NovelToon NovelToon
Eternal Love

Eternal Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Angst
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Cinta itu manis, sampai kenyataan datang mengetuk.
‎Bagi Yuan, Reinan adalah rumah. Bagi Reinan, Yuan adalah alasan untuk tetap kuat. Tapi dunia tak pernah memberi mereka jalan lurus. Dari senyuman manis hingga air mata yang tertahan, keduanya terjebak dalam kisah yang tak pernah mereka rencanakan.

‎Apakah cinta cukup kuat untuk melawan semua takdir yang berusaha memisahkan mereka? Atau justru mereka harus belajar melepaskan?

‎Jika bertahan, apakah sepadan dengan luka yang harus mereka tanggung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10

...Eternal Love...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...🌻Happy Reading🌻...

‎Reinan baru saja keluar dari lift setelah lembur, wajahnya lelah. Baru hendak melangkah ke arah pintu keluar, sebuah suara menghentikannya.

‎"Reinan.... "

‎Reinan tersentak. Rui berdiri bersandar di dinding lobi dengan ekspresi misterius, lalu tanpa banyak bicara menarik lengan Reinan dengan paksa menuju basement.

‎"Rui... lepas! Lo apa-apaan sih?" Reinan berusaha melepaskan.

‎Sesampainya di basement yang sepi, Rui mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan sebuah foto.

‎📱 Foto itu jelas: Reinan dan Yuan berjalan berdampingan bersama agen properti, ekspresi mereka terlihat terlalu akrab.

‎Reinan terbelalak, suaranya bergetar

‎"...Lo ngikutin gue?"

‎Rui menyeringai.

...Lee Yunrui...

‎"Lo gak perlu tahu, kira-kira gimana reaksi orang-orang kalo tahu foto-foto ini ya....

‎gue kasih judul deh 'CEO Baekho Group ada main dengan karyawan magangnya' " ucap Rui mengejek.

‎"Rui, gak usah macem-macem . Mau lo apa?" tanya Reinan to the point.

‎"Mau gue? Gue mau dia ngejauh dari lo! Lo cuma boleh jadi milik gue!" bentak Rui penuh dengan amarah.

‎"Gila lo!"

‎"Lo mau nolak gue lagi? Ok gak masalah, jangan salahin gue kalo besok ini foto jadi hot news di kantor" ujar Rui melangkah pergi.

‎Reinan menggigit bibirnya, wajahnya pucat.

‎Ia tahu betul reputasi Yuan di kantor bersih, berwibawa. Jika foto itu jadi konsumsi publik, bisa merusak segalanya.

‎Reinan melunak.

‎"Rui, tolong jangan libatin dia. Gue harus apa supaya lo mau hapus foto itu?" Lirih reinan.

‎Rui melangkah kembali mendekat, menatap tajam.

‎"Sederhana. Pertama, lo ikut gue malem ini kita senang-senang di club, untuk selanjutnya kita fikirin nanti"

‎Reinan terdiam. Tenggorokannya tercekat. Antara marah, takut, dan bingung.

‎Reinan gemetar, hampir berbisik.

‎"...Kalau itu bisa bikin lo berhenti... baiklah."

‎Senyum tipis muncul di wajah Rui, puas dengan jawaban itu.

‎Rui memacu mobilnya menuju club bersama Reinan disampingnya.

‎Sesampainya di club Reinan dan Rui memesan table VIP beserta beberapa botol minuman.

‎"Lo temenin gue minum" perintah Rui sambil menyodorkan beberapa gelas minuman.

‎Dengan kesal Reinan meminum alkohol langsung dari botolnya.

‎"Good girl" rui tersenyum puas.

‎Rui mendekatkan jaraknya dengan Reinan mencoba merangkul Reinan.

‎"Coba kita dari dulu kaya gini Nan, gak usah ada si Yuan Yuan itu diantara kita gimana hm?" ucap Rui menyeringai.

‎Reinan berusaha menepis rangkulan Rui.

‎"Gak usah bawa-bawa Yuan, ada atau ngga nya dia, gue tetep gak mau sama lo"

‎"Gue mau ke toilet" saat reinan hendak bangkit dari kursi buru-buru Rui menahan lengannya Reinan

‎"Mau kemana lo? Gue tau taktik lo, jangan lo kira kali ini bisa kabur dari gue Reinan. Kalo lo mau ke toilet, gue ikut!". Tegas Rui sambil menarik lengan Reinan.

