NovelToon NovelToon
Godaan Kakak Ipar

Godaan Kakak Ipar

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Pembantu
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Bunda SB

Bagi Luna, Senja hanyalah adik tiri yang pantas disakiti.
Tapi di mata Samudra, Senja adalah cahaya yang tak bisa ia abaikan.
Lalu, siapa yang akan memenangkan hati sang suami? istri sahnya, atau adik tiri yang seharusnya ia benci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda SB, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 - Retak

Emosi Luna berapi-api. Ia sangat yakin dengan tuduhannya, jika suaminya pasti selingkuh dengan Senja.

"Kami tidak selingkuh," kata Samudra dengan nada yang tegas dan penuh wibawa. "Jangan sembarangan menuduh!"

Rahang Samudra mengeras. Wajahnya merah padam menahan emosi, mendengar segala tuduhan Luna yang hanya berdasarkan hal sepele. Meski pada kenyataannya ia dan Senja memang saling mencintai.

"Kalian tidak selingkuh?" Luna menatap mata Samudra dengan tatapan penuh kecurigaan. "Lalu kenapa kamu lebih membelanya daripada membela aku, istri kamu sendiri? Kenapa kamu lebih peduli sama dia daripada sama aku?"

"Karena kamu tidak pernah butuh pembelaan!" jawab Samudra dengan suara yang mulai lelah. "Kamu yang selalu menyakiti orang lain! Kamu yang selalu egois! Kapan terakhir kali kamu butuh dilindungi, Luna? Yang ada kamu selalu jadi pelakunya!"

Luna terdiam sejenak, tapi bukan karena sadar. Matanya justru semakin menyala-nyala karena merasa diserang balik oleh suaminya sendiri.

"Jadi ini salahku?" tanyanya dengan nada yang berbahaya. "Semuanya salahku? Kamu selingkuh juga salahku?"

"KITA TIDAK SELINGKUH!" bentak Samudra lagi. "Berapa kali harus aku bilang, aku dan Senja tidak selingkuh!"

Senja yang berdiri di antara pertengkaran sengit itu merasakan tubuhnya gemetar. Tangannya masih perih luar biasa, dan sekarang dia harus mendengar tuduhan-tuduhan yang membuatnya semakin merasa bersalah.

"Mas," bisik Senja dengan suara yang bergetar, "aku masuk dulu ya. Tanganku sakit sekali."

Samudra langsung mengalihkan perhatiannya dari Luna ke Senja. Wajah gadis itu pucat dan terlihat sangat kesakitan. Rasa marahnya pada Luna semakin menjadi melihat kondisi Senja.

"Iya, kamu masuk dulu," kata Samudra dengan nada yang lembut, sangat kontras dengan nada keras yang ditujukan pada Luna. "Jangan lakukan apa-apa sampai lukamu sembuh. Biar Bi Ipah yang bantu kalau kamu butuh sesuatu."

"Baik, Mas," jawab Senja sambil berjalan perlahan ke arah pintu rumah.

"Eh, tunggu!" teriak Luna sambil menghalangi jalan Senja. "Siapa yang ngasih ijin kamu istirahat? Kamu kan pembantuku! Masih banyak kerjaan yang harus diselesain!"

"Luna!" bentak Samudra sambil menarik bahu istrinya. "Dia sedang terluka! Kamu mau dia infeksi?"

"Luka segitu doang tidak akan..."

"CUKUP!" suara Samudra menggelegar lagi. Kali ini wibawanya sebagai kepala keluarga benar-benar keluar. "Senja, kamu istirahat. Itu perintah. Dan Luna, kalau kamu tidak setuju, kamu bisa keluar dari rumah ini!"

Ancaman itu membuat Luna terdiam. Matanya membelalak tidak percaya bahwa suaminya bisa berkata sekasar itu padanya. Selama hampir tiga tahun menikah, Samudra tidak pernah mengancam akan mengusirnya dari rumah.

"Kamu... kamu serius?" bisik Luna dengan suara yang bergetar.

