Pelabuhan Hati Sang Idol

Di tengah para tamu yang memujanya, tatapan Yoon-gi hanya fokus pada tiga orang yang terus menatapnya dengan tidak percaya. Matanya memancarkan kemarahan yang begitu besar. Bayangan kelam di masa lalu langsung muncul di ingatannya.

Ingin sekali dia menghampiri ketiga orang itu, akan tetapi dia berusaha tetap tenang agar tidak membuat keributan di pesta itu. Dia terus berusaha menenangkan pikiran dan meredakan amarahnya dengan meminum alkohol yang di sediakan khusus untuknya.

Salah satu persyaratan khusus jika ingin mengundang Yoon-gi ke sebuah acara, para klien harus menyediakan minuman favoritnya. Karena minuman keras adalah salah satu sumber kekuatan dan penyemangat untuknya. Di saat dia sedang menikmati alkohol dengan pengawasan yang begitu ketat dari bodyguard, tiba-tiba ada beberapa pria yang mendekat dengan raut wajah penuh kebanggaan.

"Yoon-gi! Kamu sangat tampan sekarang." Mendengar suara yang begitu familiar itu, Yoon-gi langsung menoleh dan melihat empat oppa-oppa tampan yang mendekatinya, walaupun baru dua orang yang berstatus oppa-oppa (kakek)

"Paman!" Yoon-gi yang terlihat bahagia langsung menghampiri keempatnya lalu memeluk mereka satu persatu.

Belum selesai melepaskan rindu, tiba-tiba mereka di hadapkan dengan hal yang paling mengerikan, bahkan lebih mengerikan daripada gadis berbaju putih yang tinggal di atas pohon tinggi.

"Papa!" Teriak dua gadis dengan wajah penuh amarah, tidak lupa dengan Aulya dengan susah payah mengangkat gaunnya berjalan mendekati sang papa.

"Sayang! Kita bisa bicarakan masalah ini nanti. Kita kembali ke pelaminan ya." Bujuk Alfa mencoba memenangkan sang istri.

"Tidak! Papa harus menjelaskannya sekarang. Papa dan Paman telah membohongiku selama ini." Aulya menatap tajam Rayyan dan Kinan yang sedang menatap bingung ke arahnya.

Melihat kedatangan para gadis itu, mata Yoon-gi langsung tertuju ke arah Cheesy yang berjalan sambil menunduk. Sepertinya gadis itu mencoba bersembunyi darinya.

"Ada apa, Sayang? Kenapa kalian sepertinya sangat marah?" Tanya Raffi mengerutkan keningnya.

"Sepertinya kita sudah melakukan kesalahan," Bisik Wildan.

"Kalian memang melakukan kesalahan. Kesalahan yang sangat besar." Randy tersenyum kecil.

"Jangan bilang papa juga tau!" Chelsea langsung menyerang sang papa dengan tatapan yang mematikan.

"Tidak! Papa tidak tau apa-apa. Papa memang tau jika mereka ingin mengundang idola kalian ini, tapi papa tidak tau jika para pamanmu ini mengenalnya." Randy langsung menyelamatkan dirinya sendiri.

Mendengar ucapan Randy, keempat oppa muda itu langsung melemparkan tatapan tajam. Mereka tidak menyangka jika sahabat mereka itu begitu tega mengali lubang kematian untuk mereka dengan tangannya sendiri.

Tidak mau masalah semakin memanjang, Rayyan langsung mendekati Aulya dan kedua keponakannya itu. Sedangkan Cheesy hanya diam lalu berdiri di samping sang papa.

Di saat para oppa tampan itu sibuk mengatur jantung, Yoon-gi terus melirik ke arah Cheesy yang terus menunduk tanpa berani menatapnya. Melihat wanita itu, hati Yoon-gi langsung terasa tenang. Amarah yang sejak tadi dia tahan langsung menghilang dalam seketika.

"Yoon-gi! Perkenalkan ini adalah putriku Aulya." Rayyan langsung memperkenalkan putrinya itu.

"Hai! Kamu sangat cantik dan istimewa. Selamat atas pernikahan kalian," ucap Yoon-gi tersenyum sambil melambaikan tangannya.

"Astaghfirullah! Senyumanmu seperti gulali yang manisnya terasa sampai ke leher." Aulya langsung meleh dan lupa jika dia sudah berstatus istri orang.

"Ehem!" Alfa langsung menunjukkan wajah ketusnya. Sangat terlihat jika dia cemburu.

