Diandra Gautama terkejut saat ada wanita yang mengaku sebagai istri siri suaminya. Antoni Aljufri. Yang mengejutkan lagi, wanita itu sudah satu tahun berstatus sebagai istri siri Antoni.
Wanita yang diketahui bernama Maria Selena itu, meminta Diandra agar bercerai dengan Antoni. Dengan alasan Maria cemburu karena Diandra selalu di utamakan. Padahal itu terjadi hanya karena harta yang di miliki Diandra.
Antoni bekerja di perusahaan milik keluarga Diandra. Dimana, Hendri Gautama akan mengangkat Antoni menjadi CEO untuk menggantikannya dalam waktu dekat.
Akankah Diandra menanyakan langsung perihal wanita yang mengaku sebagai istri suaminya itu kepada Antoni? atau berbicara dengan Ayahnya terlebih dahulu?
Atau Diandra akan mencari tahu semuanya sebelum mengatakan kepada sang ayah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon idaa_nafishaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zay ?
"Apa yang kamu lakukan di ruangan Antoni?" tanya Hendri penuh selidik.
"Tadi aku mencari kamu, mas. Ternyata kamu masih meeting, menantu kamu ini mengajak aku untuk menunggu kamu di ruangan nya. Dia baik yaa, sopan dan ramah. Tidak seperti putri kamu," ucap Maria dengan nada sedih saat mengucapkan empat kata terkahir.
Wah wah wah, dia menggunakan kesempatan untuk semakin membuat aku terlihat buruk di hadapan Papa. Diandra yang berada tidak jauh dari sana, merasa sangat kesal mendengar apa yang dikatakan oleh Maria.
"Ayo ke ruangan ku. Ada yang harus aku bicarakan dengan kamu."
Hendri mengajak Maria untuk masuk ke dalam ruangan nya, itu membuat api cemburu Antoni semakin membara.
Kenapa juga laki laki tua itu mengajak Maria untuk berbicara di ruangannya. Bukankah mereka bisa berbicara di sini saja.
Antoni hanya bisa merelakan Maria yang berjalan masuk ke ruangan Hendri, dengan menggandeng lengan Hendri.
"Mas, kamu kenapa?" tanya Diandra yang kini sudah berada di hadapan Antoni setelah Maria masuk ke dalam ruangan Hendri.
"Diandra, kamu mengagetkan aku."
"Kamu liatin apa?" tanya Diandra dengan pura-pura melihat kearah yang sama dengan arah yang dilihat Antoni.
"Calon ibu sambung kamu datang." ketus Andre.
"Ohya?" tanya Diandra pura pura terkejut.
"Iya," jawab nya dengan nada penuh kekesalan.
"Mas, kenapa kamu terlihat tidak menyukainya?" tanya Diandra.
Antoni melihat ke arah Diandra yang menatapnya dengan tatapan curiga, seolah-olah sedang mencurigai sesuatu di wajahnya.
"Ayo, kita masuk ke dalam ruangan. Rasanya tidak enak jika kita berbicara di luar seperti ini." Antoni mengajak Diandra untuk masuk ke dalam ruangan nya.
Indra penciuman Diandra langsung mencium parfum wanita yang selalu dia cium saat Maria mendatangi nya.
Sepertinya kamu baru memadu kasih dengan Maria di sini, mas.
Diandra tersenyum kecut sambil berjalan di belakang Antoni.
"Diandra, aku tidak suka dengan wanita yang sekarang menjadi calon ibu sambung kamu," ucap Antoni setelah mereka berdua duduk bersebelahan, di sofa yang ada di sana.
"Maksudnya Maria? alasannya?" tanya Diandra dengan tangan yang menemukan sesuatu di lipatan sofa tempat dimana dia duduk.
"Wanita itu hanya mengincar harta kekayaan Papa saja."
Apa bedanya dengan kamu, mas!
Diandra membatin sambil tangannya berusaha memastikan bahwa barang yang dia temukan adalah anting.
Sementara itu, di ruangan Pak Hendri..
"Maria, kemana salah satu anting anting kamu?" tanya Hendri.
"Hem?" Maria segera memegang anting nya. Dan bener saja, salah satu anting miliknya hilang. Pasti terjatuh saat Maria bermain panas dengan Antoni.
"Ya ampun, mungkin karena aku terlalu terburu-buru ingin bertemu dengan pujaan hati. Aku jadi lupa mengenakan anting yang satu lagi. Atau sepertinya terjatuh di tempat SPA." ucap Maria sambil menyandarkan kepalanya di bahu Hendri.
"Benarkah?"
"Tentu saja, kita memang baru berpisah selama beberapa jam saja. Tapi, aku sudah merindukan kamu, Mas." bisik Maria dengan nada mesra dan menggoda.
Hendri yang merasa sangat bahagia, memegang tangan Maria dan menciumnya.
"Apa yang ingin kamu bicarakan dengan aku, mas?" tanya Maria.
"Aku ingin bertemu dengan orang tua kamu dan meminang kamu."
"Apa?" Maria tentu saja terkejut mendengar penuturan dari Hendri.
"Kamu serius, mas?"
"Maria, dari dulu pernah tidak aku bermain-main dengan setiap kata-kataku?"