"Sangat serius," jawab Samudra dengan mata yang dingin. "Aku sudah muak dengan sikap kamu yang selalu menyiksa orang lain. Kalau kamu tidak bisa bersikap manusiawi, lebih baik kamu pergi."

Luna menatap wajah Samudra yang sangat serius itu. Tidak ada cinta lagi di mata suaminya. Yang ada hanya kekecewaan yang mendalam dan kemarahan yang sudah menumpuk bertahun-tahun.

"Baiklah," bisik Luna dengan suara yang mulai serak. "Aku mengerti sekarang. Kamu memang sudah tidak cinta sama aku lagi."

Samudra tidak menjawab. Keheningan itu sendiri sudah menjadi jawaban yang sangat jelas.

Luna menatap Senja yang masih berdiri di dekat pintu dengan mata yang penuh kebencian. "Kamu puas sekarang? Sudah berhasil merebut suamiku?"

"Kak Luna," bisik Senja dengan suara yang bergetar, "aku tidak pernah..."

"Jangan munafik!" potong Luna. "Aku tahu kamu dari dulu naksir sama suamiku! Dan sekarang kamu berhasil memanfaatkan kelemahannya!"

"Luna, stop!" bentak Samudra. "Jangan salahkan Senja untuk masalah kita!"

"Oh, jadi kamu akuin kalau kita punya masalah?" tanya Luna dengan nada sinis.

"Tentu saja kita punya masalah!" jawab Samudra dengan suara yang lelah. "Sudah lama kita punya masalah, Luna. Kamu saja yang tidak mau mengakuinya."

Luna terdiam, hatinya sakit mendengar pengakuan itu. Tapi keangkuhannya tidak membiarkan dia menunjukkan kelemahan.

"Fine," katanya sambil mengangkat dagu dengan sombong. "Kalau memang begitu, aku akan tidur di kamar tamu malam ini. Aku tidak mau sekamar sama suami yang sudah tidak cinta lagi sama istrinya."

"Terserah kamu," jawab Samudra dengan nada yang acuh tak acuh.

Luna menatap Samudra dengan mata yang berkaca-kaca, tapi ketika tidak mendapat respon apapun, dia berbalik dan berjalan masuk ke rumah dengan langkah yang gontai.

Senja yang menyaksikan pertengkaran sengit itu merasa dadanya sesak. Dia merasa bersalah karena pertengkaran ini terjadi gara-gara dia. Dengan langkah yang pelan, dia menghampiri Samudra yang masih berdiri di tengah halaman dengan wajah yang lelah.

"Mas," bisiknya pelan, "maaf. Gara-gara aku jadi..."

"Ini bukan salahmu," potong Samudra sambil menatap mata Senja dengan lembut. "Masalah aku dan Luna sudah lama ada. Kamu hanya kebetulan jadi pemicunya."

"Tapi..."

"Sudahlah," kata Samudra sambil tersenyum tipis. "Kamu masuk dulu, istirahat. Jangan pikirkan yang tidak-tidak."

Senja mengangguk dan berjalan masuk ke rumah. Ketika melewati ruang tamu, dia bisa melihat Luna yang duduk di sofa sambil menangis dalam keheningan. Hati Senja terasa perih melihat kakak tirinya itu, tapi dia tidak berani menghampiri.

Dengan langkah yang berat, Senja menuju kamarnya yang berada di ujung koridor. Kamar kecil yang sederhana namun nyaman itu terasa seperti surga setelah hari yang penuh dengan drama.

Senja duduk di tepi tempat tidur sambil menatap tangan kanannya yang dibalut perban berdarah. Luka fisiknya memang sakit, tapi luka di hatinya jauh lebih perih. Pengakuan cinta Samudra di tepi danau tadi terasa seperti mimpi yang indah, tapi kenyataan yang harus dihadapi di rumah ini jauh lebih kompleks dan menyakitkan.

Sementara itu, Samudra masih berdiri di halaman sambil menatap langit malam yang bertaburan bintang. Hatinya bercamuk aduk, lega karena akhirnya bisa mengungkapkan perasaannya pada Senja, tapi juga berat karena harus menghadapi konsekuensi dari pernikahan yang sudah hancur.