‎Saat Rui dan Reinan menuju toilet ia melewati kerumunan.

‎BRAK!

‎Mereka tak sengaja menabrak seseorang.

‎"Ah-maaf!" ucap orang yang ditabrak.

‎"Reinan? Sedang apa kamu disini?" lanjut Yuan.

‎Ternyata orang itu Yuan.

‎Mata Reinan membelalak, tubuhnya refleks menegang.

‎Yuan menghentikan langkahnya, menatap tajam tangan Rui yang masih menggenggam pergelangan Reinan.

‎Rui yang mengatahui orang itu Yuan, kemudian ia merangkul mesra Reinan.

‎"Kebetulan sekali kita bertemu Pak, Bapak bertanya kenapa Reinan bisa ada disini? Ya jelas karena kita sedang menghabiskan waktu bersama Pak" jawab Rui dengan nada yang mengejek.

‎Belum selesai Yuan berbicara, Rui berbalik sambil menarik reinan. Menjauh dari pandangan Yuan.

‎Reinan berusaha melepaskan tangannya, tapi genggaman Rui terlalu kuat. Dengan wajah tertunduk ia hanya bisa menurut, berjalan menuju toilet. Begitu pintu toilet tertutup, Reinan menahan napasnya. Tangannya gemetar saat merogoh saku celana dan meraih ponsel. Ia menatap layar sebentar, ragu, lalu buru-buru mengetik pesan.

‎Reinan --> Yuan

‎Sending live location 📍

‎Reinan bermaksud mengirimkan live location pada Yuan. Berharap Yuan bisa menemukan dirinya kalau sesuatu terjadi.

‎'Maafkan aku Yuan, pada akhirnya aku selalu melibatkanmu' lirih Reinan.

‎Sementara di luar, Rui bersandar di dinding dengan tangan terlipat. Sesekali ia melirik jam tangannya, tidak sabar menunggu Reinan keluar.

‎Di sisi lain, ponsel Yuan bergetar di tangannya tepat ketika ia baru saja kembali bersama Joseph. Begitu melihat notifikasi, matanya langsung membesar. Pesan singkat itu... dan lokasi yang terkirim.

‎Yuan membatin, rahangnya mengeras.

‎"Reinan..."

‎Ia langsung berdiri, kursinya hampir terbalik. Joseph menoleh heran.

‎"Lo kenapa? Ada masalah di kantor?"

‎Yuan menggeleng, "Jo ikut gue! Urgent!"

‎"Kemana?"

‎"Nanti gue jelasin dijalan". Yuan tidak menjawab panjang,.

‎Tanpa menunggu lagi, ia berjalan cepat menyusuri lorong, mengikuti titik merah di layar ponselnya yang terus bergerak... menuju toilet.

‎Yuan bergegas ke arah toilet, napasnya memburu. Namun saat pintu didorong terbuka, yang ia lihat hanya ruangan kosong. Beberapa wastafel memantulkan bayangan pucatnya sendiri.‎

Tidak ada Rui apalagi Reinan.

‎Ia menoleh cepat ke ponsel, titik merah di layar live location mulai bergerak... menjauh dari club.

‎Yuan dalam hati,panik.

‎"Tidak... mereka keluar."

‎Sementara itu, di luar gedung, Rui sudah menarik lengan Reinan.

‎"Ayo ikut gue. Jangan coba macam-macam, Nan. Foto-foto itu bisa tersebar kapan saja." ucap Rui dingin dan mendesak.

‎Reinan menggigit bibir, tubuhnya kaku. Ia hanya bisa pasrah ketika Rui membuka pintu mobil hitamnya dan mendorongnya masuk. Ponselnya masih tergenggam erat, layar tetap menyala dengan live location aktif , satu-satunya harapan kalau Yuan bisa mengejarnya.

‎Mobil itu melaju cepat menembus malam, meninggalkan lampu-lampu club yang kian jauh di belakang. Di kursi depan, Rui memasukkan alamat ke aplikasi navigasi.

‎Tujuan : Baverly Hotel

‎Reinan menoleh ke jendela, matanya berkaca-kaca. Dalam hati ia berdoa semogas Yuan menemukan dirinya sebelum semuanya terlambat.

