NovelToon NovelToon
Whispers Of A Broken Heart

Whispers Of A Broken Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:615
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Kisah dewasa (mohon berhati-hati dalam membaca)

Rianti bekerja di perusahaan milik Bramantya, mantan suami adiknya. Menjelang pernikahannya dengan Prabu, ia mengalami tragedi ketika Bramantya yang mabuk dan memperkosanya. Saat Rianti terluka dan hendak melanjutkan hidup, ia justru dikhianati Prabu yang menikah dengan mantan kekasihnya. Di tengah kehancuran itu, Bramantya muncul dan menikahi Rianti, membuat sang adik marah besar. Pernikahan penuh luka dan rahasia pun tak terhindarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Bramantya menggenggam tangan istrinya yang sedang tidak sadarkan diri.

Dokter meminta Bramantya untuk tidak memaksakan Rianti.

"Dia bisa kehilangan ingatannya dan tidak kembali lagi." ucap dokter.

"Saya minta maaf, dok. Saya berjanji untuk tidak memaksanya lagi."

Dokter menganggukkan kepalanya dan meninggalkan ruang perawatan.

"Maafkan aku yang tidak bisa menjaga kamu, Ri." ucap Bramantya sambil mencium punggung tangan istrinya.

Bramantya menghapus air matanya dan naik ke atas tempat tidur sambil memeluk Rianti.

"Semoga kamu mimpi indah, sayang." ucap Bramantya yang kemudian memejamkan matanya.

Sementara itu di jalan raya dimana Linda berjalan dari tadi tanpa tahu arah.

Ia tidak berani pulang ke rumah Mama Dewi yang masih marah dengannya.

Disaat akan menyebrang, tiba-tiba ada sebuah mobil yang akan menabraknya.

CITTT!

"HEI!!”

Supir mobil itu membanting kemudi lalu menginjak rem sekuat tenaga.

Mobil berhenti hanya sejengkal dari tubuh Linda dan supir langsung turun dari mobilnya.

"Linda? Kenapa kamu disini? Apa yang kamu lakukan?" tanya sopir itu yang tak lain adalah Prabu.

Linda mendongakkan kepalanya dan meminta Prabu untuk menyelamatkannya.

"Menyelamatkan kamu? Maksud kamu apa, Lin?" tanya Prabu.

"Kak Rianti ada di rumah sakit dan Drama mau memasukkannya aku ke penjara." jawab Linda.

Linda berharap jika Prabu akan menolongnya dan memberikan tumpangan.

"APA? R-Rianti ada di rumah sakit? Ada apa sebenarnya, Lin?"

Linda hanya menggelengkan kepalanya lirih, seolah terlalu takut untuk menjelaskan lebih jauh.

Prabu menghela napas berat sambil mengacak rambutnya sendiri dengan frustasi.

“Kamu ini kenapa sih?! Selalu bikin masalah!” geram Prabu.

Ia jongkok di hadapan Linda yang terduduk lemas di trotoar.

“Linda, aku nggak punya waktu untuk dengar dramamu sekarang. Dimana rumah sakitnya?!” tanya Prabu tegas.

Linda menundukkan kepalanya lalu menyebutkan nama dan alamat rumah sakit tempat Rianti dirawat.

Tanpa berkata apapun lagi, Prabu langsung berdiri dan membuka pintu mobilnya.

“Kamu nggak mau aku antar?” tanya Linda dengan suara bergetar, berharap.

Prabu menatapnya dingin dari balik pintu mobil.

“Aku kesana untuk Rianti, bukan untuk kamu,” ucapnya datar.

Clek!

Pintu mobil ditutup, mesin kembali menyala dan mobil itu melaju kencang meninggalkan Linda yang sendirian di pinggir jalan.

"AARGGGHHH! Kenapa semuanya lebih sayang Kak Rianti?"

Linda berteriak dan menangis sesenggukan dan banyak orang yang melihatnya.

Mereka mengira kalau Linda orang yang tidak waras.

Sementara itu Prabu telah sampai di rumah sakit dimana Rianti di rawat disana.

"Suster, dimana ruang perawatan Rianti?" tanya Prabu.

Suster tidak bisa menunjukkan Ruang perawatan Rianti.

"Maaf, Pak. Tuan Bramantya melarang kami untuk memberitahukannya." jawab perawat.

Prabu memaksa perawat untuk menunjukkan dimana Rianti di rawat.

Perawat yang ketakutan memanggil petugas keamanan untuk mengusir Prabu.

Perawat itu segera menekan bel darurat yang terhubung ke pos keamanan rumah sakit.

Tak butuh waktu lama, dua orang petugas keamanan datang menghampiri.

“Pak, mohon tenang. Kami tidak bisa memberikan informasi pasien tanpa izin keluarga,” ujar salah satu petugas dengan suara tegas namun sopan.

Prabu mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras menahan emosi.

“Aku keluarganya! Aku tunangannya Rianti!” bentak Prabu.

Salah satu petugas langsung berdiri di depannya untuk menghalangi.

“Maaf, Pak. Nama yang tercatat sebagai suami adalah Tuan Bramantya. Jika Bapak bukan beliau, maka kami tidak bisa.."

BRAK!

Suara Prabu menghantam dinding dengan kepalan tangannya, membuat perawat terlonjak ketakutan.

