Di sebuah akademi rahasia yang tersembunyi dari pandangan dunia biasa, para siswa diajari cara mengendalikan waktu. Ada yang bisa melihat masa depan, yang lain mampu mengubah masa lalu, dan beberapa memiliki kemampuan untuk hidup di antara detik-detik yang hilang. Namun, ada legenda tentang seorang murid yang berhasil melarikan diri dari batas waktu dan menjadi abadi—dan sekarang, dia berencana mengubah sejarah manusia sepenuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADHIWARNA_AUTHOR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKADEMI WAKTU EPISODE 10
*CERITA BERLANJUT: SIMPUL WAKTU YANG TERBUKA*
Informasi tentang Anomali Waktu dan rencananya yang mengerikan untuk membuka gerbang waktu membuat Akademi Meulaboh dilanda kepanikan. Orion menjelaskan bahwa membuka gerbang waktu adalah tindakan yang sangat berbahaya, dapat merobek tatanan ruang dan waktu, dan menciptakan paradoks yang tak terhitung jumlahnya. Dampaknya bisa menghancurkan realitas seperti yang mereka kenal.
Dengan informasi yang mereka dapatkan dari ruang rahasia dan buku harian Nenek Salma, Kirana dan teman-temannya mulai menyusun rencana untuk menghentikan Anomali Waktu. Mereka tahu bahwa mereka harus bertindak cepat sebelum ritual pembukaan gerbang waktu selesai. Petunjuk dalam catatan Nenek Salma mengarah pada sebuah lokasi terpencil di pegunungan Aceh, sebuah tempat yang memiliki resonansi temporal yang kuat dan dulunya merupakan tempat persembunyian para penjaga waktu kuno.
Sebelum mereka berangkat, Pak Rudi mengumpulkan seluruh siswa dan staf akademi. Ia menjelaskan situasinya dan menekankan pentingnya persatuan dan kewaspadaan. Ia juga memerintahkan untuk memperkuat pertahanan akademi dan melakukan penjagaan ketat untuk mencegah penyusupan lebih lanjut.
Kirana, Alana, Aisyah, Farhan, dan Arya, ditemani oleh Orion yang meskipun belum sepenuhnya pulih namun bersikeras untuk ikut, memulai perjalanan berbahaya menuju pegunungan. Peta kuno dari ruang rahasia menjadi panduan mereka. Perjalanan itu penuh dengan tantangan alam yang berat dan jebakan-jebakan kuno yang mungkin dipasang oleh para penjaga waktu terdahulu untuk melindungi tempat itu.
Saat mereka semakin dekat dengan lokasi yang dituju, mereka merasakan adanya distorsi waktu yang semakin kuat. Pepohonan tampak bergerak tidak sinkron, suara-suara aneh bergema di kejauhan, dan terkadang mereka mengalami kilasan-kilasan masa lalu atau masa depan yang membingungkan. Anomali Waktu pasti sudah berada di dekat sana, mempersiapkan ritualnya.
Akhirnya, mereka tiba di sebuah lembah tersembunyi di antara puncak-puncak gunung. Di tengah lembah itu berdiri sebuah struktur batu kuno yang menyerupai altar dengan simbol-simbol temporal yang rumit terukir di permukaannya. Di sekitar altar, mereka melihat beberapa sosok berjubah hitam – pengikut Anomali Waktu – sedang melakukan persiapan ritual. Di tengah altar, mereka melihat artefak-artefak curian dari akademi tersusun dalam pola tertentu, memancarkan energi temporal yang tidak stabil.
Di dekat altar, berdiri seorang pria dengan aura kekuatan yang mengintimidasi – Anomali Waktu. Wajahnya menunjukkan bekas luka masa lalu yang dalam, dan matanya memancarkan obsesi dan keyakinan yang fanatik terhadap tujuannya. Di tangannya, ia memegang sebuah artefak berbentuk kristal berdenyut yang tampak memancarkan energi yang lebih kuat dari artefak lainnya. Orion mengidentifikasi kristal itu sebagai "Simpul Waktu," sebuah artefak kunci yang dibutuhkan untuk membuka gerbang waktu.
"Kalian terlambat," seru Anomali Waktu dengan suara dingin saat melihat kedatangan mereka. "Gerbang waktu akan segera terbuka, dan aku akan memperbaiki kesalahan masa lalu yang menghantuiku."
Pertempuran sengit pun pecah. Pengikut Anomali Waktu menyerang mereka dengan berbagai macam serangan temporal dan energi. Farhan dan Arya menggunakan elemen mereka untuk menciptakan perisai pelindung dan melancarkan serangan balasan. Alana memanipulasi aliran waktu di sekitar mereka untuk memperlambat gerakan musuh dan menciptakan celah bagi teman-temannya untuk menyerang. Aisyah dengan instingnya merasakan setiap pergerakan musuh dan memberikan peringatan. Orion, meskipun lemah, memberikan arahan dan taktik berdasarkan pengetahuannya tentang para penjaga waktu kuno dan kelemahan teknik manipulasi waktu.
Kirana fokus pada Anomali Waktu. Ia merasakan kekuatan temporal yang sangat besar memancar dari pria itu dan Simpul Waktu yang dipegangnya. Ia tahu bahwa mengalahkan Anomali Waktu adalah kunci untuk menghentikan ritual dan menutup gerbang waktu.
Pertarungan antara Kirana dan Anomali Waktu menjadi pusat dari seluruh pertempuran. Anomali Waktu menggunakan Simpul Waktu untuk meluncurkan serangan temporal yang berbahaya – kilasan-kilasan masa depan yang membingungkan, gelombang waktu yang mempercepat atau memperlambat gerakan, dan bahkan upaya untuk menghapus ingatan Kirana secara langsung.
Namun, Kirana tidak menyerah. Ia mengingat semua pelajaran yang diajarkan ayahnya dan Orion. Ia belajar untuk merasakan aliran waktu, untuk mengantisipasi gerakan lawannya, dan untuk menggunakan energi temporalnya sendiri dengan lebih terkontrol dan bijaksana. Ia tidak mencoba untuk mendominasi waktu, tetapi untuk menyelaraskan dirinya dengannya.
Dalam puncak pertempuran, Kirana berhasil mendekati Anomali Waktu. Ia melihat ke dalam mata pria itu dan merasakan kesedihan dan penyesalan yang mendalam di balik obsesinya. Ia menyadari bahwa Anomali Waktu bukan hanya seorang penjahat, tetapi seseorang yang terluka oleh masa lalu.
Dengan hati-hati, Kirana tidak menyerang Anomali Waktu dengan kekuatan penuhnya. Alih-alih, ia mencoba untuk menghubungkan dirinya dengan aliran waktu di sekitar pria itu, mencoba untuk menunjukkan kepadanya konsekuensi mengerikan dari tindakannya. Ia menunjukkan kilasan-kilasan masa depan alternatif yang kacau dan hancur jika gerbang waktu terbuka.
Untuk sesaat, Anomali Waktu tampak terpengaruh oleh penglihatan itu. Keraguan terpancar dari matanya. Namun, obsesinya dengan masa lalu dengan cepat mengambil alih. Ia kembali menyerang Kirana dengan lebih ganas.
Dalam momen krusial, Orion memberikan teriakan peringatan. Anomali Waktu bersiap untuk menggunakan Simpul Waktu untuk membuka gerbang waktu. Energi temporal di sekitar altar bergejolak semakin kuat.
Tanpa ragu, Kirana menggunakan seluruh kekuatannya untuk memfokuskan energi temporalnya pada Simpul Waktu. Ia tidak mencoba untuk menghancurkannya, tetapi untuk menstabilkannya, untuk mengganggu resonansinya dengan altar dan mencegah pembukaan gerbang waktu.
Terjadi benturan energi yang dahsyat. Cahaya keperakan memancar dari tubuh Kirana dan bertabrakan dengan energi gelap yang mengelilingi Simpul Waktu. Altar bergetar hebat, dan pusaran energi temporal yang mengancam mulai terbentuk di atasnya.
Dengan bantuan Alana yang menstabilkan aliran waktu di sekitar mereka dan Aisyah yang menciptakan perisai pelindung, Kirana terus memfokuskan energinya. Ia merasakan hubungan yang semakin kuat dengan aliran waktu, seolah-olah waktu itu sendiri membantunya.
Akhirnya, dengan teriakan penuh tekad, Kirana berhasil menstabilkan Simpul Waktu. Pusaran energi di atas altar perlahan meredup dan menghilang. Gerbang waktu gagal terbuka.
Anomali Waktu terhuyung mundur, shock dan tidak percaya. Kekuatan Simpul Waktu tampak meninggalkannya. Para pengikutnya yang tersisa menyerah atau melarikan diri.
Pertempuran berakhir. Lembah itu kembali sunyi, hanya menyisakan kelelahan dan kelegaan. Ancaman pembukaan gerbang waktu berhasil diatasi.
Namun, Kirana dan teman-temannya tahu bahwa ini bukanlah akhir. Anomali Waktu, meskipun kalah, masih hidup dan mungkin akan kembali. Mereka harus tetap waspada dan terus belajar tentang warisan mereka sebagai penjaga waktu untuk menghadapi ancaman apa pun yang mungkin datang di masa depan. Simpul waktu yang hampir terbuka mengingatkan mereka akan betapa rapuhnya tatanan waktu dan betapa pentingnya tanggung jawab yang mereka emban. Perjalanan mereka sebagai pelindung garis waktu akan terus berlanjut.