‎Yuan dan Joseph berlari keluar club, matanya terus terpaku ke titik merah di layar ponselnya yang bergerak semakin jauh. Nafasnya berat, keningnya berkerut.

‎Kemudian mereka berdua segera masuk ke mobil Yuan. Mesin dinyalakan, Yuan melirik lagi ke ponsel titik merah sudah berhenti bergerak.

Lokasinya: Baverly Hotel

‎Joseph melirik layar ponsel itu, lalu menatap Yuan dengan wajah tegang.

‎"Yuan, untuk apa kita ke Hotel?"

‎"Lo inget gadis hoodie itu?"

‎Joseph mengangguk, "Lalu?"

‎"Tadi dia ada di club tapi bareng sama cowo yang obses sama dia, terus gue dapet pesan masuk dia ngirimin gue live location. Firasat gue gak baik makanya gue harus cepet-cepet sampe sana"

‎Yuan menginjak pedal gas lebih dalam, hatinya semakin cemas. Di dalam dadanya, satu suara terus berulang

‎"Tunggu saya,Reinan."

‎Malam itu, mobil Rui berhenti di depan sebuah hotel bisnis bintang empat.

‎Rui turun lebih dulu, lalu membuka pintu untuk Reinan dengan senyum tipis yang penuh maksud.

‎"Ayo turun."

‎Reinan menggenggam ponselnya erat di dalam saku, jantungnya berdetak sangat kencang. Dengan langkah berat, ia mengikuti Rui masuk ke lobi hotel.

‎Di meja resepsionis, Rui bicara cepat, seolah sudah menyiapkan semuanya.

‎Rui:

‎"Reservasi atas nama Lee Yunrui. Satu kamar."

‎Resepsionis menyerahkan kartu kamar, lalu Rui menarik pergelangan tangan Reinan, membawanya ke lift. Pintu lift menutup, dan di ruang sempit itu Rui bersandar santai, menatap Reinan dari samping.

‎"Dari dulu gue udah sabar banget, Nan. Lo selalu pura-pura nggak tahu perasaan gue. Tapi malam ini... lo nggak bisa lari lagi."

‎Reinan menunduk, bibirnya bergetar.

‎"Kenapa lo harus kayak gini, Rui? Kalau lo beneran suka... kenapa harus maksa?"

‎Rui hanya terkekeh dingin.

‎"Dulu lo selalu punya alasan buat nolak gue, sekarang ada si Yuan yang jadi penghalang. Tapi tenang aja, disini gakan ada yang bisa ganggu kita" goda Rui

‎Lift berbunyi ting dan pintu terbuka. Rui menggenggam tangan Reinan lebih erat, menyeretnya ke kamar yang ada di ujung koridor. Kartu ditempelkan, pintu terbuka.

‎Reinan menoleh sekali lagi ke belakang, seolah berharap ada seseorang yang tiba-tiba muncul. Tapi lorong itu kosong. Ia menelan ludah, lalu melangkah masuk sementara Rui menutup pintu dengan bunyi klik.

‎Beberapa menit kemudian, mobil Yuan berhenti mendadak di depan hotel. Yuan turun tergesa, langsung berlari ke lobi dengan Joseph menyusul di belakang.

‎Di meja resepsionis, Yuan menunjuk layar ponselnya.

‎"Tolong, lokasi ini cocok dengan hotel ini kan? Tadi ada yang check-in atas nama Lee Yunrui?!"

‎Resepsionis yang agak terkejut membuka komputer, lalu mengangguk gugup.

‎"Benar, Lee Yunrui baru saja check-in. Kamar lantai 12."

‎Tanpa menunggu lebih lama, Yuan langsung menuju lift. Joseph menahan lengannya sebentar.

‎"Yuan, lo mau apa kalau bener Rui ada sama Reinan di kamar itu?"

‎Yuan menoleh, matanya penuh api amarah sekaligus cemas.

‎"Apa pun yang Rui rencanain malam ini... nggak akan gue biarin terjadi."

‎Pintu lift menutup. Angka di layar digital naik, satu demi satu. Jantung Yuan berdegup kencang, sama cepatnya dengan waktu yang hampir habis.

‎Diam-diam Joseph menghubungi pihak berwajib, antisipasi kalau-kalau mereka berkelahi.

‎Di kamar hotel, Rui sudah menyiapkan dua botol minuman di meja. Ia menyodorkan salah satunya ke Reinan yang masih duduk kaku di ranjang.

‎Reinan menatap air mineral itu dengan wajah pucat, jantungnya berdegup kencang. Tangannya gemetar, tapi ia tidak menyentuhnya.

‎"Ini cuma air mineral Reinan. Lo takut gue racunin ?!"

‎"Lo liat ini semua masih di segel, curigaan banget sih"

‎"Gue ke toilet dulu, awas lo jangan coba-coba kabur! Atau... Mau temenin gue ke toilet?" goda Rui.

‎Reinan dengan cepat menggeleng.

‎'Botolnya bener-bener masih di segel, apa gue minum aja kali ya? Semoga gak apa-apa deh' gumam reinan sambil meminum air mineralnya.

‎Beberapa saat kemudian...

‎Reinan tiba-tiba merasa sangat mengantuk, sebelum ia menyadari bahwa Rui kembali memasukan sesuatu ke dalam air mineralnya

‎Matanya sudah tepejam sempurna.

‎Rui keluar dari toilet, lalu melihat reinan sudah terbaring di ranjang membuatnya tersenyum picik. Rui menyuntikkan beberapa ml obat tidur ke dalam air mineral yang diminum reinan. Itulah mengapa botolnya masih tersegel.

‎Rui mengambil ponselnya, lalu membuka beberapa kancing kemeja reinan. Kemudian ia memotret reinan yang sedang tertidur . Ide liciknya ini muncul agar reinan tidak dapat dekat-dekat dengan pria lain termasuk Yuan. Ia selalu berfikir bahwa reinan hanya untuknya. Rasa obsesi Rui pada reinan sudah sampai di tahap akan ku lakukan apapun asal reinan menjadi miliknya.

‎Rui membelai rambut reinan, saat Rui mulai mendekatkan wajahnya,

‎Tiba - Tiba

‎Ting Tong

‎Bel pintu berbunyi

‎Rui menghentikan gerakannya, wajahnya menegang.

‎"Siapa malam-malam begini..."

‎Ia berjalan ke arah pintu, mengintip dari lubang intip. Di luar terlihat seorang staf hotel membawa nampan, menunduk sopan.

‎Suara dari luar itu Yuan

‎"Room service,pesanan tambahan minuman."

‎Rui mengernyit.

‎"Aneh, gue gak pesan apa-apa."

‎Namun, sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, Yuan sudah melanjutkan dengan nada tenang.

‎"Ini Complimentary untuk tamu VIP Pak."

‎Begitu pintu kamar hotel dibuka, Yuan menerobos masuk bersama Joseph dan pihak berwajib. Pandangan Yuan langsung tertuju pada Reinan yang tergeletak di ranjang dalam keadaan tak sadarkan diri.

‎Amarahnya meledak seketika. Yuan melangkah cepat, menarik kerah kemeja Rui dengan kasar hingga tubuh Rui hampir terangkat. Tangannya terkepal, siap menghantam wajah lawannya.

‎"Berengsek... berani-beraninya lo menyentuh dia!" desis Yuan dengan rahang menegang.

‎Namun sebelum tinjunya melayang, Joseph buru-buru menahan lengannya.

‎"Yuan! Jangan! Biar petugas yang urus. Kalau lo pukul dia, posisi lo malah jadi rumit."

‎Nafas Yuan memburu, matanya masih menatap tajam penuh benci pada Rui. Polisi segera masuk, memborgol Rui yang hanya bisa menyeringai miring meski jelas ketakutan.

‎"Lee Yunrui, Anda ditahan atas dugaan penganiayaan dan percobaan tindak kekerasan. Ikut kami ke kantor polisi."

‎Rui memberontak, tapi pegangan aparat terlalu kuat. Sementara itu Yuan masih berdiri kaku, tangannya gemetar menahan amarah, hingga Joseph menepuk bahunya pelan.

‎"Fokus ke Reinan dulu, dia butuh lo."

‎Tatapan Yuan segera melunak, beralih ke arah Reinan yang lemah di atas ranjang. Ia melepaskan genggaman kerah Rui, lalu bergegas ke sisi Reinan tak lupa ia menutupi kemeja Reinan yang terbuka menggunakan jas yang ia pakai agar tidak terlihat oleh orang lain

‎Di rumah sakit, Yuan duduk gelisah di kursi tunggu dengan kedua telapak tangan saling menggenggam erat. Joseph ada di sampingnya, mencoba menenangkan.