Maria terdiam, memang benar jika sejak dulu Hendri selalu serius jika sudah menyangkut dengan urusan hati dan juga rumah tangga. Maria saja yang tidak lagi bisa membuka hati untuk Hendri setelah dirinya tidak sengaja bertemu kembali dengan Antoni.
"Maria, bagaimana? apa kamu mau menikah dengan aku?" tanya Hendri.
"Bagaimana dengan Diandra? aku melihat dia seperti tidak menyukai aku?"
"Diandra, biarkan aku yang berbicara dengan nya. Lagi pula aku ini adalah papa nya. Dia akan selalu menuruti apa yang menjadi keinginan ku. Terutama saat Diandra sendiri yang ingin aku menemukan kebahagiaan."
Maria terdiam, sebelumnya Hendri juga pernah cerita tentang Diandra yang ingin dirinya menemukan kebahagiaan. Tepatnya saat Hendri akan melamar Maria.
"Apa kamu yakin ingin bertemu dengan keluarga ku, mas? mereka bisa saja menentang hubungan kita. Apalagi usia mas itu setara dengan usia papa ku."
"Maria, aku akan membuktikan bahwa cinta yang aku miliki ini bisa memenangkan hati kedua orang tua kamu."
"Aku akan mengajak kamu ke New York, setelah kamu berhasil menyakinkan Diandra untuk menerima aku sebagai ibu sambungnya."
"Itu pasti akan aku lakukan."
Hendri memeluk Maria, sementara Maria tersenyum. Sebuah senyuman yang tidak dapat diartikan selain oleh dirinya sendiri.
...----------------...
"Maria, apa apaan kamu dengan menjanjikan Hendri untuk bertemu dengan kedua orang tua?" ketus Antoni setelah dia masuk ke dalam rumah Maria dan menemukan Maria baru saja selesai dari kamar mandi.
"Kamu kenapa sih? datang datang langsung ngomel gak jelas." Maria dengan santai berjalan melewati Antoni dan duduk di depan meja riasnya.
Maria melihat wajah kesal Antoni dari cermin, sambil mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer.
"Maria, aku tidak suka kamu bersikap tidak adil seperti ini."
"Apa maksud kamu dengan mengatakan bahwa aku bersikap tidak adil, mas?" tanya Maria sesaat setelah dia mematikan hairdryer.
"Kamu menjanjikan Hendri untuk bertemu dengan kedua orang tua kamu. Sementara aku yang berstatus sebagai suami kamu. Tidak pernah kamu ajak untuk bertemu dengan orang tua kamu."
Maria bangkit dari tempat duduknya dan langsung menghampiri Antoni.
"Untuk apa kamu mau bertemu dengan keluarga ku?" tanya Maria.
"Apa kamu mau mengatakan bahwa kamu adalah suami siri dan aku menjadi istri kedua kamu? Iya?"
Deg !!
Sebuah tamparan keras seakan mendarat di pipi Antoni. Antoni langsung memalingkan wajahnya.
"Sepertinya keputusan aku untuk memperkenalkan Hendri kepada kedua orang tua aku sudah benar. Setidaknya orang tua dan keluarga ku, akan menganggap bahwa aku tidak lagi berharap untuk bisa memiliki kamu lagi."
"Hendri usianya sangat jauh di atas kamu."
"Lalu kenapa? jika Hendri bisa menyakinkan orang tuaku, apa salahnya?"
"Lagipula...." Maria berjalan mendekati Antoni, dan mencium sekilas bibirnya.
"Jika aku sudah resmi dinikahi oleh Hendri, kita akan kan mempunyai waktu lebih banyak dari yang biasa kita lalui sekarang,"
"Jangan gila kamu, Maria. Aku tidak akan membiarkan pernikahan kamu dan Hendri terjadi."
"Kenapa kamu begitu egois, Antoni? aku meminta kamu untuk bercerai dengan Diandra. Tapi kamu tidak mau."
"Tentu saja aku tidak mau, bagaimana bisa aku bercerai dengan Diandra jika aku belum mendapatkan perusahaan milik Hendri."
Maria tersenyum smirk, dia tahu jika Antoni tidak benar-benar mencintai Diandra.
"Tetaplah diam dan ikuti permainan ku. Aku akan membantu kamu untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan. Aku jamin, kamu akan mendapatkan seluruh harta kekayaan Hendri." Antoni langsung menatap tajam pada Maria.
Maria tersenyum dan langsung mengajak Antoni untuk melakukan apa yang tadi sempat mereka lakukan di kantor siang tadi.
Sementara di rumah megah dan mewah. Diandra sedang berdebat dengan Hendri.
Diandra yang menolak Maria, justru ditentang oleh Hendri.
"Papa akan tetap menikahi Maria, dengan atau tanpa restu kamu."
Setelah mengatakan itu, Hendri pergi meninggalkan Diandra.
"Wanita itu benar-benar sudah meracuni pikiran papa. Aku harus menyusun lebih dari satu cara untuk membongkar kebusukan nya dengan Antoni."
Suara ponsel mengejutkan Diandra saat dia menaiki anak tangga untuk masuk ke dalam kamar nya.
"Halo?"
"Hai, Diandra. Apa kabar?"
"Zay?"
...----------------...
...----------------...
...----------------...
dibilang bodoh ,tpi pintar dibilang pintar ,tpi bodoh..