Shela... Seorang gadis yang terpaksa menikah dengan laki-laki yang belum ia kenal demi mendapatkan uang dari ibu laki-laki itu untuk biaya operasi adik satu satunya. Bagaimana kisah mereka selanjutnya, akahkah dia mendapatkan cinta Zevan yang sama sekali tidak mencintainya atau dia harus pergi dan mengakhiri pernikahannya dengan Zevan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azra_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Reyhan
"Nay!" serempak keduanya menoleh ke sumber suara.
"Pak Aldo!" Shela balik menyapa
"Lagi belanja?" tanya Aldo basa basi
"ehh....iya"
"Sama siapa?" Pura-pura Aldo bertanya, karena dia sudah mengira laki-laki disamping Shela ini pasti suaminya
"Sama su-suami" jawab Shela gugup. Bibirnya bergetar saat menyebut Zevan sebagai suaminya. Aldo memperhatikan kegugupan Shela. "Ini suami aku?" Shela melihat Zevan disampingnya yang dari tadi hanya bergeming. Aldo mengulurkan tangannya ingin bersalaman dengan Zevan. Zevan membalas uluran tangan Aldo.
"Zevan, suami Shela" Mencoba menjelaskan walaupun Shela sudah mengatakan pada Aldo kalau dia suaminya.
"Aldo, teman sekantor Shela, sekaligus teman saat kuliah". Jelas Aldo memperkenalkan dirinya bahwa dia sudah lama mengenal Shela.
Zevan hanya mengangguk, menarik kembali tangannya dan memasukkan kedalam saku celananya.
"Aku duluan ya Nay" pamit Aldo
"Ah..iya pak" Aldo pun berlalu meninggalkan mereka berdua.
"Aku sudah selesai, aku ke kasir dulu" Shela membawa keranjang belanjaannya hendak menuju kasir.
"Kenapa kamu gugup saat bertemu orang tadi?" langkahnya terhenti mendengar perkataan Zevan
"Tidak....aku tidak gugup, cuma kaget aja tiba-tiba ada yang menyapaku". Shela beralasan.
"Hmm... Sepertinya dia spesial dari panggilannya menyapa mu tadi. Nay?" Ucapan Zevan dengan senyum yang sulit di artikan.
"Tidak ada yang spesial, namaku Nayshela. Jadi bisa dipanggil Nay atau Shela terserah itu sama aja" dengan nada sedikit ketus.
"Tapi aku bisa melihat dari caranya menatapmu, sesama lelaki aku memahami itu". Jelas Zevan
"Kenapa kata-katamu seperti orang yang sedang cemburu?" Shela menatap Zevan sinis.
"Aku tidak cemburu" Zevan membuang muka saat mengatakannya. Dia yakin kalau dia tidak cemburu, tapi entah mengapa dia tidak suka dengan tatapan Aldo pada Shela.
"Kalau begitu berhentilah membicarakannya lagi". Shela melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kasir.
Zevan kehabisan kata-kata. Dia pun segera menyusul Shela yang sudah berada dikasir.
Dibalik rak supermarket, ada seseorang yang mendengar semua percakapan mereka. Ya... Aldo mendengar semuanya.
'Apa yang sebenarnya terjadi Nay? Aku perhatikan kalian seperti bukan sepasang suami istri' batin Aldo.
☘️☘️☘️
Seminggu berlalu, Shela dan Zevan sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Zevan selalu berangkat pagi dan pulang larut malam, hanya sesekali bertemu dengan Shela dipagi hari sebelum berangkat bekerja. Shela tidak terlalu peduli dengan situasi ini, yang terpenting dia masih bisa bekerja dan membiayai adik satu-satunya.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, Shela bersiap untuk pulang dan menghampiri meja Dinda.
"Kamu gak pulang?" tanya Shela
"Shel, kamu pulang duluan aja. Aku menyelesaikan laporan sedikit lagi"
"Oh ya udah deh, aku duluan ya Din"
"Oke" Dinda mengacungkan jempolnya.
Akhirnya Shela turun sendiri, karena Tiara tidak masuk bekerja hari ini.
Shela masuk ke dalam lift menuju lantai paling bawah, setelah keluar dari gedung perusahaan terlihat awan gelap menggumpal pertanda akan turun hujan. Shela yang awalnya hendak memesan ojek online akhirnya dia batalkan, dia akan beralih memesan taksi online tapi sebelum dia memesan, sebuah mobil berhenti didepannya. kaca mobil perlahan turun, Aldo duduk dibelakang kemudi.
"Nay, ayo aku antar pulang sebentar lagi hujan" tawar Aldo
"Gak usah pak! saya gak apa-apa, naik taksi online aja" tolak Shela
Tiba-tiba hujan turun.
"Ayo cepetan naik, nanti kamu basah" Aldo memaksa Shela. Akhirnya Shela naik ke mobil Aldo.
"Maaf jadi ngerepotin bapak"
"Jangan panggil aku bapak kalau kita sedang tidak di kantor. Dan aku tidak merasa direpotkan" perlahan Aldo menginjak pedal gas dan mobil bergerak menyusuri jalanan dibawah guyuran hujan. Sesaat tak ada percakapan, hanya terdengar suara deras hujan dari luar mobil.
"Nay, ada yang ingin aku bicarakan". Aldo memulai percakapan
"Bicaralah, aku akan mendengarkan" jawab Shela
"Ini tentang masa lalu kita"
"Apa ada yang perlu dibicarakan lagi, masa lalu kita sudah berlalu. Biarlah menjadi kenangan yang tak perlu untuk diingat lagi". Ucap Shela hampir emosi
"Aku baru mengetahui alasan yang membuatmu meninggalkanku Nay. Selama bertahun-tahun aku berusaha untuk menemui mu hanya untuk menanyakan alasan kepergianmu. Tapi akhirnya sekarang aku mengetahuinya". Aldo terdiam beberapa saat, sebelum melanjutkan ucapannya. "Maafkan Vira yang sudah melabrak mu diparkiran kampus".
"Aku sudah memaafkannya, lagi pula aku sudah tidak mengingatnya lagi". Jawab Shela
"Dia sepupuku, dia menyesal telah melakukan itu padamu" Aldo menjelaskan. Shela menoleh kearah Aldo untuk memastikan dia tidak salah mendengar kalau yang melabraknya ternyata sepupu Aldo. "Ibu ku yang menyuruhnya untuk berbuat jahat padamu. Beberapa hari yang lalu dia mengakui semuanya, dia menyesal telah menuruti perintah ibu ku"
"Berarti keputusanku untuk meninggalkanmu sudah tepat Al, Ibu kamu tidak menyukaiku". Kata-kata telak dari Shela
"Maafkan Ibuku"
"Aku memaafkannya"
"Seharusnya kamu mengatakan masalah itu padaku, sebelum meninggalkan aku Nay. Apa kamu tau, seberat apa aku menjalani hidup dalam kebingungan selama bertahun-tahun" Nada suara Aldo agak meninggi terbawa emosi.
"Sudahlah Al, semua sudah berlalu. Bukankah sekarang kita sudah tau semuanya" Shela mencoba menurunkan emosi Aldo.
"Jika aku mengetahui lebih awal mungkin aku masih bisa memperjuangkan perasaanku" Aldo tersenyum getir. "Berjanjilah untuk terus berbahagia Nay, agar aku tidak selalu menyalahkan diriku karena tidak bisa membahagiakan mu". Aldo mengelus pelan kepala Shela. Shela menganggukkan kepalanya, ada buliran bening mengalir di pipinya.
'Aku tidak tau apa aku bisa menepati janjiku, untuk terus bahagia' Bisik Shela dalam hati.
Mobil Aldo memasuki kawasan apartemen tempat tinggal Shela. Hujan sudah mulai reda, hanya tersisa rintik kecil.
"Aku baru sadar, kok kamu tau aku tinggal disini?" tatapan Shela meminta jawaban. Selama diperjalanan tadi Shela sama sekali tidak ingat untuk memberi tau Aldo alamat tempat tinggalnya.
"Maaf" satu kata yang keluar dari bibir Aldo
"Aku benar-benar gak nyangka kamu jadi penguntit ku selama ini" Shela menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Aku hanya memastikan kamu baik-baik aja".
"Terimakasih sudah memperhatikan ku, tidak perlu melakukannya lagi karena aku baik-baik aja"
"Maaf jika aku terlalu mengkhawatirkan mu".
Shela membuka pintu mobil segera turun dan menutupnya kembali. "Terimakasih sudah repot mengantarku pulang"
"Aku tidak repot, aku balik ya" Aldo melajukan mobilnya meninggalkan Shela.
Saat Shela hendak memasuki lift, tiba-tiba Zevan sudah berjalan mensejajarkan langkahnya dengan Shela. Shela terkejut melihat Zevan yang muncul secara tiba-tiba.
"Sepertinya kalian cukup akrab" Ucapnya sambil memencet tombol lift. Zevan segera masuk ke dalam lift diikuti dengan Shela.
"Kami sudah berteman sejak masih kuliah, dia hanya memberi tumpangan karena tadi hujan". Shela paham kemana arah pembicaraan Zevan.
"Apa dia mantan pacarmu?" Zevan mengucapkan sambil tertawa
"Bukan urusanmu" jawab Shela ketus
"Sepertinya tebakan ku benar" Zevan tersenyum penuh kemenangan.
Tak ada lagi percakapan hingga pintu lift terbuka.
Zevan membuka pintu apartemennya, disusul Shela dibelakangnya. Setelah menyimpan sepatu, Zevan merebahkan tubuhnya nya di sofa. Shela masih berdiri didepan pintu, ponselnya berdering segera merogoh dari dalam tas nya. 'Tumben bibi nelpon' segera menggeser tombol hijau.
"Halo bi"
"Shela, Tadi Reyhan tiba-tiba pingsan. Sekarang dia ada dirumah sakit". Suara bibi terdengar panik
"Apaaa?" Shela berteriak mendengar berita yang baru diterimanya. Zevan terlonjak kaget hingga mendudukkan tubuhnya mencari tau apa yang terjadi.
"Sekarang sedang ditangani dokter, kamu jangan terlalu panik. Semoga tidak terjadi apa-apa" ucap bibi menenangkan.
"Aku segera kesana bi" Shela mematikan panggilan.
"Ada apa?" tanya Zevan tak kalah panik melihat Shela yang menangis.
"Adikku masuk rumah sakit, aku harus kesana sekarang". Shela memegang handle pintu ingin segera pergi.
"Aku akan mengantarmu" Zevan menyambar kunci mobil diatas meja. Mereka berlari menuju lift untuk segera sampai diparkiran apartemen.
Diperjalanan Shela terus menangis, bayangan buruk berlarian di kepalanya. Terbayang kejadian buruk beberapa bulan yang lalu saat kecelakaan menimpa adiknya.
"Shela, tenangkan dirimu" Zevan berusaha menenangkan Shela.
"Aku takut terjadi hal buruk pada adikku".
"Semoga adikmu baik-baik aja"
.
.
.
.
Bersambung
mampir
thor