dan kebohongannya belum dijalankan. Tapi di antara mereka, sebuah janji telah terpatri. Janji untuk bertemu, untuk mengubah avatar digital menjadi sosok nyata, untuk akhirnya bisa saling menatap tanpa terhalang oleh layar. Janji di bulan Desember itu kini menjadi mercusuar yang memandu setiap tindakan mereka, sebuah titik terang di masa depan yang mereka perjuangkan dengan cara mereka masing-masing.

1
👣Sandaria🦋
jadi akhirnya Akbar login atau logout, Kak?🤔
kisah perjuangan cinta yg mesti aku hargai sebagai pembaca, Kak. meski dari tengah sampai akhir aku merasa authornya kehilangan "sentuhan" pada ceritanya. mungkin gegara mengubah ending dengan bermanuver terlalu tajam😂
Sang_Imajinasi: udah ada kok cuma belum dirilis mungkin akhir bulan ini rilis novel roman dengan banyak bab maybe 500 bab
total 8 replies
👣Sandaria🦋
selalu aneh dengar ucapan hati-hati di jalan bagi orang yg naik pesawat. macam dia aja yg nerbangin pesawat. harusnya kan "tolong bilangin ke pilotnya hati-hati di udara, jangan ngebut!"🙄🤣
👣Sandaria🦋
baca bagian ini, Bang@𝒯ℳ ada begitu banyak "kekayaan" di dunia ini, tidak hanya melulu soal uang. mungkin disayangi aku yg imut ini salah satunya🤔😂
👣Sandaria🦋: aku barusan tamat baca ini novel, Bang. cari tempat mojok lain lah. atau berantem lagi di novel Om Tua😆
total 8 replies
👣Sandaria🦋
asiik bener nama timnya 👍😂
👣Sandaria🦋
aku dulu pernah naik ini di pasar malam, Kak. pas di atas ketinggian itu terjadi ciuman ke-29 ku. kalau gak salah ingat 🤔😂
👣Sandaria🦋
yg bertemu diam-diam selama seminggu itu di bulan Juni, Kak. yg terjadi di bulan Desember mah nerakaa😆
👣Sandaria🦋
kadang aku ragu Erencya ini di cerita aslinya beneran masih SMA, Kak? tua kali pemikirannya. minimal anak kuliahan tingkat akhir lah😆
👣Sandaria🦋
kok mereka belum menyinggung keimanan ya, Kak?🤔
👣Sandaria🦋
jadi udah di tahap "pulang" aja nih. enggak datang lagi? jauh kali lompatan si Akbar😆
👣Sandaria🦋
untung gak kayak adegan Armageddon😅
👣Sandaria🦋
mengapa Akbar gak jalur darat aja ke Jambi nya, Kak? mungkin biar kelihatan dramatis ya efeknya kek di pilem pilem?😆
👣Sandaria🦋
kayak kita nih Bang@𝒯ℳ cinta yg kuat itu tumbuh di tengah percakapan percakapan saling maki, saling bully dan saling merendahkan diri🤦 sampai-sampai mengalahkan romansa cinta Ucup dan Anny😂🤣
👣Sandaria🦋: aduh Abang. pengen terjun ke laut aja nih aku, biar digulung ombak sekalian☺️😂
jadi pengen nge tag Bang Salman, Bang Zen dan Bang Asta. kali aja mereka rela muntahh berjamaah, Bang🤣🤣
total 2 replies
👣Sandaria🦋
kalau Erencya juga membangun jembatan dari sisi seberang, pasti sebentar lagi jembatannya nyambung itu. entah kalau ada preman preman yg nyolong bata dan besinya🤦
👣Sandaria🦋
jangan terlalu terbuai gombalan kalian. karena "semua akan preeet pada waktunya" begitulah kata-kata warga net yg berpikir logis🤣
👣Sandaria🦋
aku tidak menyangka perkara membangun jembatan ini bisa membuatku melankolis begini, Kak😭😂
👣Sandaria🦋
sebegini beratnya perjuangan cinta, siapa yg akan berani membakar jembatannya? bahkan authornya saja tidak berani😭😂
Sang_Imajinasi: baca nya sambil play musik tanpa cinta, sama seamin tapi tak seiman kak
total 1 replies
👣Sandaria🦋
kalau guru sejarah ku seperti Akbar. mungkin aku masih ingat siapa nama guru sejarah ku dulu. lebih parahnya aku saja lupa ada pelajaran sejarah😆
👣Sandaria🦋
memang begitu gaya dosen penguji sejak zaman purba 😂
👣Sandaria🦋
ini bener lagi. kalau udah mendekati waktu eksekusi, jangan ngapa-ngapain lagi. tunggu aja dor nya😆
👣Sandaria🦋
memang betul ini, kadang mules😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!