‎Tak lama kemudian, seorang dokter keluar dari ruang pemeriksaan sambil membawa berkas hasil tes.

‎"Kim Reinan saat ini stabil," ucap dokter.

"Dari hasil tes darah, memang ada jejak obat tidur yang terdeteksi. Tapi dosisnya tidak tinggi, masih dalam kadar wajar. Jadi kondisinya hanya seperti orang yang tertidur lelap. Tidak ada kerusakan organ, tidak ada bahaya serius. Dia hanya perlu istirahat sampai tubuhnya membuang sisa obat itu."

‎Yuan langsung berdiri, napasnya lega bercampur emosi yang masih menekan.

‎"Jadi... dia akan baik-baik saja?" tanyanya dengan suara bergetar.

‎Dokter mengangguk sambil tersenyum tipis.

‎"Ya. Tunggu saja sampai ia bangun. Semuanya akan baik-baik saja."

‎Mendengar itu, Yuan akhirnya menghela napas panjang, seolah beban berat di dadanya sedikit terangkat. Ia melirik sekilas ke arah pintu ruang rawat, matanya penuh kelegaan bercampur rasa bersalah.

‎Joseph menepuk bahunya.

‎"Sekarang lo bisa tenang. Yang penting, dia selamat."

‎Yuan hanya mengangguk pelan, lalu melangkah masuk ke ruang rawat. Di sana ia mendapati Reinan berbaring tenang di ranjang, wajahnya terlihat damai seakan hanya tertidur biasa. Yuan menarik kursi mendekat, menggenggam tangan Reinan.

‎"Maafkan saya yang terlambat Reinan..." bisiknya lirih.

*****

‎Di ruang tunggu rumah sakit, seorang petugas kepolisian menghampiri Yuan dan Joseph. Ia membawa map berisi berkas awal penyelidikan.

‎Polisi

‎"Pak Yuan, Pak Joseph... kami ingin menyampaikan perkembangan awal. Untuk saat ini, tersangka Rui sudah kami tahan di kantor kepolisian. Sesuai hukum, ia bisa kami tahan hingga 48 jam. Namun, mengingat adanya bukti kuat ,hasil tes darah korban, foto-foto di ponselnya, serta keterangan saksi ,kami akan segera mengajukan surat perintah penahanan resmi ke pengadilan."

‎Joseph:

‎"Berarti Lee Yunrui tidak akan langsung bebas begitu saja, kan?"

‎Polisi:

‎"Betul. Jika pengadilan mengabulkan, ia bisa ditahan hingga 20 hari selama penyidikan berjalan. Setelah itu, kasus akan dilimpahkan ke kejaksaan untuk persidangan. Dengan bukti yang ada, kemungkinan besar ia akan tetap ditahan hingga persidangan selesai."

‎Yuan mengepalkan tangannya di pangkuan, suaranya berat menahan emosi.

‎"Pastikan dia tidak bisa mendekati Reinan lagi.

‎Saya tidak akan membiarkan dia lolos dari perbuatannya."

‎Polisi mengangguk mantap.

‎"Kami akan lakukan sesuai prosedur hukum. Jangan khawatir, Pak Yuan. Untuk sementara, fokuslah pada pemulihan korban."

‎Joseph menepuk bahu Yuan pelan, mencoba menenangkannya.

‎Suasana kamar rawat begitu tenang, hanya suara mesin monitor yang sesekali berbunyi. Yuan duduk di kursi samping ranjang, matanya merah karena semalaman tidak tidur. Joseph sudah tertidur di sofa dengan jaket menutupi wajahnya.

‎Tiba-tiba jari Reinan bergerak pelan, kelopak matanya bergetar sebelum akhirnya terbuka perlahan. Ia tampak bingung, menatap langit-langit putih lalu menoleh ke sekeliling.

‎"...Yuan... ?"

‎Ucap reinan dengan suara yang serak dan pelan.

‎Sekejap Yuan langsung tersentak, berdiri mendekat. Ia menggenggam tangan Reinan erat.

‎"Reinan... syukurlah kamu sadar." ucap yuan dengan nada lega.

‎Air mata Reinan mulai menggenang. Ia berusaha mengingat, lalu wajahnya menegang ketika bayangan kejadian semalam muncul.

‎"Rui... dia... dia hampir..."

‎Yuan buru-buru menyela, mengelus kepala Reinan lembut.

