NovelToon NovelToon
Ajihan'S Silence

Ajihan'S Silence

Status: sedang berlangsung
Genre:Basket / Angst
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Affara

Jihan Alessa. Gadis ceria yang selalu mengejar cinta lelaki bernama Abintang Sagara.

Namun, ternyata perasaannya itu justru menambah luka di hidupnya. Hubungan yang seharusnya manis justru berakhir pahit. Mereka sama-sama memiliki luka, tetapi tanpa sadar mereka juga saling melukai karena itu.

"Suka lo itu bikin capek ya."

"Gue nggak pernah minta lo suka gue."

Rumah yang seharusnya tempat paling aman untuk singgah, justru menjadi tempat yang paling bahaya bagi Jihan. Dunia seakan mempermainkan hidupnya bagai badai menerjang sebuah pohon rapuh yang berharap tetap kokoh.

"Kamu adalah kesialan yang lahir!"

Itulah yang sering Jihan dengar.

Pada akhirnya aku pergi—Jihan Alessa

__________

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Affara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Daevas?

Iqbal sudah datang sembari membawakan makanan, menaruhnya di meja. "Apaan nih asyik banget obrolannya, masa gue nggak diajak." Iqbal duduk di kursinya.

"Kok lo pake dateng segala, sih! Ganggu tahu nggak!" Sahut Jihan.

"Dih, bilang aja lo keenakan berduaan sama temen gue. Harusnya lo itu berterima kasih sama gue, kalo gue nggak ada, mana mungkin Abintang mau berduaan sama lo!" Balasnya tak kalah sinis.

"Iya, deh. Makasihh mas Iqbal. Udah jadi kunci gue buat deket sama Abi!" Kata Jihan tidak ikhlas.

Iqbal tersenyum sombong. Ia melirik Abintang yang terdiam sembari memakan baksonya dengan tenang. "Bin, lo dicariin sama anak-anak Daevas. Kayaknya mereka mau masukin lo ke tim mereka, deh."

Jihan langsung berkeringat dingin mendengar nama Daevas. Abintang menyadari hal itu, tapi tetap diam. Daevas adalah tim basket di SMA Ganesa, sekolah mereka. Daevas telah memiliki segudang prestasi yang membanggakan sekolah, dan memenangkan banyak event pertandingan, dari yang tingkat antar sekolah hingga tingkat nasional. Bahkan, jika tim basket lain mendengar nama Daevas, mereka akan mengira kalah sebelum bertanding.

Dan hal yang membuat raut wajah Jihan berubah saat mendengar nama Daevas adalah karena Daevas selalu merundung Jihan, entah dalam bentuk candaan atau fisik. Dapat Abintang lihat dari jari-jari Jihan yang mengepal saat Iqbal membicarakan Daevas.

"Jadi gimana? Lo mau gabung nggak? Gue sebenarnya mau ikut, sih. Tapi gue udah ada eskul badminton," Kata Iqbal kecewa. Kapan lagi dia bisa gabung tim sekeren Daevas.

Abintang sebenarnya tidak ingin membahas hal ini di depan Jihan. Meskipun dia tidak menyukai gadis ini, tapi dia masih memiliki hati. Namun, di sisi lain, jika Jihan mendengar dia bergabung ke Daevas, pasti cewek ini tidak akan lagi berani mendekatinya.

"Gue udah gabung dari dua hari yang lalu."

Jihan tersentak, dia menatap Abintang tidak percaya. Sedangkan Iqbal justru tersenyum bangga. "Woisss gelo... Udah gabung aja ternyata. Tapi pantes, sih kalo elo gabung mereka. Secara, lo emang jago basket, tapi nggak pernah ikut eskul dan malah main sama bapak-bapak komplek." Iqbal tertawa mengingat Abintang sering bermain basket dengan bapak-bapak.

Jangan salah, meski bapak-bapak, kebanyakan dari mereka adalah pelatih basket. Jadi nggak heran kalo Abintang bisa jago, orang tiap hari main sama pelatih langsung.

"Nanti sore lo di suruh ke lapangan kayaknya, sorry nggak bisa nemenin soalnya gue ada latihan badminton."

Abintang mengangguk. "Santai aja."

Namun tiba-tiba, Jihan beranjak berdiri dari duduknya. "Gue mau ke toilet dulu, byee." Ia langsung berbalik pergi meninggalkan kantin.

"Kenapa tuh anak?" Tanya Iqbal bingung menatap punggung Jihan yang menjauh.

"Biarin aja." Abintang sudah tidak peduli lagi dengan gadis itu, baguslah jika Jihan mulai terganggu dengan kabar dia bergabung Daevas. Dengan begitu, Jihan tidak akan berani menganggunya lagi karena takut bertemu Daevas.

