Pengantin Pengganti
Nayla yang masih sibuk di depan laptopnya tiba-tiba mendengar suara ponselnya yang berdering dan ia mendapatkan kabar kalau harus segera pulang ke Indonesia dimana Anita akan menikah.
Kabar yang begitu mendadak membuat Nayla langsung menutup laptopnya dan ia juga segera mengajukan cuti.
Setelah mendapatkan ijin dari Tuan Maxim, Nayla langsung menghubungi Jati kekasihnya untuk menemaninya ke Bandara.
Jati mengatakan akan menunggunya di apartemen Nayla.
Nayla langsung melajukan mobilnya menuju ke apartemennya untuk menyiapkan pakaian yang akan ia bawa ke Indonesia.
Sesampainya di apartemen Nayla melihat Jati yang sudah menunggunya.
"Kenapa mendadak sekali? Apakah sebelumnya Tante Ida tidak mengabari kamu?" tanya Jati.
Nayla menggelengkan kepalanya karena ia tahu kalau dari dulu mereka tidak pernah menganggap Nayla
Jati membantu Nayla untuk memasukkan pakaiannya.
"Mandilah dulu biar terlihat segar,"
Nayla menganggukkan kepalanya dan segera ia masuk ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi Nayla dan Jati segera menuju ke bandara.
"Mas Jati, ayo ikut aku pulang ke Yogyakarta."
"Maafkan aku sayang, aku tidak bisa ikut ke Indonesia karena ada pekerjaan penting yang harus aku selesaikan." ujar Jati sambil fokus menyetir.
Nayla mengerucutkan bibirnya saat mendengar jawaban dari kekasihnya.
Tak membutuhkan waktu yang lama untuk mereka sampai di Bandara.
"Sayang, jaga diri kamu baik-baik ya. Sampai rumah langsung hubungi aku," ucap Jati yang merupakan kekasih Nayla.
"Iya Mas. Setelah sampai rumah aku pasti akan mengabari kamu,'
Sebelum masuk ke dalam pesawat , Jati memeluk tubuh Nayla sambil mencium bibirnya.
"I love you sayang,"
"I love you more,"
Nayla melambaikan tangannya saat ia akan masuk kedalam pesawat.
Andaikan saja Jati tidak ada pekerjaan penting pasti ia akan ikut degan Nayla ke Yogyakarta.
Tak berselang lama pesawat mulai lepas landas menuju ke Yogyakarta.
Nayla akhirnya tiba di Bandara Internasional Yogyakarta setelah perjalanan panjang selama 16 jam.
Ia menunggu adik Anita yang bernama Agil. Nayla merupakan anak dari teman Ayah Anita.
Ayah kandung Nayla mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat sehingga sebagai teman ayah kandung Nayla akhirnya Om Farhan yang merupakan ayah Anita yang mengurus Nayla.
"Sudah lama aku tidak menghirup udara Yogyakarta," gumam Nayla sambil menyeruput kopi hangatnya yang baru saja ia beli.
Nayla merasa gundah karena sudah setengah jam Agil tidak datang menjemputnya.
Tak berselang lama Nayla mendengar suara klakson mobil milik Agil.
Nayla menghampiri Agil dan akan memarahinya karena datang terlambat.
Tetapi Nayla dikejutkan dengan Agil yang sedang menangis sesenggukan.
"Kamu kenapa? Kamu menabrak seseorang?" tanya Nayla yang kebingungan melihat Agil menangis sesenggukan seperti itu.
Agil menggelengkan kepalanya dan ia meminta Nayla untuk segera masuk ke dalam mobil.
"Agil, ada apa? Jangan menakuti ku seperti itu,"
Agil segera melajukan mobilnya menuju ke rumah Anita.
Sesampainya di rumah Nayla melihat banyak orang yang menangis.
Agil mengajak Nayla untuk turun dari mobil dan segera ia membawa Nayla masuk ke dalam rumah.
Nayla melihat Anita yang berada di atas tempat dan sudah memakai kain kafan.