‎"Tenang. Dia sudah ditangani polisi. Kamu aman sekarang, Reinan, saya janji... nggak akan ada yang bisa nyakitin kamu lagi."

‎Reinan terisak, menutup wajahnya dengan tangan. Rasa takut bercampur lega membuat tubuhnya bergetar. Yuan tanpa ragu menariknya ke dalam pelukan, membiarkan Reinan menangis di dadanya.

‎Joseph yang baru terbangun ikut menoleh, tersenyum kecil melihat sahabatnya akhirnya bisa sedikit bernapas lega.

‎Reinan masih dalam pelukan Yuan, matanya basah. Setelah tangisnya agak mereda, Yuan perlahan menjauhkan diri, menatap dalam wajah pucat Reinan.

‎Yuan dengan tegas tapi suaranya bergetar.

‎"Reinan... kenapa kamu nggak langsung hubungin saya waktu Rui mulai ngancam? Kalau aja kamu bilang dari awal, semua ini nggak akan sejauh ini."

‎Reinan terdiam, menunduk. Jemarinya meremas selimut erat, berusaha menahan rasa bersalah yang makin menekan dadanya.

‎"Aku... aku pikir ini urusanku sama Rui. Bukan urusanmu, Yuan. Aku takut kalau foto-foto itu tersebar... reputasi kamu bisa hancur gara-gara aku. Aku nggak mau merusak hidupmu."

‎Yuan terdiam sejenak, hatinya perih mendengar kata-kata itu. Ia menghela napas dalam, lalu menggenggam kedua tangan Reinan erat.

‎"Dengarkan saya Reinan. Saya nggak peduli sama reputasi atau omongan orang lain. Yang penting itu kamu selamat. Kamu ngerti? Kalau ada hal kayak gini lagi... sekecil apapun... jangan pernah tanggung sendiri. Saya ada di sini, selalu buat kamu."

‎Mata Reinan membesar, hatinya terasa hangat sekaligus kacau. Ia menggigit bibir, lalu menatap Yuan dengan air mata yang kembali menggenang.

‎Dengan suara bergetar.

‎"...Kenapa kamu baik sama aku? ."

‎Yuan menatap balik, matanya penuh ketulusan. Ia mengangkat tangan, menyapu lembut air mata di pipi Reinan.

"Karena kamu berharga buat Saya Reinan. Lebih dari yang kamu kira."

1
Asya
Orng yg sdh terobsesi mmnk nggk bisa di sepelekan yah
Jemiiima__: ngeri memanggg
total 1 replies
Asya
Nggk usah khawatir lah rei sama yuan, dia biss ngelakuin apa aja, jdi biarin sih biang kerok itu berulah
Asya
Lah??
Xlyzy
rahasia perusahaan mknya di tutupin🤭
bluemoon
sumpah itu si Rui pengen aku sentil biji mata nya
Jemiiima__: sentil aja beb biar kapok ;(
total 1 replies
sjulerjn29
berharga gak tuh... meleleh deh hati reinan. tapi syukurlah rui di tangkep
Jemiiima__: akhirnya drama Rui selese ;(
total 2 replies
Aquarius97 🕊️
dia bukan suka tapi terobsesi
Jemiiima__: betuuul
total 1 replies
Aquarius97 🕊️
Jangan mau Reiiii
Aquarius97 🕊️
Lah kenapa dia sering muncul sihhhh...
Asya
Yahh ktmu lagi d tmpat yang sama
Asya
Nyapa doang😆
Asya
kedengeran aneh yahh di telinga mu reinan? 😆
Asya
banyak🤣
Asya
gugup nggk tuh🤭🤣
Afriyeni Official
untung Yuan cepat datang
Afriyeni Official
ngancem nih ngancemm
Afriyeni Official
ish,, si Rui ini ganjen amat kagak ada kapok kapoknya
Dasyah🤍
huaaa,sini bag adek didik jadi baik orang ganteng ngak boleh gitu
Jemiiima__: kasih paham Rui beb 😌
total 1 replies
Dasyah🤍
plis deh Thor, kenapa orang seganteng banget ini jadi orang jahat yang benar aja
Jemiiima__: ga tega sebetulnya tp gmn yaa wkwk next deh jd pu ruinya /Facepalm/
total 1 replies
Dasyah🤍
ni orang ganggu aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!