Kembali ke Jihan, gadis itu menoleh ke belakang, berharap Abintang mengejarnya untuk memberikan sedikit penjelasan. Tapi nihil. Tidak ada siapa-siapa di belakangnya. Hanya kekosongan, yang menamparnya ke sebuah kenyataan pahit.

Nggak pa-pa Jihan, itu hak Abi mau ikut Daevas. Seharusnya kamu dukung dia.

 Yahh, aku nggak boleh nyerah!

Semangat Jihan!

***

Langit tampak sudah tidak secerah siang, sinar matahari pun menghangat. Para murid Sma Ganesa sudah banyak yang meninggalkan area sekolah. Seorang lelaki tampan dan berseragam rapi, tengah berjalan santai menuju sekumpulan anak laki-laki yang berada di lapangan basket.

Menyadari kedatangan Abintang, salah satu dari mereka pun menyambut. "Yo, baru dateng lo, Bin?" Sapa Kevin, ketua tim basket Daevas.

"Sorry, soalnya gue ada urusan sebentar tadi," Balas Abintang meminta maaf.

"Santai aja. Lagian kita juga baru mulai kok. Btw, selamat gabung tim kita. Gue percaya sama kemampuan lo buat gantiin posisi Aksa." Kevin menjulurkan kepalan tangannya memberi tos. Abintang pun membalasnya tanpa ragu.

Yah. Tujuan Kevin gencar ingin mendapatkan Abintang adalah karena salah satu anggotanya Aksa, sedang ada masalah cedera serius paska pertandingan lalu.

"Weiss lo pinter banget bisa dapetin si Bintang, Vin," Celetuk Brian, salah satu tim inti Daevas. Dia tipe lelaki yang mudah akrab dengan orang baru.

"Ikan hiu makan lele! Nguweri le!" Seru Avan tiba-tiba. Memang manusia tidak jelas.

Aksa menoyor kepala Avan geram, "So asik lo kribo!" Hardiknya pedas pada kembarannya itu. Ya, mereka adalah saudara kembar, namun sifat mereka bertolak belakang. Wajah mereka sangat mirip, namun mereka mempunyai cara supaya orang mudah membedakan, dengan memiliki potongan rambut yang berbeda.

Hanya satu lelaki saja yang pendiam diantara mereka, yaitu Reksa. Lelaki itu sudah bermain basket sendiri karena malas bergabung dengan pembicaraan tidak bermutu teman-temannya. Menjadi waras sendiri itu memang melelahkan.

"Duh bro, kenalan dulu sama kita. Moga aja betah ya, soalnya kita emang rada-rada, maklumin aja," Kata Aksa sedikit menjauh dari Avan.

Abintang tidak mempermasalahkan itu, lagi pula dia juga sudah terbiasa dengan kelakuan Iqbal yang lebih parah. "Santai aja."

Kevin melemparkan bola basket pada Abintang dengan kasar, ia mencoba menguji mental lelaki itu. Apakah dia pantas bergabung atau tidak menjadi anggota Daevas. Abintang tentu menerimanya dengan santai, seolah lemparan Kevin tidak ada apa-apanya.

"Coba lawan gue, one by one." Kevin bersmrik membuat anggota Daevas merinding. Karena jarang sekali Kevin mengajak orang duel, apalagi dengan anggota baru.

Kevin juga dikenal tegas, kasar, dan bringas jika sudah berada di lapangan. Meski terkadang terlihat ramah, tapi Daevas tidak pernah berani macam-macam dengan Revan.

"Berani nggak lo?" Tantang Kevin sekali lagi pada Abintang. Semuanya memandang mereka tanpa berniat ikut campur, bahkan Reksa yang tadi berlatih sendiri di lapangan kini mulai menyingkir.

"Kalo menang, gue dapet apa?" Kata Abintang dingin.

Kevin tertawa keras. Suka nih yang begini. Kagak letoy, dan to the point. "Percaya diri banget bakal menang. Gue jadi ngerasa diremehin," Ucap Kevin terhibur dengan mental Abintang.

Tanpa basa-basi Abintang langsung mendribble bolanya, melewati Kevin dengan gerakan smooth tetapi cepat, hingga Kevin tertegun sejenak sebelum akhirnya suara pantulan bola menyadarkan Kevin dari lamunan. Ia melebarkan matanya ketika bola itu sudah berhasil masuk kedalam ring.

"Waitt?!!"

"Itu gerakan apa woi, cepet banget!?" Kata Aksa tidak sempat berkedip. Ada sedikit lega di hatinya, karena sepertinya Abintang adalah orang yang tepat untuk mengantikan posisinya.

