Di dunia ini manusia terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu fells, Aether, dan Halflings. Fells merupakan manusia biasa yang tidak memiliki kemampuan apapun, dan hanya menjalani hidup seperti manusia biasa Sedangkan Aether adalah manusia yang memiliki kemampuan pengendalian elemen, setiap orang hanya bisa mengendalikan 1 elemen. Namun ada spesies khusus di dalamnya yaitu dark dan light yaitu pengendali elemen kegelapan dan cahaya Halflings adalah manusia yang bisa merubah dirinya menjadi hewan Dan itulah penjelasan singkat tentang cerita ini selanjutnya akan dibahas didalam
Bagian 9
Kini pertandingan ke dua Arsen sudah ingin mulai.
Ia sudah berada di arena pertandingan dan berhadapan dengan lawan yang akan ia hadapi.
Kali ini lawannya seorang perempuan tahun kedua yang memakai kacamata.
Pandangan semua orang kini tertuju kepada pertandingan Arsen karena mereka sudah dikejutkan dengan pertandingan pertama Arsen kini mereka mengharapkan akan ada kejutan lainnya yang ia berikan.
Wasit pun memberi perintah untuk berjabat tangan. Dan kembali ke sudut mereka masing masing.
“Steady!! Fight!!”
Arsen langsung membuat duri es disekitarnya untuk menutupi dirinya sehingga ia tidak terlihat.
Asha yang merupakan lawannya sudah melihat kemampuan Arsen di pertandingan sebelumnya dan berspekulasi bahwa Arsen sedang menggandakan dirinya di dalam sana.
Ia mengeluarkan tembakan air jarak jauh dan menghancurkan es tersebut.
Dan sudah mengharapkan adanya serangan dari kloningannya. Namun ternyata ia tidak menemukan apapun di dalamnya.
Semua orang juga terkejut melihatnya karena benar benar tidak ada seorang pun dibalik es tersebut.
Dan tanpa Asha sadari adalah adanya air yang berjalan di bawahnya menuju ke arahnya dan air tersebut melompat dan berubah wujud menjadi Arsen dan menyerang dengan tembakan air yang sangat besar dan menembaknya keluar arena.
“Stop!! Pemenang Arsen!!” Dan semudah itu Arsen memenangkan pertandingan kedua nya.
Arsen memang tidak terlalu ingin mengeluarkan seluruh kemampuannya agar ia bisa melawan finalis nanti agar kemampuannya tidak terlalu ketebak.
Ia segera kembali menuju ruangan istirahatnya.
Diperjalanan ia membeli minum terlebih dahulu karena ia memang butuh air agar tidak dehidrasi. Karena elemen air memang membutuhkan tubuhnya untuk berkecukupan air karena itu bisa menjadi sumber kekuatannya nanti.
Ia berjalan menyusuri koridor dan bertemu dengan seseorang yang tidak pernah ia sangka akan ia temui.
Eve.
Ia kagum akan keagungan dan auranya yang membuat semua orang akan terdiam di hadapannya. Bahkan tanpa bergerak pun dan hanya menggunakan aura kodra yang dia punya Arsen sudah pasti kalah.
Ia membungkuk agar menunjukkan rasa hormat kepada sang permata dewa.
Karena memang seperti itulah yang semua orang lakukan ketika bertemu dengan permata dewa.
Ia pikir mungkin Eve hanya akan berjalan melewatinya namun ternyata ia salah karena Eve tidak melewatinya tapi berhenti di depannya.
“Kau Arsen kan?, aku melihat pertandinganmu dari awal. Kau memiliki teknik yang sangat hebat dan bisa memanfaatkan setiap kodra yang kau punya” ucap Eve.
Arsen pun menegakkan tubuhnya dan agak sedikit kikuk berada di hadapan seorang permata dewa.
“Eh— i- itu apa” Arsen kikuk.
Apalagi ini adalah permata dewa No.1 yang juga merupakan permata dewa terkuat.
“Oh iya kita belum berkenalan. Aku Eve” Eve mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Eve.
“Eh… euh anu….” Arsen yang masih terkejut agak ragu ragu untuk.
Eve menaikkan satu alisnya agak bingung dengan reaksi Arsen.
“A— itu tentu saja tak perlu perkenalan aku sudah mengenalimu nona Eve permata dewa No.1 elemen api.
Aku sudah membaca banyak buku yang mencakup dirimu dan dokumenternya. Kau menghentikan pasukan 6 dewa naga yang menyelundupkan para fells ke negara mereka sendirian.
Dan banyak lainnya. Sedangkan aku yang bukan siapa siapa bisa di ketahui olehmu saja itu merupaka sesuatu yang sangat berarti bagiku” jawab Arsen dan menjawab uluran tangan Eve.
Eve tersenyum hangat melihat Arsen menjabat tangannya.
“Tidak ada yang bukan siapa siapa Arsen. Kau adalah seseorang. Dan mungkin kau akan menjadi orang yang penting di masa depan”
Arsen pun menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal dengan senyum canggung.
“Tapi aku memang bukan siapa siapa. Aku hanyalah anak yatim piatu yang tak punya nama belakang yang kebetulan dibuang oleh orang tua yang tidak menginginkanku.” Ungkap Arsen.
Terlihat ekspresi yang agak berbeda dari Eve yang bisa Arsen lihat.
Apakah Eve jijik sudah bersalaman dengannya?.
“Kau pasti punya nama belakang Arsen. Dan tidak mungkin orang tua tidak menginginkanmu.
Mereka pasti punya alasan yang kuat kenapa mereka menaruhmu di panti asuhan” jawab Eve.
Arsen hanya mengangguk angguk.
“Bagaimana kalau seperti ini.
Kalau kau berhasil memenangkan turnamen ini aku akan memberi taukan nama belakangku agar kau percaya bahwa semua orang pasti memiliki nama belakang.
Kau pasti juga akan segera mengetahui nama belakangmu” Tantang Eve kepada Arsen.
Arsen pun hanya tersenyum canggung karena seakan akan ia menuntut jawaban yang tidak tau pasti.
Kemudian ia tersadar akan sesuatu.
“Tapi nona….. aku tidak mengatakan padamu bahwa aku dibuang ke panti asuhan” ucap Arsen yang seketika membuat Eve membelalakkan matanya.
“Iyakah?. Eh…. Itu.. M- mungkin aku hanya berasumsi karena kau tadi bilang kalau kau adalah anak yatim
Jadinya aku berfikir bahwa kau dititipkan ke panti asuhan” jawab Eve dengan sedikit kagok.
“Yah… pokoknya intinya kau akan mendapatkan hadiah menjadi orang pertama dari kalangan luar pemerintahan yang mengetahui nama belakangku.
Itu merupakan salah satu privilege kan?” Ucap Eve.
Arsen pun hanya mengangguk ragu.
“Yasudahlah kalau begitu aku harus segera pergi ke arena. Jaga dirimu baik baik yah”
Eve mengulurkan tangannya mengelus kepala Arsen dan menatapnya dengan dalam sebelum ia berlalu meninggalkannya.
Yang membuat Arsen juga terkejut dan menyentuh kepalanya yang baru saja dielus oleh sang permata dewa.
Arsen berjalan dengan tatapan bingung dan penuh tanda tanya akan apa yang baru saja ia alami.
Sedangkan dari jauh ada seseorang yang melihat mereka sedari tadi dan juga mempertanyakan apa yang baru saja ia lihat.
Axel.
Ia melihat itu semua.
Dari cara Eve berbicara dengan Arsen sampai ke cara memandangnya itu bukan suatu perkataan dan pandangan yang biasa, karena ia melihat sesuatu yang lebih dari cara menatapnya.
Dari matanya tersirat suatu perasaan yang sangat helas bisa dilihat olehnya.
Yaitu seakan akan tatapan itu menyiratkan suatu kerinduan.
Entah apa yang Axel lihat itu benar atau itu hanya perasaanny saja.
Tapi setelah mendengar bahwa Arsen tidak menyebutkan panti asuhan namun Eve mengetahuinya itu pasti bukan suatu kebetulan.
Dan mungkin jawabannya akan terkuak ketika Arsen mendapatkan jawaban dari Eve tentang nama belakangnya.
Karena tidak mungkin Eve akan membocorkan nama yang dirahasiakan kepada Arsen kalau memang bukan adanya kepentingan.
Atau mungkin Eve sedang memberikan Arsen suatu kode yang akan Arsen buka disuatu saat.
/////////
Arsen kembali ke ruangan istirahatnya dan bertemu dengan Shaka dan Razen.
Mereka sudah ada agak lega setelah mereka berhasil melewati pertandingan kedua.
Mereka berdua lolos dengan agak kesusahan karena lawan mereka adalah anak tahun ketiga.
“Lawanmu tadi itu hanya anak kelas dua Arsen.
Padahal kau seharusnya selesai lebuh cepat dari kita namun kenapa kau datang paling terakhir” tanya Shaka.
“Terakhir?… Axel kan juga belum disini” Arsen pun bingung sendiri.
“Aku tadi hanya beli Air di vending machine dan bertemu seseorang dan berbincang sebentar” jelas Arsen.
“Oh. Axel sudah selesai paling pertama. Kalau kau dari vending machine berarti kau pasti bertemu dengannya”
Arsen pun tampak berpikir karena sedari tadi ia tidak bertemu dengan Axel selama ia berada di vending machine.
Apakah Axel segitunya sampai menghindarinya.
Atau jangan jangan ia hanya bersembunyi darinya.
Sudahlah lupakan saja.
“Tapi coba kalian tebak aku bertemu siapa” tantang Arsen kepada kedua teman sekelasnya.
“Siapa?” Tanya Shaka dengan sedikit kurang minat.
Sedangkan Razen yang sedang tiduran dengan menutup mata dengan lengannya hanya mengangkat tangannya sedikit dan menutupnya kembali.
“Aku berani bersumpah bahwa aku bertemu dan berbincang dengan nona Eve”
“HAAAAAAAAAHHHHHHH????!!!!!!”