"Ternyata Kak Alfa bisa cemburu juga ya. Aha! Juteknya sudah berubah jadi bucin." Fiona langsung meledak kecemburuan sang kakak ipar.

"Jangan hiraukan putriku. Maklum saja, dia adalah penerusku bukan penerus mamanya. Aku salah gaya saat membuatnya dulu." Rayyan hanya bisa membuang napas kasar melihat kelakuan putrinya itu.

"Perkenalkan dia adalah putriku Fiona, dan mereka keponakan kami Chelsea dan Cheesy, putri Dokter Randy." Raffi beralih memperkenalkan Cheesy dan Chelsea.

"Hai, Kak! Kami adalah penggemar kakak. Kakak sangat tampan dan berbakat. Semoga saja kelak kami mendapatkan suami seperti kakak." Fiona langsung nyerocos panjang lebar.

Mendengar ucapan gadis itu, Yoon-gi hanya terkekeh kecil. Ternyata begitu banyak yang menginginkan sosok seperti dirinya menjadi pasangan hidup. Namun, kenapa gadis incarannya itu tidak menyukainya? Apa masih ada yang salah pada dirinya?

"Benarkah? Kenapa kamu menginginkan sosok seperti kakak? Kenapa tidak kakak saja?" Tanya Yoon-gi tersenyum sambil mencuri pandang ke arah Cheesy.

Mendengar pertanyaan Yoon-gi, Fiona dan Chelsea langsung saling lempar pandangan. Mereka mencoba membuang napas kasar lalu menatap Yoon-gi dengan lekat.

"Karena kami tau dinding penghalang di antara kami dan kakak telah tercipta begitu tinggi. Jadi kami tidak mungkin bisa bersama kakak."

"Maksudnya?"

"Kita beda keyakinan, dan kami tidak akan pernah memaksa kakak untuk menganut agama kami."

******

Rembulan sudah terlihat dengan jelas, diikuti dengan bintang-bintang yang bersinar menghiasi langit gelap. Sarah yang berada di balkon kamar terus memandang ke arah gerbang masuk. Pikirannya terus melayang entah kemana, rasa cemas terus menghantui pikirannya, sehingga dia belum bisa memejamkan mata.

"Nyonya! Ayo masuk. Angin malam tidak baik untuk tubuh Anda. Ingat, tubuh Anda masih sangat lemah." Ardan mencoba membantu Sarah masuk ke kamar di ikuti seorang suster yang di percayakan Yoon-gi untuk mengurus Sarah.

"Yoon-gi belum pulang?"

"Tuan akan segera kembali. Lebih baik Nyonya istirahat saja. Ayo minum obatnya dulu," Ardan dengan telaten memberikan obat untuk sarah dan juga membantunya meminum air mineral.

"Apa terjadi sesuatu kepadanya?"

"Nyonya tenang saja, ada bodyguard yang menjaganya."

"Kenapa kamu tidak ikut dengannya? Bukankah kamu harus selalu berada di sampingnya?"

Mendengar pernyataan Sarah, Ardan langsung tersenyum kecil. Dia dengan lembut membaringkan tubuh Sarah di atas ranjang, lalu menyelimuti tubuh mungil itu dengan selimut.

"Anda sangat mengenal Tuan. Jadi, Anda sudah pasti tau bagaimana sifatnya. Dia memang sulit mengontrol emosi, akan tetapi dia bisa menahannya. Dia juga tidak ketergantungan dengan orang lain. Dia lebih senang melakukan apapun sendiri."

Mendengar ucapan Ardan, Sarah langsung terdiam. Dia seperti tidak tau apapun tentang sahabatnya itu, Yoon-gi sudah berubah, sangat berbeda dengan Yoon-gi yang dia kenal dulu.

"Apa dia masih suka bercanda? Apa dia masih suka menghibur dirinya sendiri? Apa dia masih seceria dulu?" Tanya Sarah dengan mata berkaca-kaca.

"Aku tidak pernah melihat Tuan tersenyum dengan tulus. Senyumannya hanya palsu, dia menghibur dirinya dengan menulis dan meluapkan emosinya dalam tulisan. Dia juga belum pernah jatuh cinta, tapi!"

"Tapi, apa?"

"Dokter berhijab itu. Sejak melihatnya Tuan berubah. Tidak seperti Tuan yang aku kenal selama ini."

"Maksudmu Dokter Cheesy?"

Bersambung.....