"A-apa ini? Apakah kalian ingin membuat lelucon?" tanya Nayla.
"Mbak Anita sudah meninggal dunia karena kecelakaan," jawab Agil.
Mendengar perkataan Agil, Nayla langsung berjalan dan membuka kain yang menutup jenazah Anita.
Nayla membelalakkan matanya saat melihat wajah Anita yang telah hancur.
Seketika tubuhnya langsung lemas dan akhirnya Nayla jatuh pingsan.
Agil langsung membopong tubuh Nayla dan membawanya ke kamar Anita.
Kedua orang tua Anita meminta agar segera memakamkan jenazah putrinya.
Agil tidak ikut ke pemakaman karena harus menjaga Nayla yang masih belum sadarkan diri.
Satu jam kemudian mereka baru saja sampai dari pemakaman Anita.
Kedua orang tua Anita masuk dan melihat Nayla masih belum sadarkan diri.
Tante Ida yang merupakan Ibu dari Anita dan Agil meminta Agil untuk mengambil teh hangat di dapur.
Tak berselang lama Nayla membuka matanya dan melihat Mama Ida ada di sampingnya.
"Tante dimana Anita? Aku ingin bertemu dengannya." ucap Nayla yang masuk belum menerima kalau Anita sudah meninggal dunia.
"Nayla, ikhlaskan Anita. Kasihan Anita kalau kamu belum mengikhlaskannya," ucap Tante Ida.
Agil masuk ke kamar dan memberikan teh hangat kepada Nayla.
"Diminum pelan-pelan Mbak,"
Nayla menganggukkan kepalanya sambil meminumnya
"Nayla, ada sesuatu yang ingin Tante bicarakan dengan kamu."
Agil langsung keluar dari kamar saat kedua orang tuanya ingin berbicara sesuatu dengan Nayla. Dan ia langsung menutup pintu kamar agar tidak ada orang yang melihat pembicaraan mereka.
"Ada apa Tante?" tanya Nayla.
Tante Ida mengatakan kalau sebelum Anita meninggal dunia.
Ia meminta Nayla untuk menikah dengan Rangga.
"M-menikah?"
"Iya Nayla, Tante mohon agar kamu mau menikah dengan Rangga," pinta Tante
Om Farhan juga memohon kepada Nayla untuk memenuhi permintaan terakhir Anita.
"T-tapi Tante, Om. Nayla sudah mempunyai kekasih," ucap Nayla yang tidak mungkin mengkhianati cinta Jati
Mereka berdua duduk bersimpuh di hadapan Nayla dan memohon agar Nayla mau menikah dengan Rangga.
Nayla langsung bangkit dari tempat tidurnya dan ia meminta mereka untuk bangkit.
"Om mohon sama kamu Nayla," ucap Om Farhan yang duduk bersimpuh di hadapan Nayla
Tante Ida mengatakan kalau akan melakukan BD jika Nayla tidak mau menikah dengan Rangga.
"Nayla tidak bisa menikah dengan Mas Rangga!" ucap Nayla.
Om Farhan yang kecewa langsung mengatakan kalau ia menyesal telah membesarkan dan menyekolahkan Nayla.
"Anggap saja kamu membayar hutang budi dengan kami," ucap Om Farhan.
Nayla tidak menyangka jika mereka bisa bicara seperti itu.
Dari kecil Nayla harus selalu mengalah dan menuruti apa yang mereka katakan.
Apalagi jika tentang Anita, Nayla harus selalu menjadi tameng jika terjadi sesuatu kepada Anita.
Nayla hanya diam dan tidak menjawab perkataan mereka.
"Kamu harus menikah dengan Rangga!"
Tante Ida langsung keluar dan memberitahukan kepada Rangga kalau Nayla bersedia untuk menikah dengannya.
Setelah itu ia memberikan kebaya agar dikenakan oleh Nayla
Sementara itu Rangga duduk termenung dan ia tidak menyangka jika Nayla mau menerima permintaan terakhir Anita.
