NovelToon NovelToon
Menantu Luar Biasa

Menantu Luar Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Matabatin / Sistem / Suami Tak Berguna
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Zhiyuan, menantu keluarga Liu yang dulu dicap tak berguna dan hanya membawa aib, pernah dipenjara tiga tahun atas tuduhan yang tidak pernah ia lakukan. Selama itu, dunia menganggapnya sampah yang layak dilupakan. Namun, ketika ia kembali, yang pulang bukanlah pria lemah yang dulu diinjak-injak. Di balik langkahnya yang tenang tersembunyi kekuatan, rahasia, dan tekad yang mampu mengguncang keluarga Liu—dan seluruh kota.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15 Malam yang tenang

Suara Zhiyuan terdengar lembut, seolah menyimpan sedikit rasa malu. “Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Tiga tahun lalu, saat di penjara, aku bertemu seorang teman baik dari ibu kota provinsi. Dialah yang mengajariku segalanya.”

Mereka terus bercakap sepanjang jalan, mereka akhirnya sampai di depan kamar.

Zhiyuan berpura-pura mabuk, bersandar seakan tak berdaya. Liu Yuxin yang membuka pintu merasa tubuhnya menegang, jemarinya gemetar menahan gugup.

Zhiyuan hanya tersenyum dalam hati, membiarkan dirinya ditopang olehnya.

Begitu lampu kamar menyala, sinarnya menyapu ruangan luas. Wajah Liu Yuxin sedikit memerah, namun ia tetap menopang Zhiyuan menuju ranjang couple itu.

Dengan susah payah, ia membawanya ke tepi ranjang. Saat hendak meletakkannya, tubuh Zhiyuan justru menariknya jatuh.

“Zhiyuan—!”

Liu Yuxin terperanjat. Ia salah menahan posisi, tubuhnya menekan sisi lemah Zhiyuan.

Pria itu sempat meringis kesakitan, tapi tetap tak melepaskannya. Justru ia merangkul Liu Yuxin lebih erat.

“Zhiyuan… bukankah ini terlalu cepat?” suara Liu Yuxin bergetar, tubuhnya diliputi kegugupan hingga lidahnya tercekat.

Di bawah dadanya, jantung sang gadis berdegup seperti genderang. Tubuh mungilnya kaku, matanya berkaca-kaca. Melihatnya demikian, Zhiyuan justru tergoda lebih jauh.

Ia membalik posisi, menindih Liu Yuxin, memenjarakannya di bawah tubuhnya.

“Yuxin...”

Nada suaranya berubah lembut, nyaris seperti bisikan manja. Wajahnya yang biasanya dingin kini tampak rapuh, matanya memohon penuh rasa tak berdaya.

Hati Zhiyuan bergetar. Rasanya ia ingin melangkah lebih jauh…

Namun, melihat Liu Yuxin begitu gugup hingga hampir menangis, ia akhirnya menarik napas panjang. Belum saatnya. Ia tak ingin menakuti istrinya.

Zhiyuan bangkit, berjalan ke meja teh, menuangkan segelas air. Dengan nada santai ia berkata, “Vanguard Security telah merebut tempat pertama dalam kompetisi keamanan. Ini waktu yang tepat untuk memperkuat posisi kita.”

Malam itu mereka habiskan dengan membicarakan masa depan perusahaan, tentang harapan, tentang jalan yang masih bisa mereka tempuh.

Percakapan panjang itu, tanpa disadari, perlahan berubah menjadi keheningan hangat ketika keduanya akhirnya tertidur dalam pelukan satu sama lain.

Keesokan paginya, cahaya lembut menembus tirai kamar hotel. Jarum jam menunjukkan pukul sembilan ketika Liu Yuxin membuka matanya. Namun sebenarnya, ia sudah terbangun sejak lama.

