Lanjutan dari novel yang berjudul Cinta yang terluka.
"Om, om baik, aku ceneng deh kalo baleng cama om," ucap Lala gadis kecil yang imut,manis dan cerdas itu.
"Iya, om juga seneng kalo bisa ketemu sama Lala tiap hari," kata Antonio yang sudah balik dari Australia sejak tiga tahun yang lalu sejak perceraian dirinya dengan Laras yang membuat dia sangat shock dan patah semangat untuk melanjutkan hidupnya.
"Om baik, kata mama ...papa nya aku itu pelgi jauh.....cekali tapi campai cekalang papa gak datang-datang aku Lindu cama papa...," ucap Lala yang lucu dan cadel itu.
Entah mengapa Antonio selalu merasakan kehangatan dan kebahagiaan saat dia bersama Lala.
Antonio tidak mengerti dengan perasaannya sendiri yang selalu ingin bertemu dengan Lala si bocah perempuan kecil yang selalu membuat hatinya bahagia.
Siapakah Lala.....yuk baca di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isshabell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23
Seketika Laras terdiam mendengar perkataan Antonio, dia terkejut dan tidak menyangka kalau Antonio tahu tentang hal itu.
"Kenapa mas Antonio bisa tahu tentang itu? Siapa yang memberitahunya? Papa dan mama nya tidak mungkin karena mereka sendiri yang meminta aku untuk tutup mulut akan hal itu, apa mungkin...Arin ya?" Laras bertanya-tanya dalam hatinya.
Antonio menoleh pada Laras yang masih terdiam sambil menatap jalanan dari kaca mobil.
"Bu Laras," panggil Antonio pada Laras.
"Iya," jawab Laras sedikit tersentak dan menoleh pada Antonio.
"Bu Laras belum menjawab pertanyaan saya tadi dan kenapa Bu Laras jadi terdiam?" tanya Antonio.
"Siapa yang memberitahu bapak?" Laras balik bertanya pada Antonio.
"Tidak penting siapa yang memberitahu saya, saya cuma butuh kejujuran Bu Laras untuk menjawab pertanyaan saya tadi," Antonio menatap Laras.
Laras berusaha mengulas senyumnya agar Antonio tidak melihat kepanikan yang sebenarnya sedang dia rasakan saat ini.
"Pak, saya kan sudah bilang berkali-kali pada bapak, kalau di antara kita tidak pernah ada ikatan apapun dan jika bapak mendengar hal-hal yang seperti itu tolong di abaikan saja," Laras tersenyum di ujung bibirnya.
"Saya tahu kamu pasti tidak akan mau menjawabnya dengan jujur karena kamu tidak mau aku tahu tentang hubungan kita di masa lalu dan karena kamu mungkin benci sama aku karena aku sudah pernah selingkuh dengan Mira sahabat kamu," Antonio berkata sambil menatap Laras dalam-dalam dia lupa kalau posisinya sedang mengemudi.
Laras menarik nafas panjang mendengar perkataan Antonio itu dan tiba-tiba saja ada sebuah mobil dari arah samping kanan mau menyebrang dan Laras berteriak seketika pada Antonio yang tidak memperhatikan jalannya itu.
"Awas mas Antonio ....!!" pekik Laras dan seketika Antonio berusaha mengerem mobilnya untuk menghindari tabrakan dengan mobil yang mau menyebrang itu.
Dan pada saat Antonio mengerem mobilnya dengan mendadak , Laras ambruk ke samping dan menubruk tubuh Antonio yang masih memegang kencang setir mobilnya itu.
"Ya Tuhan...maaf, maaf," ucap Antonio sambil melihat Laras yang masih menempel padanya itu dan lagi mata mereka saling beradu.
"Laras, sudah beberapa kali aku mengalami hal seperti ini, bau parfum dan sentuhan tubuh kamu ini seperti sangat tidak asing buat aku bahkan sepertinya sudah ribuan kali aku merasakan sentuhan tubuh kamu ini," gumam Antonio dalam hatinya.
Perlahan Laras menggeser tubuhnya yang tadi menempel pada Antonio.
"Tadi kamu menyebut aku dengan sebutan mas Antonio, apa itu panggilan kamu pada aku dulunya?" tanya Antonio pada Laras.
Laras memejamkan matanya sesaat dan Antonio melihat hal itu.
"Laras, kenapa kamu terus bersembunyi dari aku, kesalahan apa yang sudah aku lakukan sama kamu sampai-sampai kamu terus berbohong pada aku," batin Antonio yang masih menatap Laras.
"M-maaf pak tadi itu...saya keceplosan, maaf," ucap Laras setengah menundukkan kepalanya.
"Baiklah kalau kamu tidak mau jujur pada aku," lalu Antonio kembali menjalankan mobilnya menuju ke sekolahan Lala yang sudah dekat di ujung jalan sana.
Laras menghela nafas lega karena Antonio tidak memaksanya lagi untuk mengatakan yang sebenarnya.
Antonio melambatkan laju mobilnya setelah mereka tiba di depan sekolahan Lala dan di depan gerbang sekolahan sana terlihat Lala dan Bu Weni yang sedang membereskan buku-buku Lala yang berjatuhan di jalan.
Laras segera berlari menghampiri Lala dan Bu Weni begitu juga dengan Antonio yang ikutan berlari ke arah Lala dan Bu Weni.
"Lala, kenapa Bu kok bukunya berjatuhan semua," kata Laras sambil melihat buku-buku Lala yang berserakan di jalan itu.
"Tadi pas turun dari taxi, ibu lupa menutup kembali resleting tasnya Lala jadinya buku-buku Lala berjatuhan," ujar Bu Weni pada Laras.
Laras menganggukkan kepalanya Lalau dia berjongkok ikut membantu ibunya mengambil buku-buku Lala yang berjatuhan.
Antonio yang tadinya berdiri di belakang Laras akhirnya juga berjongkok ikutan membantu memunguti buku-buku Lala.
Tiba-tiba pandangan Antonio tertuju pada selembar kertas yang sudah di laminating yang bertuliskan akte kelahiran.
Laras yang mengetahui akan hal itu dengan buru-buru dia hendak mengambil akte itu dari tangan Antonio.
"Sebentar," cegah Antonio pada Laras.
Laras terdiam dia hanya mampu menatap Antonio yang sedang memegang akte lahir Lala itu.
Jantung Laras berdegup kencang tatkala Antonio mulai membaca akte kelahiran itu.
Antonio membaca akte kelahiran itu dengan seksama dan mata Antonio membulat saat dia membaca kalau lala putri ayu Sebastian itu adalah anak dari ayah yang bernama Antonio Sebastian dan ibu yang bernama Larasati.
Antonio mendongakkan kepalanya menatap Laras yang masih berdiri di hadapannya itu.
"Di dalam akte kelahiran ini tertulis kalau Lala Putria ayu Sebastian itu adalah anak dari Antonio Sebastian dan ibu nya adalah Larasati. Jadi...kamu, kamu adalah istri aku Laras dan Lala itu adalah putri aku....," Antonio menatap Laras lalu memeluknya dengan erat sambil menangis sementara Laras hanya bisa diam dia tidak bisa berkata apa-apa dan membiarkan Antonio yang masih memeluk dirinya sambil menangis.
Bu Weni yang juga menyaksikan kejadian itu jadi ikut sedih sedangkan si kecil Lala tampak kebingungan melihat Antonio memeluk mamanya sambil menangis.
"Maafkan aku Laras, selama tiga tahun ini aku tidak ingat kalian sama sekali, aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf pada kamu," ucap Antonio yang masih memeluk Laras sambil menangis itu.
Laras masih terdiam, hatinya terasa sangat perih mendengar perkataan Antonio dan tak terasa air matanya juga menetes membasahi pipinya.
Lalu dengan perlahan Laras melepaskan diri dari pelukan Antonio sambil berkata padanya.
"Mas, hubungan kita sudah berakhir. Kita sudah bercerai, hubungan kita sudah selesai mas Antonio," ucap Laras pada Antonio.
"Tapi aku masih sangat mencintai kamu Laras, aku tahu aku salah di masa lalu tapi tolong beri aku kesempatan lagi, aku teramat sangat mencintai kamu sayang apalagi sekarang ada Lala putri kita," Antonio menggenggam tangan Laras memohon sepenuh hati padanya.
"Tapi mas, hubungan kita sudah selesai. Apalagi sekarang mas sudah punya Amel yang selalu menemani mas Antonio dan aku tidak mau menjadi perusak hubungan kalian berdua karena aku tahu betapa sakitnya jika ada orang ketiga," Laras mengucapakan hal itu dengan wajah sedih.
"Tidak Laras, kamu tidak menjadi orang ke tiga karena kamu adalah istri aku dan aku ingin kita bertiga berkumpul lagi menjadi keluarga yang utuh," Antonio terus memohon pada Laras.
"Tapi mas aku tidak bisa, aku tidak mau menyakiti hati Amel, dia gadis yang baik dan dia juga yang pernah menyelamatkan mas waktu mas mau bunuh diri dulu sewaktu di Australia sana."
"Iya, Amel memang gadis yang baik tapi sayangnya aku tidak cinta sama dia."