Jadi Pesepakbola Di Dimensi Lain

Karena Pieter sudah memberikan instruksi untuk menyerang, Irhaf semakin leluasa untuk menunjukkan kemampuannya.

Ia berlari kesana kemari untuk membuka celah pada pertahanan Syam.

Pada menit ke -35 Insana kembali mendapatkan peluang emas.

Insana membangun serangan dari Verbeek, Verbeek yang memegang bola dengan santai mengoper ke Marselo yang ada di tengah lapangan.

Kemudian Marselo dengan cepat mengoper bola ke Jansen di kiri lapangan yang posisinya lebih maju.

Jansen menerima bola dengan posisi punggung menghadap ke gawang lawan.

Jansen yang kemudian ditekan oleh Asraf segera memberikan umpan ke Irhaf.

Setelah memberikan isyarat ke Regy, Irhaf langsung berlari ke posisi sayap dan bertukar dengan regy yang berlari ke tengah untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Irhaf.

Menghadapi Ahmed yang mendekat, Irhaf secara tidak terduga menendang bola jauh ke depan setelah melihat posisi bek lawan yang fokus mengawasi rekannya.

Tak tanggung-tanggung, Irhaf berakselerasi sekuat tenaga untuk mengejar bola.

Ahmed juga segera berbalik dan bertekad untuk menggapai bola yang ditendang Irhaf.

Walaupun ia sudah dikalahkan dalam duel kecepatan beberapa menit yang lalu.

Posisinya kini lebih dekat dengan bola membuatnya lebih percaya diri.

Walaupun bukan pemain yang dikenal dengan kecepatan, Ahmed yang bermain sebagai bek sayap di klubnya tentu saja yakin bahwa ia tidak akan kalah dalam duel kali ini karena ia diuntungkan dengan posisi bola yang lebih dekat.

Namun apa yang terjadi membuatnya putus asa.

Irhaf berlari di garis tepi lapangan dan perlahan tapi pasti mulai melewatinya dengan kecepatan yang terus meningkat.

Semua yang melihat ini kembali dikejutkan dengan kecepatan Irhaf.

Bahkan Pieter sendiri yang sudah melihat kecepatan Irhaf saat latihan juga melongo tak percaya.

Saat ia melihat Irhaf membuang bola kedepan, Ia mengira bahwa serangan ini akan gagal.

Tapi Irhaf mendefinisikan kembali arti kecepatan sesungguhnya dilapangan.

Saat ini semua perhatian tertuju pada Irhaf.

Setelah berhasil melewati Ahmed, Irhaf dengan lihai mengendalikan bola yang jatuh dengan kaki bagian luar dan mendorong bola kedepan tanpa menghentikan lajunya sambil sedikit merubah arah larinya menuju kotak penalti.

Melihat Irhaf yang semakin dekat dekat kotak penalti, Thoriq melepaskan penjaganya terhadap Regy dan berlari menghampiri Irhaf.

Irhaf yang melihat Thoriq berniat menekannya justru mengoper bola ke Regy tanpa menghentikan larinya.

Hal ini membuat Thoriq bimbang dan berbalik melihat bola yang sudah berada di penguasaan Regy.

Namun Thoriq yang baru saja berbalik hanya bisa melihat bola yang kembali melewatinya menuju Irhaf yang sudah di dalam kotak penalti.

Walaupun pikirannya sudah bereaksi dan meminta tubuhnya untuk menghentikan Irhaf, namun tubuhnya tidak bisa mengikuti kecepatan reaksi pikirannya.

Dalam kondisi ini, Semua orang hanya melihat Thoriq yang terpaku di tempat dan tidak bergerak.

Irhaf yang menerima umpan balik dari Regy langsung menembak tanpa aba-aba.

Bola meluncur dengan kuat membentur bagian bawah dari mistar gawang dan memantul ke dalam gawang.

Priiiiitttttt*

Goaaaalllllll

Riuh dari sorakan supporter Insana dan desahan kecewa dari suporter tuan rumah kembali bersahutan di waktu yang sama.

Irhaf yang melihat bola berhasil masuk langsung berbalik menghadap tribun lalu mencium lambang negara yang ada di Jersey nya.

Regy adalah yang pertama memeluknya yang kemudian disusul oleh pemain lain hingga menumpuk Irhaf di rumput.

Pieter yang berada di pinggir lapangan melompat kegirangan dan memeluk asistennya.

Ini bukan gol biasa, Gol ini adalah cerminan dari filosofi sepak bola yang coba ia bangun dari dulu.

Dan kali ini dugaannya terbukti, Irhaf adalah kunci untuk membuka pintu terakhir untuk mewujudkannya filosofi nya.

Saat menjadi pemain, ia dicekoki filosofi ini oleh pelatihnya yang hingga kini ia warisi.

Tapi selama menjadi pelatih, ia belum pernah bisa menerapkan filosofi ini sepenuhnya karena tidak ada pemain yang cocok.

Kini setelah melihat gol ini, ia tahu bahwa ia akan berhasil kali ini...

Pertandingan sudah memasuki menit-menit akhir babak pertama.