Suara tangis Luna dari dalam rumah samar-samar terdengar, tapi Samudra tidak merasa terdorong untuk menghiburnya. Hatinya sudah mati rasa untuk wanita itu. Yang ada hanya kelelahan dan keinginan untuk mengakhiri semua kepalsuan yang sudah bertahun-tahun dipelihara.

Malam itu, tiga orang tidur dalam kamar yang berbeda untuk pertama kalinya dalam rumah besar itu. Luna di kamar tamu dengan mata bengkak karena menangis, Senja di kamarnya dengan tangan yang perih dan hati yang bergejolak, dan Samudra di kamar utama yang terasa dingin dan kosong tanpa kehadiran istri yang sudah tidak dicintainya lagi.

Ketiganya tahu bahwa setelah malam ini, tidak ada yang akan sama lagi. Retakan yang sudah muncul kini semakin lebar, dan tidak ada yang bisa menambalnya kembali.

1
Ariany Sudjana
semoga samudra lekas tahu bahwa Luna selama ini selingkuh dari samudra, dan selama ini hanya ingin harta samudra saja. dan setelah samudra tahu yang sebenarnya, jangan sampai senja yang jadi sasaran Luna, kasihan senja dan samudra, ga tega lihatnya selalu jadi sasaran kemarahan Luna , yang sudah ga waras
Ariany Sudjana
eh Luna udah gila yah, yang buat samudra jadi ilfil kan Luna juga, selama ini ga mau melayani samudra, bahkan suami sakit, Luna milih jalan-jalan ke Bali, sama selingkuhannya. yang urus samudra sampai sembuh ya senja sendiri. jadi jangan salahkan senja dong. ini samudra belum tahu istrinya selingkuh, kebayang kalau tahu, seperti apa reaksinya samudra
Ariany Sudjana
bagus samudra, jangan mau masuk dalam jebakan Luna, dia tidak mencintaimu, hanya ingin harta saja, dan sekarang dia butuh 500 JT itu. dan di hati Luna hanya ada Arjuna , pasangan selingkuhnya
Ariany Sudjana
Luna juga kan selingkuh, jadi maling jangan teriak maling dong
Ariany Sudjana
saya sih ga salahkan senja atau samudra yah, kalau Luna bisa menghormati samudra selaku suami, mungkin ga akan terjadi. tapi Luna juga malah selingkuh, belum tahu saja Luna, kalau dia juga hanya dimanfaatkan saja sama selingkuhannya
Ariany Sudjana
di rumah ada cctv kan? coba samudra lihat kelakuan Luna terhadap senja, kalau Luna pas di rumah
Ariany Sudjana
semoga saja Dewi bisa menemukan dengan siapa Luna di restoran itu, dasar Luna bodoh, belum sadar hanya dimanfaatkan sama Arjuna
Bunda SB: namanya juga cinta kak🤭
total 1 replies
Ariany Sudjana
samudra harusnya jujur sama mama kandungnya, jangan takut nanti irang tuanya akan membenci Luna. kan memang selama ini Luna yang ga mau punya anak? kalau memang nanti orang tuanya samudra jadi benci sama Luna, ya itu urusan Luna
Ariany Sudjana
semoga samudra bisa melindungi senja, karena Luna begitu jahat dan licik, dan kalau Luna tahu apa yang terjadi selama dia di Bali, pasti senja akan disiksa habis sama Luna
Ariany Sudjana
saya sih ga menyalahkan kalau sampai samudra dekat sama senja. lha punya istri, tapi istri ga pernah memperhatikan dan mengurus suami, apalagi pas suami lagi sakit. Luna malah sibuk dengan selingkuhannya.
Ariany Sudjana
apa Luna punya selingkuhan? sehingga begitu dingin sama samudra, suaminya sendiri.
Ariany Sudjana
di rumah ga ada cctv? sampai samudra begitu percaya sama Luna
Ariany Sudjana
samudra jangan percaya begitu saja sama Luna, senja sampai pingsan karena ulah Luna, si nenek lampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!