NovelToon NovelToon
Mermaid:Cinta Atau Balas Dendam

Mermaid:Cinta Atau Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Balas Dendam / Cinta Terlarang / Cinta Beda Dunia / Dunia Lain
Popularitas:594
Nilai: 5
Nama Author: Nadinachomilk

Nerina Oceana, seorang mermaid muda, ditugaskan oleh ibunya, sang ratu, untuk menyelidiki hilangnya beberapa mermaid di daratan. Misinya berubah rumit saat ia bertemu Ethan Blackwood, pria yang pernah ia selamatkan. Tanpa Nerina ketahui, Ethan menyimpan rahasia keluarga kelam yang terkait dengan dunia mermaid. Kini, Nerina dihadapkan pada pilihan sulit: mengikuti kata hati dan bersama Ethan, atau mengkhianati cintanya demi membalaskan dendam klannya?


Dukungannya teman teman dengan like dan komen ❤️❤️❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 Tuan Ravendra

Nerina menutup mulutnya sendiri, menahan isak tangis. Tubuhnya bergetar hebat. Ia ingin sekali keluar dari persembunyian, berteriak, menghentikan kekejaman itu. Tapi genggaman erat Alia menahannya.

"Bertahanlah, Ner kita nggak boleh ketahuan. Kalau tidak, nasib kita akan sama dengan mereka" bisik Alia lirih, matanya juga penuh ketakutan.

Di balik kaca yang berembun, mermaid ekor ungu itu menoleh lemah. Pandangannya jatuh tepat pada tempat persembunyian Alia dan Nerina. Seolah-olah ia tahu bahwa mereka ada di sana. Dan dengan sisa tenaga, ia kembali bertelepati.

"Putri jangan sampai tertangkap lindungi dirimu" kata Mermaid berkor ungu itu sebelum menutup kedua matanya.

"Heh tak,gila ku ya kalau diaa mati yang ada gaji kita ga cair"ucap Gondrong.

"Halah palingan cumaan pura pura mati"ucap Botak lalu menggunakan kayu mendorong dorong ekor mermaid itu.

"Gila lu,mati beneran"kata Gondrong syok.

"Anjir,gimana ini tuan Ravendra bakal marah besar"si botak ketakutan.

"Lo sih,kejam banget"ucap Gondrong sambil mengangkat tangannya karena tidak mau terlibat.

Tiba tiba dari arah tangga turun seorang pria paruh baya dengan gagahnya berjalan menghampiri gondrong dan botak.

"Ada apa?"terdengar suara tegas dari pria paruh baya.

"Ini tuan,tadi Botak ga sengaja nyetrum mermaid ini sampe meninggal"ucap gondrong bergetar.

Mendengar mermaidnya meninggal tuan Ravendra merasa marah lalu meminta botak untuk mendekat.

"Sini botak"ucap Ravendra dengan nada penuh kekejaman.

Tanpa aba aba plakkk!!! Pipi botak ditampar dengan keras oleh tuan Ravendra yang membuat botak memegangi pipinya.

"Sialan!aku memintamu untuk menjaga mermaid ini bukan menyiksanya"tegas Ravendra.

"Maaf....maaf kan kami tuan"ucap botak ketakutan.

"Kalian ini menjaga mermaid saja tidak becus"jelas Ravendra.

Tanpa menunggu jawaban, Ravendra mengangkat kakinya dan DUAKK! menendang perut Botak hingga tubuhnya terlempar menabrak kaca akuarium kosong di sisi ruangan. Suara benturan keras membuat Alia dan Nerina yang bersembunyi di balik meja refleks menutup mulut, menahan teriakan kaget.

"Arghhh!" Botak meringis kesakitan, darah merembes di sudut bibirnya.

Namun Ravendra tidak berhenti. Ia berjalan mendekat, menarik kerah baju Botak, lalu menghantamkan tinjunya berkali-kali ke wajah pria itu.

Bugh! Bugh! Plaakkk!

"Bodoh!" Ravendra menggeram, suaranya bergema di ruangan bawah tanah yang sunyi.

"Kau pikir aku memelihara mereka hanya untuk dijadikan mainanmu?Mermaid itu bernilai lebih dari harga nyawamu!" ucap Ravendra.

Botak terbatuk keras, wajahnya lebam, tetapi ia tak berani melawan.

"Maaf tuan saya tidak… tidak sengaja" suaranya bergetar, nyaris tak terdengar.

Di sisi lain, Gondrong berdiri kaku. Wajahnya pucat, matanya hanya mengikuti setiap gerakan Ravendra, tapi tak berani bergerak sedikit pun. Tangan besarnya mengepal di samping tubuh, tapi ia tahu kalau ia buka suara, nasibnya bisa sama atau bahkan lebih buruk dari Botak.

Setelah puas menghantam, Ravendra melepaskan kerah Botak hingga tubuh besar itu terhempas ke lantai. Ia menendang sekali lagi dengan kasar, lalu mendengus.

"Bawa mayat itu ke luar" ucap Ravendra dingin, matanya melirik tubuh mermaid ekor ungu yang kini terkulai kaku di dalam akuarium, matanya terbuka tanpa nyawa.

"Kubur di tempat biasa. Jangan sampai jejaknya ditemukan siapapun"tegas Ravendra.

Botak yang masih terengah-engah berusaha bangkit, sementara Gondrong langsung menyahut patuh.

"Baik, tuan"

Namun sebelum keduanya bergerak, Ravendra melirik tajam.