Moral para pemain Syam sudah mulai menurun usai tertinggal setelah memimpin di awal.

Pelatih Syam yang melihat serangan tim semakin kacau, meminta anak didiknya untuk bertahan terlebih dahulu di sisa waktu babak pertama.

Namun apa daya, pertahanan mereka kembali jebol pada menit ke-45 + 1 di waktu tambahan.

Mundurnya Syam membuat tekanan yang mereka lakukan dari awal pertandingan menjadi sangat berkurang.

Hal ini membuat Insana lebih leluasa untuk membangun serangan.

Verbeek dengan santai menggiring bola ke tengah dan bertukar posisi dengan Marselo.

Kemudian Verbeek melakukan mengoper bola ke Niken.

Setelah sedikit menggiring bola, Niken mengembalikan bola ke Verbeek sebelum Salman si bek kiri lawan sempat menutup jalur umpan.

Verbeek segera meneruskan bola ke Irhaf tepat setelah ia menerima bola.

Irhaf dengan cerdik memposisikan dirinya agar nyaman saat menerima bola.

Namun ia mengurungkan niatnya untuk menembak langsung setelah melihat posisi kedua bek tengah lawan, Thoriq dan Ali yang dengan gegabah berlari ke arahnya.

Ia memilih untuk mengoper bola ke Regy yang posisinya tidak terjaga setelah Thoriq meninggalkannya.

Setelah melihat momen yang tepat, dia mendorong bola dengan lembut menggunakan punggung kakinya yang terayun.

Bola melewati celah diantara kedua kaki Thoriq yang berlari dan terbang menuju Regy

Walaupun ia tidak menduga bahwa Irhaf akan mengoper bola kepadanya, namun Regy tetap tenang saat menerima bola.

Dia sedikit memiringkan tubuhnya lalu mengayunkan kakinya kakinya dan menggunakan punggung kakinya untuk mengubah arah bola menuju gawang.

Alkadri kembali dibuat tidak berdaya dan gol pun tak terhindarkan.

Priiiiitttttt*

Priittt priittt priiiiiitttttt*

Wasit mengesahkan gol ini dan kemudian langsung mengakhiri pertandingan babak pertama dengan keunggulan sementara 3 : 1.

Para pemain berpelukan dilapangan setelah menciptakan 3 gol beruntun yang mengakhiri babak pertama yang sempurna bagi Insana

Setelah kebobolan, Tim kemudian langsung bangkit dan mencetak 3 gol beruntun yang tak disangka-sangka.

Sebagai besar supporter Insana ang masih di tribun juga masih merayakan babak pertama ini dengan nyanyian-nyanyian penuh semangat.

Para komentator di ruang siaran langsung juga membahas bagaimana pembalikan yang epik dari Insana yang dimulai dari tepat setelah mereka kebobolan gol pertama.

Setelah melihat 25 menit pertama, mereka melihat Insana yang ditekan habis-habisan oleh Syam Arabia yang membuat mereka khawatir apalagi setelah kebobolan terlebih dahulu di menit ke - 25.

Mereka agak meragukan kemampuan Pieter karena belum bisa membuat timnas tampil lebih baik saat menghadapi lawan yang kuat.

Jika mereka kalah di pertandingan ini, maka situasi kualifikasi menjadi semakin sulit karena Al-Furatain juga bukan lawan yang mudah.

Mereka harus mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya agar bisa lolos ke piala dunia pertama mereka.

Disaat para komentator sedang membahas tentang gentingnya situasi Timnas Insana usai kebobolan.

Kebangkitan mendadak timnas Insana dilapangan membuat semua orang terdiam sejenak dan kemudian berteriak histeris kegirangan.

Jika gol pertama Irhaf sudah sangat mengejutkan para komentator, maka situasi pertandingan berikutnya membuat mereka menjadi tergila-gila dengan taktik Pieter dan memuji para pemain.

Ini adalah momen terdekat mereka menuju piala dunia pertama mereka.

Oleh karena itu mereka sangat menantikan laju pertandingan berikutnya.

................

Di ruang ganti, Irhaf menjadi pusat perhatian semua pemain.

Kemudian Pieter masuk ke dalam ruang ganti dan memuji pemain.

"Saya sangat bangga dengan kerja keras kalian semua di babak pertama.

Terutama Irhaf yang berhasil mendongkrak semangat tim dengan mencetak gol pertama untuk tim

Dan saya sangat senang dengan hal ini, tapi kita harus ingat bahwa pertandingan belum berakhir.

Semua orang mungkin mengira kita akan bertahan di babak kedua untuk mempertahankan skor.

Tapi Mari kita beri mereka kejutan...." Ucap Pieter yang yang diakhiri dengan senyum misterius.

Para pemain juga mendengarkan arahan dari Pieter dengan penuh antusias.

Irhaf juga masih panas dan bersemangat untuk babak kedua.

Irhaf menyunggingkan senyuman lebar di wajahnya. Namun ia juga tahu bahwa pertandingan ini belum selesai....

....

....

....

Bersambung....