Suara tepukan tangan terdengar jelas dari anggota Daevas. "GILA BRO! ITU SMOOTH BANGET GERAKANNYA, GUE SAMPE TERPANA WOI!!" Heboh Brian dengan ekspresi terkejut.

"KUKIRA KERTAS TERNYATA KERAS! KUKIRA CUPU TERNYATA SUHU!" Sahut Avan tak kalah heboh.

"Geloo, calon temen gue ini!"

Kevin langsung tersenyum kecil, tidak menyangka bisa bungkam dengan seorang anggota baru. "Nggak salah gue milih lo!" Dia menepuk pundak Abintang pelan.

"Thanks udah mau nerima gue," Balas Abintang tak kalah ramah.

Sore itu menjadi pertemuan yang cukup hangat antara Abintang dan juga anggota Daevas. Mereka akrab dengan begitu cepat. Abintang sendiri juga tidak menyangka bisa diterima baik oleh Daevas.

🌼🌼🌼

Matahari sudah mulai tenggelam, Abintang kini memutuskan untuk pulang setelah selesai berlatih basket. Saat ingin ke parkiran untuk mengambil motornya, matanya terpaku saat ada sosok gadis yang ia kenali sedang berdiri menyandar pada motornya. Abintang lagi-lagi membuang napas panjang, dia kira setelah gadis itu tahu jika dia bergabung Daevas Jihan akan mulai menghindarinya, ternyata dia salah besar.

"Ngapain lo di sini?" Tanya Abintang singkat.

Jihan menoleh terkejut, lalu bibirnya tersenyum. "Hehe, nungguin kamu. Mau pulang bareng. Boleh ya? Ya ya ya... Abintang, kan, baik, boleh ya...," Mohonnya.

"Nggak."

"Loh kok gitu, sih! Masa Abintang tega! Aku udah nungguin kamu berjam-jam loh, masa nggak mau nebengin. Pliss... Boleh ya!?"

"Enggak bisa Jihan." Tolak Abintang.

"Kenapa nggak bisa? Apa jangan-jangan Abintang mau boncengin cewek lain, ya! Ihh tega banget!" Katanya dramatis membuat Abintang jengah.

"Nggak usah gangguin gue lagi jihan."

Jihan sudah kebal terhadap perkataan lelaki itu. "Makannya jadi pacar aku, nanti nggak ganggu lagi kok!"

"Tapi gue nggak suka sama lo!" Abintang sudah frustasi, kapan Jihan mengerti jika Abintang tidak menyukainya.

" Ya, nggak pa-pa, kan ini aku juga lagi usaha dapetin hati kamu." Jihan tetap keras kepala.

"Lo tahu nggak, kalo cara lo kayak gini, bukannya dapet hati gue, gue malah risih sama lo, Jihan. Dengan lo ngejar-ngejar gue, sama aja lo udah jatuhin harga diri lo sendiri."

Jihan terdiam lama. Perkataan Abintang sangat menusuk hingga menyadarkan logikanya. Dia tahu dia salah, tapi perasaannya pada Abintang membuatnya buta. "Maafin aku." Dia menunduk sedih.

Abintang mengusap rambutnya kasar. "Ayo pulang." Katanya singkat.

"Nggak usah, Abi. Aku nanti pulang naik bus aja." Saat Jihan beranjak pergi tangannya dicekal oleh Abintang.

"Sama gue Jihan...," Suruhnya, kali ini nadanya melembut.

Wajah Jihan yang awalnya suram kini kembali ceria hanya karena Abintang mengajaknya pulang bersama. "Beneran?" Tanyanya memastikan.

"Hmm."

"AAAA MAKASIH, ABI GANTENG!!"

🌼🌼🌼🌼

Sabarrr prenn. Jihan emang Gila.

Heheheh!

Mau aku buat sad sihh tadi. Tapi jangan deh. Kasian anak orang 🤕

Dadah pren!👋💫

Jangan lupa like!! Kalo gak mau like Rubby panggilin botak Limbad!! Huhhh🤧

1
Forta Wahyuni
knapa bego x jd cewek, knapa stiap novel slalu merendahkan perempuan n krn cinta jadi bodoh dan tolol.
Gibran Cintaku
semangattt thorr/Smile/
Ruby: thank you prenn/Frown//Drool/
total 1 replies
Gibran Cintaku
The real cegil/Proud/
Ruby: Cegil premium itu prenn /Smile/
total 1 replies
Nika Trinawati
Temenan sama aku aja om😼
Ruby: jewer aja prenn😣
Gibran Cintaku: Arsen nih nyebelin juga ya/Speechless/
total 2 replies
Nika Trinawati
Pake nanya!!
Ruby: Hehe santai prenn 🤧
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!