"Dan ingat. Jika kalian berdua berani mengulangi kebodohan seperti ini lagi aku sendiri yang akan menguliti kalian hidup-hidup"ancam Ravendra.

Aura mencekam itu membuat bulu kuduk Nerina meremang. Nerina menutup mulutnya semakin rapat agar isaknya tak terdengar. Alia pun menempelkan jari telunjuknya di bibir, memberi isyarat agar Nerina tetap diam.

"Keluar!" bentak Ravendra akhirnya.

Dengan tubuh gemetar, Gondrong segera menarik Botak yang pincang keluar dari ruang bawah tanah.Mereka berdua menggendong mayat mermaid itu. Suara langkah mereka perlahan menjauh menaiki tangga, meninggalkan Ravendra sendirian di sana.

"Anak buah sialan"gumam Ravendra lalu menyusuri aquarium miliknya itu.

Hingga sampailah ia ke salah satu aquarium yang berisi mermaid pria yang tak lain adalah mermaid penjaga istana.

"Lihat lah kau,bagaimana aku mengurung para mermaid"teriak Ravendra.

"Hahahah...kalian tidak bisa kemana mana dan hanya terkurung disini" ucap Ravendra sambil tertawa.

"Kau pikir aku akan diam saja kalau kaummu membunuh istriku"tatap Ravendra tajam ke mermaid penjaga itu.

"Jangan salah kan mermaid,kalau istrimu meninggal karena kelalaiannya sendiri"tegas Mermaid penjaga.

"Kalian yang di percaya istriku sebagai penolong dan penjaga laut nyatanya apa???kalian tidak bisa melindunginya" tegas Ravendra.

"Sama saja kalian para mermaid pembunuh" Ravendra menunjuk nunjuk semua mermaid disana.

"Mulai sekarang kalian akan ku binasakan"ancam Ravendra.

"Binasakan lah saja kalau kau bisa. Ratu tidak akan membiarkan kau bisa hidup"tegas Mermaid penjaga itu.

"Mana ratumu,aku ingin bertemu dan meminta dia menemukan jenazah istriku" tegas Ravendra.

Mermaid penjaga itu terdiam.

"MANAAA!!!" Ravendra memukul aquarium itu.

Nerina dan Alia menahan napas di balik meja, bibirnya hampir menyentuh kayu dingin mereka mendengar setiap kata Ravendra, namun yang paling membuat mereka terhenyak adalah ketika pria itu menatap tajam ke arah mermaid penjaga.

Ravendra melangkah mendekat, wajahnya dingin.

"Katakan pada Ratumu, katakan aku meminta keberadaan jasad istriku. Suruh dia datang kemari. Aku ingin tatap wajahnya" perintahnya dengan suara penuh kepahitan yang disamarkan menjadi amarah.

Di dalam aquarium, mermaid penjaga itu menatap Ravendra dengan mata yang teduh, kemudian suaranya atau bukan suaranya yang terdengar, melainkan gelombang telepati membelah keheningan ruangan. Nerina dan Alia mendengar pesan itu langsung di kepala mereka, jelas dan penuh kepedihan.

"Ratu tidak boleh datang. Jika dia datang, perang akan pecah. Ini jebakan" telepati penjaga itu menggema pelan di benak Nerina.

"Apa maksudnya?" balas Nerina dalam telepati lalu panik menyelinap di nada pikirannya.

"Dia menginginkan bukti. Tapi aku tidak bisa mengirim utusan mereka memaksa kami" jawab penjaga itu, suaranya sendu.

Alia membalas cepat lewat telepati juga, nadanya bergetar, "Kalau Ratu datang, bagaimana nasib kaum kita? Kita harus berhati-hati"

Penjaga itu menutup mata, bergumam di dalam pikirannya, "Katakan pada Ratu… katakan aku tidak tahu di mana jasad itu. Katakan pula agar dia tidak datang. Tetapi aku tidak berdaya di hadapan Ravendra"

Ravendra, yang masih berdiri di depan aquarium, menepuk kaca hingga gema kecil bergema. "Aku beri kau waktu. Suruh Ratu datang, atau aku akan tunjukkan pada dunia darat siapa sebenarnya kalian" Suaranya penuh ancaman lebih dingin daripada laut malam.

Di balik meja, Alia dan Nerina saling berpandangan kebingungan bercampur takut. Telepati penjaga itu menyusup lagi, kali ini seperti bisikan terakhir sebelum Ravendra berbalik pergi.

"Jika Ratu datang kemari ia mungkin akan dibunuh,tetapi Ratu tidak gampang dibunuh. Yang akan terbunuh adalah semua kaum manusia jangan sampai ratu datang,kalau ia datang. Saat itu perang antara darat dan laut bisa terjadi. Kita tidak boleh membiarkan itu" ucap Penjaga itu.

Nerina menelan ludah. Dalam pikirannya terdengar gema ucapan ibunya janji untuk melindungi klan. Matanya menyala, tekadnya menebal walau takut mendesak di rongga dadanya. Alia memeluk lengan Nerina pelan, lalu mereka bertelepati satu sama lain.

"Kita harus mencari bukti di sini. Di ruang kerja Ravendra soal mermaid dan kematian istrinya" Nerina bertelepati

"Kalau kita ketahuan?" gumam Alia dalam telepati.

"Lebih baik kita berusaha sebelum semua semakin memburuk" jawab Nerina tegas.

🧜‍♀️🧜‍♀️🧜‍♀️

MOHON DUKUNGANNYA JANGAN LUPA LIKE,KOMEN DAAN VOTE SEBANYAK BANYAKNYA TERIMAKASIHHH

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!