Di era teknologi yang melesat bak roket, manusia telah menciptakan keajaiban: sistem cerdas yang beroperasi seperti teman setia. Namun, Arcy, seorang otaku siswa SMA kelas akhir, merasa itu belum cukup. Di puncak gedung sekolah, di bawah langit senja yang memesona, ia membayangkan sistem yang jauh lebih hebat—sistem yang tak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kekuatan energi spiritual, sebuah sistem cheat yang mampu merajut takdirnya sendiri. Mimpi itu, terinspirasi oleh komik-komik isekai kesukaannya, membawanya ke petualangan yang tak terduga, sebuah perjalanan untuk mewujudkan sistem impiannya dan merajut takdir dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evolved 2025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berjuang Mengobati Arcy
Arcy tampak terendam dalam bak berisi air penyembuh, ditemani Elis yang terus menyalurkan kekuatannya. Tubuh Elis memancarkan cahaya keemasan lembut, dihiasi dengan gelombang benang emas di sekitarnya.
Kembali ke waktu sebelumnya, dimana Elis yang sedang mendengarkan arahan seseorang, mendadak berdiri, membuat semua mata tertuju padanya.
"Elis, ada apa?" tanya seorang wanita di sampingnya.
"Prof, maaf, saya harus pergi. Ada hal penting," jawab Elis pada pria didepan ruangan.
"Elis, kita sudah bersiap. Kau ingin keluar begitu saja?" tanya wanita itu dengan serius.
Elis melihat sorot mata profesor yang tegas.
"Prof, maafkan saya. Ini sangat penting. Saya tidak bisa mengabaikannya." Ia lalu membungkuk dalam-dalam, "Saya harus pergi!"
Profesor itu terkejut melihat kegundahan Elis. Ruangan itu menjadi hening sesaat. Ia menghela napas berat. "Baiklah, pergilah. Tapi ingat, Elis, tim ini mengandalkanmu. Jangan sampai ini terulang lagi, ingat itu!" Nada suaranya tegas dan berwibawa.
"Paham Prof!"
Profesor mengangguk, "Hum, pergilah."
"Terimakasih Prof." Elis kemudian berbalik pergi meninggalkan ruangan. Orang-orang di ruangan itu bingung. Elis dikenal sangat menjunjung tinggi misi yang diembannya, kini, menjadi sangat berbeda.
Pesan Arcy singkat: "Tolong aku."
Kembali pada Elis yang sedang menyembuhkan Arcy.
Elis terkejut saat mengetahui keadaan Arcy yang sangat buruk, tidak tahu apa yang terjadi padanya, tidak hanya tubuh yang terluka tapi jiwanya juga terluka.
Ia bertanya dalam hati, "Arcy, apa yang terjadi padamu? Bagaimana kamu terluka separah ini?"
Sementara itu, ibu Arcy menerima pesan dari Arcy, bahwa Arcy telah menyewa apartemen dekat sekolahnya selama sebulan, dan menyertakan alamatnya. Ibunya terdiam sejenak, merasa memang lebih baik Arcy tinggal dekat sekolahnya mengingat jarak apartemen mereka cukup jauh.
Elis terus menyalurkan energinya, keringat membasahi dahinya. Ia tak boleh berhenti sebelum luka Arcy membaik. Berjam-jam berlalu, siang berganti malam, dan malam berganti siang, Elis tetap teguh pada posisinya. Darah bahkan mengalir dari hidungnya, namun ia tetap berjuang.
Dalam kegelapan, Arcy terlentang di kehampaan, menatap langit hitam. Ia melihat titik cahaya yang membesar dan mencoba meraihnya. Sebuah proyeksi tangan seorang wanita menjangkau dan menyentuh lengannya. Arcy merasakan kehangatan.
Hari telah sore, Elis tetap berjuang sampai tiba waktu malam. Elis mulai goyah, pandanganya menjadi buram, tubuhnya tak sanggup lagi bertahan, sampai pada akhirnya ia pun tertidur disamping Arcy.
Keesokan harinya, Arcy perlahan membuka mata. Samar-samar ia mencium aroma Elis. Ia mencoba berbicara tapi mulutnya sulit digerakkan. Ia bingung dengan keadaannya, hanya mata dan otaknya berfungsi, tapi tubuhnya tidak merespon.
Arcy seperti merasakan ada seseorang didekatnya, ia berusaha menengok kesamping namun tidak bisa. Arcy terdiam pasrah dengan kondisinya.
Arcy memanggil META, dan panel sistem muncul. Suara META yang lembut menyapanya, "Selamat pagi, Tuan. Saya senang Anda sudah sadar."
"Di mana Elis?"
"Dia tertidur disebelah Anda, Tuan."
"Di sebelahku?" Arcy melirik, hanya melihat rambut. "Apa yang terjadi dengannya?"
"Individu bernama Elis telah mengerahkan seluruh energinya untuk memulihkan kondisi Anda."
"Apa?" Arcy terkejut. "Apakah dia baik-baik saja?"
"Dia mengalami kelelahan berat akibat penggunaan energi yang berlebihan. Namun, kondisinya stabil dan memerlukan istirahat yang cukup untuk memulihkan energinya."
Arcy merasa bersalah, ia tidak menyangka Elis akan berbuat sejauh ini.
Ia kemudian meminta META menampilkan statusnya. Panel sistem kemudian menampilkan status Arcy:
[Status Arcy]
- Nama: Arcyareksa
- Jenis Kelamin: Laki-laki
- Usia: 17 tahun
- Tinggi & Berat Badan: 175,7 cm & 55,4 kg
- Kesehatan: Buruk
- Kekuatan Fisik: Buruk
- Kekuatan Spiritual: Listrik, Angin
- Benda Berharga: Peti berisi pil jiwa
- Sistem: META, berfungsi sebagai asisten pribadi
Arcy terdiam melihat kondisi kesehatan dan kekuatan fisiknya yang memprihatinkan. "META, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan?"
"Dengan kondisi Tuan saat ini, dan dengan memanfaatkan air penyembuh, proses pemulihan akan berlangsung lebih singkat. Tuan akan pulih sepenuhnya dalam waktu dua bulan."
Arcy terkejut, "Serius? Dengan luka separah ini, pulih hanya dalam dua bulan?! Yang benar saja..." Ia lalu melirik Elis. "Ini semua berkat Elis. Tanpa bantuannya, entah berapa lama aku akan terbaring tak sadarkan diri..."
Arcy menatap langit-langit, pikirannya berkecamuk. Setelah keheningan yang cukup lama, ia kembali memanggil META.
"META," panggil Arcy dengan nada serius.
"Iya, Tuan?" jawab META dengan responsif.
"Katakan padaku... kebenaran tentang dunia ini. Siapa sebenarnya Elis? Bagaimana dia bisa memiliki kekuatan? Dan apakah selain Elis, ada orang lain yang memiliki kekuatan?" Arcy bertanya dengan nada penuh keingintahuan dan sedikit kecemasan. "Aku tidak menyangka, selain diriku, ternyata ada orang lain yang memiliki kekuatan super. Sebenarnya, apa yang terjadi dengan dunia ini?"
META terdiam sejenak sebelum menjawab, "Tuan, sebagian kecil manusia memang mengalami yang namanya kebangkitan kekuatan, sama seperti Tuan. Namun, yang membedakan Tuan dengan mereka adalah, Tuan sosok spesial yang dipilih. Kekuatan Anda adalah Jiwa Surgawi, sebuah kekuatan yang tidak berasal dari dunia ini, melainkan dari dunia lain."
Arcy mengerutkan kening. "Dunia lain?"
"Benar, Tuan. Namun, saya belum memiliki informasi yang lengkap mengenai hal ini. Jawabannya akan Tuan dapatkan sendiri setelah memasuki Toko Merajut Takdir Dunia di Pulau Siang."
Arcy terdiam menatap statusnya di panel sistem dengan rasa penasaran.
Sementara itu, Elis yang tertidur lelap, terjerat dalam mimpinya. Di kejauhan, sosok berjubah hitam berdiri tegak, siluetnya menakutkan melawan langit yang berputar-putar.
Cahaya kilat menyambar-nyambar, menerangi wajah tanpa fitur di balik kerudung jubah. Tangan sosok itu terulur, jari-jarinya kurus dan pucat, seolah hendak meraihnya.
Setiap kilatan petir membawa sosok itu semakin dekat, aura dingin dan mengancam menyelimuti Elis. Ia mencoba berteriak, tetapi suaranya tercekat di tenggorokan. Kakinya terasa terpaku di tempatnya, tak mampu melarikan diri.
Tangan berjubah itu semakin dekat, bayangan gelapnya menimpa Elis. Saat jari-jari dingin itu hampir menyentuh kulitnya, Elis tersentak bangun. Napasnya tersengal-sengal, jantungnya berdebar kencang. Keringat dingin membasahi tubuhnya.
"Elis, ada apa? Kamu baik-baik saja?" tanya Arcy yang hanya bisa melirik dengan khawatir.
Elis menggeleng pelan, mencoba menenangkan diri. "Bukan apa-apa. Hanya mimpi buruk."
Arcy mengerutkan kening, jelas tidak yakin. "Mimpi buruk seperti apa? Kamu terlihat sangat ketakutan."
Elis menghela napas, enggan menceritakan mimpi buruk yang baru saja menghantuinya. "Sungguh, Arcy, tidak penting. Hanya mimpi buruk biasa. Aku baik-baik saja." Ia mencoba tersenyum, tetapi senyumnya terlihat dipaksakan.
Ia yang melihat Arcy yang telah sadar, "Syukurlah... kamu sudah sadar."
Arcy tersenyum, membalas, "Um, terima kasih. Ini semua berkatmu, Elis."
Elis tersenyum. Ia lalu kembali menyalurkan energinya untuk membantu pemulihan Arcy.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Arcy terkejut.
"Tentu saja menyembuhkanmu."
"Elis, hentikan!" Arcy mencoba meraih tangan Elis, tapi tangannya tak bisa digerakkan. "Aku tidak ingin kamu memaksakan diri. Lihat kondisimu, kamu masih lelah dan lemah. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu."
"Aku baik-baik saja. Aku hanya perlu istirahat setelah ini."
"Tapi..." Arcy mencoba membantah, namun Elis memotongnya. "Tidak ada tapi-tapian. Aku akan terus membantumu sampai kamu benar-benar pulih. Jadi, diam dan istirahatlah." Elis tersenyum lembut, mencoba meyakinkan Arcy.
Arcy menghela napas, ia tak menyangka Elis akan sekeras kepala ini. "Baiklah, tapi berjanjilah, kamu akan berhenti jika merasa terlalu lelah. Jangan korbankan dirimu demi aku."
"Janji," Elic mengangguk, matanya menunjukkan tekad. Ia kembali fokus menyalurkan energinya, sementara Arcy hanya bisa pasrah dan membiarkan Elis melakukan apa yang menurutnya benar.