"Kenapa dia tidak menolaknya? Bukankah dia sudah punya kekasih?" gumam Rangga yang mengira kalau Nayla akan menolak dan pergi dari rumah ini.
Rangga memandang foto mendiang calon istrinya dan ia tidak tahu kenapa Anita memintanya untuk menikah dengan Nayla.
Ia pun segera mengganti pakaiannya dengan setelan jas yang sudah disiapkan untuk pernikahan.
Beberapa menit kemudian Rangga keluar dan melihat Pak penghulu yang sudah tiba di rumah.
Nayla yang sudah mengenakan kebaya pengantin juga ikut keluar saat Om Farhan memanggilnya.
Rangga menatap wajah Nayla yang sedang berjalan kearahnya.
Pak penghulu meminta Rangga untuk menjabat tangannya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Nayla Pramesti binti almarhum Prayoga dengan mas kawin tersebut dibayar tunai,"
SAH!
Dengan sekali tarikan nafas Rangga bisa mengucap ijab Kabul.
Pak penghulu meminta Nayla untuk mencium tangan suaminya.
Kemudian Rangga menandatangani buku nikah mereka berdua.
Pak penghulu mendoakan semoga pernikahan mereka samawa.
Setelah acara selesai Rangga membawa Nayla ke rumahnya.
Nayla tidak menyangka jika Rangga akan membawanya ke rumahnya saat ini juga.
Ia hanya bisa diam dan tidak berani membantah jika suaminya akan mengajaknya ke rumah.
Agil tersenyum tipis saat Nayla yang pergi dengan Rangga yang saat ini menjadi suaminya.
Kemudian Rangga meminta Nayla untuk masuk kedalam mobil.
Segera Rangga melajukan mobilnya menuju ke rumahnya yang ada di Semarang.
Selama diperjalanan mereka berdua tidak saling bicara.
Nayla menatap ke arah jalan yang begitu ramai sambil memikirkan apa yang harus ia katakan kepada Jati
"Mas Jati pasti akan kecewa denganku," ucap Nayla dalam hati.
Nayla melirik ke arah Rangga yang sedang sibuk menyetir.
"M-mas, apakah kita bisa berhenti ke minimarket. Aku lapar," ucap Nayla.
"Nanti saja makan dirumah, jangan biasakan makan diluar,"
Rangga yang merupakan seorang dokter spesialis sangat menjaga pola makannya. Ia jarang sekali makan diluar.
Nayla langsung menghela nafasnya saat mendengar perkataan Rangga.
Ia pun memutuskan untuk tidur agar bisa melupakan perutnya yang sedang keroncongan.
Setelah tiga jam berlalu mereka telah sampai di rumah Rangga.
Rangga turun dari mobil tanpa mengajak Nayla yang masih berada di dalam mobil.
Nayla pun langsung turun dari mobil dan masuk kedalam rumah.
Ia melihat Rangga yang sedang berbicara dengan pelayan pribadinya.
Rangga meminta pelayan untuk mengantarkan Nayla ke kamar tamu.
"Aku mau ke kamar dulu, jika kamu lapar mintalah Bi Ina untuk memasak," Rangga masuk kedalam kamar tanpa menghiraukan Nayla istrinya.
Bi Ina mengantarkan Nayla ke kamarnya yang ada di lantai bawah.
"Nyonya mau makan apa?" tanya Bi Ina.
"Panggil saya Nayla saja, Bi. Saya mau makan mie instan saja kalau ada," jawab Nayla.
"I-iya Non Nayla," ucap Bi Ina yang tidak bisa memanggil nama Nayla dengan sebutan nama karena Nayla istri dari Rangga.
Bi Ina keluar dari kamar dan segera membuat mie instan untuk Nayla.
Nayla merebahkan tubuhnya sambil meneteskan air matanya.
Andaikan saja waktu bisa diputar ia pasti tidak akan mau pulang ke Indonesia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments