NovelToon NovelToon
Perbatasan Dunia : Hukum Pemburu

Perbatasan Dunia : Hukum Pemburu

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:932
Nilai: 5
Nama Author: FA Moghago

Langit di seluruh dunia kini hanyalah kanvas retakan. Malam tanpa bintang. Dua puluh tahun yang lalu, peradaban manusia berubah selamanya. Sebuah lubang dari retakan dimensi yang menganga seperti luka di angkasa, memuntahkan makhluk-makhluk dari mimpi buruk.

Mereka datang dari dunia lain, tanpa nama dan tanpa belas kasihan. Mereka menghancurkan gedung pencakar langit, meratakan jalan, dan menyebarkan kepanikan di mana-mana. Separuh populasi musnah, dan peradaban manusia berada di ambang kehancuran total.

Namun, di tengah-tengah keputusasaan itu, harapan muncul. Beberapa manusia, entah bagaimana, mulai bangkit dengan kekuatan luar biasa.Mereka menjadi Pemburu. Dengan kekuatan yang setara dewa, mereka berjuang, jatuh, dan bangkit kembali.

Namun, di balik layar, rumor mulai beredar. Retakan-retakan kecil yang seharusnya stabil mulai menunjukkan tanda-tanda kegelisahan. Seolah-olah mereka adalah mata-mata dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang sedang menunggu di sisi lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Tatapan dari Balik Retakan

Sementara itu, di rumahnya, Arka sedang membersihkan diri. Tiba-tiba, ia merasakan getaran kuat, seperti dentuman. Firasatnya tajam. Ia merasakan kengerian yang luar biasa, namun di saat yang sama, hasrat bertarungnya meningkat.

Di puncak Gunung Gede, keheningan yang menakutkan menyelimuti para Pemburu. Tiba-tiba, di dalam retakan dimensi yang gelap, muncul sebuah mata tunggal dengan bola mata berwarna biru. Tatapan mata itu menusuk, seolah menembus jiwa setiap orang yang ada di sana. Semua Pemburu, termasuk Gatot, Arini, dan Wisnu, terkejut. Mereka merasakan tekanan aura yang begitu kuat, membuat mereka terdiam dan ketakutan.

Tidak lama kemudian, retakan dimensi itu akhirnya tertutup. Namun, kengerian tidak hilang. Tubuh Gatot bergetar, dan ia menatap serius ke arah tempat retakan itu menghilang. Arini dan Wisnu juga merasakan hal yang sama.

"Apa... apa itu tadi?" tanya Wisnu, suaranya bergetar. "Mata itu... seakan menusuk dan menatap ke dalam jiwa."

Gatot, yang juga diliputi kebingungan, menjawab, "Yang pasti, itu bukan sesuatu yang baik. Sepertinya, apa yang akan terjadi ke depannya bisa lebih mengerikan dari kejadian 20 tahun yang lalu."

Arini terdiam, tubuhnya merinding. Meskipun ia seorang gadis bertalenta yang mencapai kualifikasi S di usia muda, tatapan mata itu membuatnya berkeringat dingin dan merasa takut. Tatapan dari balik retakan itu adalah sebuah peringatan, sebuah ancaman yang jauh lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan.

°°°

Matahari sudah terbenam, mewarnai langit dengan rona oranye. Arka mendapatkan pesan dari Rangga, mengundangnya ke rumah untuk merayakan kesembuhannya. Tanpa ragu, Arka memesan mobil daring dan bergegas berangkat.

Sesampainya di rumah Rangga, ia disambut dengan senyum lebar. "Arka! Akhirnya lo datang juga. Masuk, masuk!" ajak Rangga dengan riang.

Mereka berdua duduk di ruang tamu. Suasana akrab langsung terasa. Setelah mengobrol sebentar, Rangga mulai bertanya, "Jadi, lo beneran jadi Pemburu sekarang?"

"Iya, kualifikasi C," jawab Arka singkat.

"Gila! Gue nggak nyangka, loh!" Rangga terlihat sangat bersemangat. "Terus, gue denger-denger lo diundang langsung sama Organisasi Pandawara? Yang bener?!"

Arka mengangguk, mengeluarkan surat undangan dari sakunya. "Iya, ini suratnya."

Mata Rangga membulat. "Busyet! Gila! Lo beruntung banget, Ka! Lo tahu, nggak? Butuh perjuangan berat buat gue bisa masuk ke organisasi gue sekarang. Lo malah diundang langsung ke salah satu yang terbesar di Indonesia."

"Nggak tahu, Ngga. Gue juga masih bingung," balas Arka. "Rasanya aneh."

"Aneh apanya?" Rangga tertawa. "Ini kesempatan emas, men! Lo harus ambil! Jangan disia-siain. Kalau lo nggak mau, bercanda nih ya, lo ikut aja ke organisasi gue! Kita bisa bertarung bareng!"

Mereka berdua tertawa, melupakan sejenak beban yang ada di pundak masing-masing. Obrolan mereka terus berlanjut, dipenuhi canda tawa dan nostalgia masa sekolah. Bagi Arka, malam itu adalah pengingat bahwa di tengah kekacauan dunia, masih ada persahabatan yang bisa menjadi pegangan.

°°°

Di bawah sinar rembulan yang terang, di dalam sebuah gedung megah di pusat kota, suasana rapat terasa mencekam. Enam perwakilan organisasi Pemburu terbesar di Indonesia berkumpul. Keheningan menyelimuti ruangan, bahkan Harsa Baskara, Ketua Lembaga Pusat Pemburu, ikut membisu.

"Terus rahasiakan kejadian tatapan mata dari balik retakan dimensi itu," ucap Harsa, memecah keheningan. "Jangan sampai penduduk sipil tahu, agar tidak terjadi keributan."

Ia melanjutkan, "Saya akan melaporkan ini pada rapat perwakilan Lembaga Pusat Pemburu dunia yang akan diadakan sepuluh hari lagi di Amerika."

Harsa menarik napas dalam, wajahnya sangat serius. "Sepertinya gelombang kehancuran dunia kedua akan segera tiba."

Ia berdiri dari kursinya. "Perkuat seluruh pasukan Pemburu. Ajak organisasi-organisasi kecil untuk bergabung dengan keenam organisasi terbesar agar kita bisa lebih terorganisir. Kita harus bersiap, bersatu menghadapi ancaman yang tidak diketahui di masa depan."

Semua perwakilan di ruangan itu mengangguk, memahami beratnya tanggung jawab yang mereka emban. Kejadian di Gunung Gede adalah sebuah peringatan, dan mereka tahu bahwa kedamaian yang rapuh kini berada di ambang kehancuran.

°°°

Setelah lama mengobrol dan bercanda tawa, tawa Arka tiba-tiba terhenti. Ia kembali merasakan perasaan aneh itu, sensasi dingin yang familiar menjalar di tubuhnya. Arka tahu betul apa arti perasaan itu sekarang: sebuah retakan dimensi akan muncul, dan jaraknya tidak jauh dari posisinya.

Meskipun berat hati, Arka berpamitan kepada Rangga. "Ngga, maaf, gue harus pergi sekarang," ucapnya sambil bangkit.

"Yah, kenapa buru-buru, Ka? Menginap aja di sini," tawar Rangga, kecewa.

Arka menggelengkan kepala. "Nggak bisa, Ngga. Ada hal penting."

Tanpa menjelaskan lebih lanjut, Arka segera meninggalkan rumah Rangga. Ia berjalan cepat, mengikuti sensasi aneh yang menuntunnya. Ia tidak lagi bisa menghindari takdirnya, takdir seorang Pemburu yang kini terikat erat dengan setiap retakan yang muncul.

Arka tiba di sebuah area pergudangan yang ditinggalkan, jauh dari hiruk-pikuk kota. Suasananya mencekam, hanya diterangi oleh percikan listrik dari lampu yang korslet. Di sana, ia melihat serpihan retakan dimensi. Arka menunggu dengan sabar, dan tak lama kemudian, retakan itu membesar, seukuran pintu rumah. Namun, tidak ada satu pun monster yang keluar, dan retakan itu tidak membesar lagi.

"Kenapa?" gumam Arka, bingung.

Karena rasa penasaran yang begitu tinggi, Arka mengeluarkan ponselnya dan mencari informasi di situs resmi Pemburu, berharap menemukan penjelasan. Namun, ia tidak menemukan apa pun. Setiap retakan dimensi yang pernah tercatat selalu mengeluarkan monster. Arka terus menunggu hingga beberapa jam berlalu. Merasa bosan, ia mendekati retakan dimensi itu.

Saat ia mendekat, cahaya biru yang menyilaukan dari dalam retakan itu memancarkan perasaan aneh. Arka menelan ludah, gugup, lalu perlahan berjalan masuk ke dalam retakan. Dalam sekejap, cahaya menyelimutinya. Arka menutup mata, lalu membukanya perlahan.

Ia berdiri kaku, terpaku pada pemandangan di hadapannya. Dunia ini tidak masuk akal. Sebuah dunia dengan cahaya biru yang menyilaukan, hamparan daratan yang tumpang tindih, dan langit yang dipenuhi bintang-bintang. Arka tidak melihat monster atau makhluk hidup lain, hanya keheningan yang menakutkan. Ia merasa telah menyeberang ke dunia lain, dunia yang tidak berada di dimensi yang sama dengannya, atau bahkan sangat jauh dari Bumi.

Pertanyaan-pertanyaan muncul di benaknya: kenapa retakan dimensi bisa menghubungkan dua dunia yang begitu berbeda? Kenapa monster yang keluar dari retakan memiliki bentuk, warna, dan kekuatan yang beragam?

Dengan perlahan dan perasaan tertekan, Arka terus berjalan. Dunia yang ia pijak terasa seperti terbuat dari bongkahan kaca dan berlian. Namun, di sana, ia merasakan energi luar biasa memasuki tubuhnya, membuat tubuhnya terasa seperti sedang bernapas. Arka mencoba mencerna kejadian yang terjadi dihadapannya.

1
muhamad andri
Baru baca di noveltoon liat ini penasaran, bagus juga, biasa ada dimashwa korea alus kek gini.
jangan dikasih kendor thor😁🔥
Yusi Yustiani
Baru baca, kebanyakan tema pemburu sama monster dari alam lain itu latar tempatnya dari negara luar. ini keren authornya ngambil dari Indonesia. aplikasi pertarunganya juga enak dibaca, semangat Thor🔥🔥🔥
Yusi Yustiani
Next Thor dipercepat 👌
Nafa Nafila
Keren nih latarnya dari Indonesia.Tentang retakan dimensi sama pemburu monster, nama nama organisasi pemburu nya juga khas banget👏🔥
Nafa Nafila
Ditunggu updatenya Thor 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!