“Aku nggak peduli sistem kalian! Aku mau lihat dia sekarang juga!!” teriaknya.

Petugas mulai kehilangan kesabaran.

“Maaf, Pak. Kalau Bapak tidak bekerja sama, kami terpaksa mengeluarkan Bapak dari area rumah sakit,” ucap petugas lainnya sambil menahan tubuh Prabu.

Prabu masih memaksa agar bisa masuk ke dalam ruang perawatan.

“BERHENTI!"

Prabu melihat Bramantya yang berjalan ke arahnya.

"Mau apa kamu kesini?" tanya Bramantya dengan wajah cemburu dan emosi.

"Bram, ijinkan aku untuk bertemu dengan Rianti. Aku mohon, Bram." jawab Prabu.

Bramantya menghela nafas panjang saat mendengar jawaban dari Prabu.

"Sampai kapanpun aku tidak aku tidak akan mengijinkan kamu bertemu dengan istriku." ucap Bramantya.

Bramantya meminta petugas keamanan untuk membawa keluar Prabu dari rumah sakit.

Prabu yang tidak terima langsung menyerang Bramantya.

Bramantya langsung menghajar Prabu yang tiba-tiba menyerangnya.

Bugh!

Bugh!

Suara kegaduhan terdengar sampai di ruang perawatan.

Rianti membuka matanya dan tidak melihat keberadaan Bramantya

Ia pun bangkit dari tempat tidurnya sambil membawa cairan infusnya.

Saat keluar dari ruang perawatan, ia melihat Prabu dan Bramantya sedang berkelahi.

"STOP!"

Mendengar suara Rianti, mereka berdua langsung menghentikannya.

Rianti berjalan menuju ke arah Prabu dan setelah itu ia memeluknya.

"Mas, aku rindu. Kapan kita menikah?"

Semua orang yang berada di lorong rumah sakit sontak terdiam, termasuk para petugas keamanan dan perawat yang menyaksikan langsung kejadian itu.

Prabu yang sempat terpaku, perlahan mengangkat tangannya dan memeluk balik Rianti dengan hati yang bergetar.

“Rianti, aku minta maaf. Aku..."

Namun belum sempat Prabu melanjutkan kata-katanya—

Ceklek!

Lengan Bramantya tiba-tiba menyambar tubuh Rianti dan menariknya dengan kasar hingga ia terlepas dari pelukan Prabu.

“HEI! Apa yang kamu lakukan?!” seru Rianti kaget.

Tanpa menjawab, Bramantya langsung mengangkat tubuh Rianti ke pundaknya seperti membawa karung tepung.

Bramantya mengabaikan infus yang masih terpasang di pergelangan tangan istrinya.

"BRAM! LEPASKAN AKU!!!" teriak Rianti sambil menghujani punggung Bram dengan pukulan.

Prabu berusaha mendekat, namun dua petugas keamanan menahannya.

“BRAMANTYA!!” teriak Prabu penuh amarah, namun tak berdaya.

Bram menoleh sekilas dengan tatapan membunuh.

“Sentuh dia sekali lagi, Prabu. Dan aku pastikan kamu akan masuk UGD juga.”

Tanpa memberi kesempatan siapa pun berbicara, Bram terus berjalan cepat menyusuri lorong, membawa Rianti yang masih meronta di pundaknya.

“AKU MAU BERTEMU PRABU! BUKAN KAMU!!”

“TERIAKLAH SESUKAMU, RI! Selama kamu masih jadi istriku, kamu nggak akan peluk laki-laki lain di depan mataku.”

Rianti terus berteriak sepanjang jalur parkiran rumah sakit, sementara para pengunjung hanya bisa menonton dengan wajah bingung.

Bram membuka pintu mobilnya, mendorong Rianti masuk, lalu mengikat sabuk pengaman dengan paksa agar ia tidak melarikan diri.

“AKU BENCI KAMU!”

“Benci lah aku sepuasmu, asal kamu tetap di sisiku,” balas Bram dengan suara berat.

Mobil itu langsung melaju kencang meninggalkan rumah sakit.

Di sepanjang perjalanan, Rianti meminta agar Bramantya melepaskannya.

"Ri! Diam! Kamu mau aku buang disini?"

Rianti langsung diam dan menggelengkan kepalanya.

Bramantya mempercepat laju mobilnya menuju ke apartemennya.

Beberapa puluh menit kemudian, mobil berhenti di basement apartemen pribadi Bramantya.

Rianti masih menatap keluar jendela dengan mata penuh amarah.

Bram membuka pintu, lalu kembali memanggul tubuh istrinya yang berusaha memberontak.

“AKU BISA JALAN SENDIRI!”

“ Aku nggak percaya sama kamu,” balas Bram dingin.

Ceklek!

Pintu apartemen terbuka, dan Bram membawa Rianti masuk ke dalam kamar apartemennya tanpa memberi kesempatan ia kabur.

Bram meletakkan Rianti di atas tempat tidur, lalu menatapnya dengan napas berat, matanya merah menahan cemburu.

“Mulai sekarang, kamu tidak akan keluar dari tempat ini, sampai kamu ingat kalau kamu istriku."

Bramantya melepaskan pakaiannya dan menarik pinggang istrinya

"Ayo, sekarang kita istirahat. Aku sangat mengantuk sekali."

Rianti hanya bisa diam saat Bramantya memeluknya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!