Ia tidak beranjak, hanya berbaring diam sambil menatap wajah Zhiyuan yang tertidur tenang di sampingnya. Nafas lelaki itu teratur, ekspresinya damai—berbeda jauh dari kesan keras yang biasanya ia tunjukkan di hadapan orang lain.

Melihatnya seperti ini, seolah semua luka dan beban yang dipikul Zhiyuan selama ini ikut menghilang.

Liu Yuxin tersenyum tipis. Rasa hangat menyelimuti hatinya, perasaan aman yang jarang ia rasakan. Ia takut bergerak, khawatir akan membangunkan lelaki itu yang terlihat begitu lelah.

Jadi, ia tetap diam, hanya membiarkan pandangannya terikat pada wajah suaminya.

Waktu berlalu tanpa terasa. Dari sinar matahari yang semula redup, kini semakin terang menyorot ke dalam ruangan. Yuxin baru tersadar ketika jarum jam hampir mendekati tengah hari.

….

Siang harinya.

Di pintu masuk hotel, koper Zhiyuan sudah rapi di sampingnya. Liu Yuxin berdiri, menatapnya dengan tatapan bimbang.

“Apa kau tidak akan pulang ke Shanghai bersamaku?” tanyanya lirih.

Zhiyuan menoleh, menatapnya penuh keyakinan. “Jangan khawatir. Ada beberapa hal yang harus kuselesaikan di sini. Setelah selesai, aku pasti akan kembali.”

Nada suaranya tenang, penuh kepastian, seakan memberi jaminan yang tak terbantahkan.

Liu Yuxin terdiam sejenak, lalu mengangguk perlahan. Ia percaya. Wajahnya masih menyimpan kebingungan, tapi hatinya lega karena tahu lelaki itu tidak mempermasalahkan apa pun yang telah terjadi.

Akhirnya, dengan langkah berat, ia masuk ke dalam mobil yang akan membawanya menuju bandara.

Begitu Liu Yuxin pergi, ekspresi Zhiyuan berubah dingin. Ia segera menghubungi Lau Xiaoxiao untuk menjemputnya.

Longsheng belum sepenuhnya ia kuasai. Masalah itu harus dibereskan lebih dulu.

“Kalau kau ingin mengambil alih Longsheng sepenuhnya, setidaknya butuh waktu beberapa bulan,” ujar Lau Xiaoxiao serius.

Zhiyuan duduk di sofa, menggeleng pelan. “Aku tak punya waktu sebanyak itu. Dan aku tidak terlalu berpengalaman dalam bisnis. Kalau aku tidak mengamankan posisi sekarang, akan ada masalah besar di masa depan.”

Longsheng memang mengakuinya sebagai penerus Pak Tuan Long Tian, tapi masih ada segelintir orang yang menolak posisinya. Jika ia lengah, mereka bisa jadi ancaman. Belum lagi musuh-musuh lama yang mengintai, menunggu saat tepat untuk menyerang.

“Kalau begitu, kapan kau akan benar-benar mengambil alih Longsheng kalau tidak sekarang?” Nada Lau Xiaoxiao tegas, kacamata reflektifnya berkilat.

Zhiyuan termenung sejenak, lalu bertanya, “Longsheng punya aset apa saja di Shanghai?”

“Di Shanghai, kami memiliki dua perusahaan utama. Pertama, Jinyao Entertainment—sudah berdiri lebih dari sepuluh tahun, salah satu dari sepuluh perusahaan hiburan terbesar di negeri ini. Banyak artis ternama bernaung di sana, termasuk Lee Qingqing yang sedang naik daun.

Kedua, Guishan Real Estate. Perusahaan properti terbesar di Shanghai, menguasai pasar selama puluhan tahun.”

Mendengar itu, Zhiyuan tersenyum tipis. “Aku akan mulai dari Jinyao Entertainment dulu.”

“Baiklah. Aku akan menyiapkan sekretaris pribadi untuk membantumu,” jawab Lau Xiaoxiao sambil mencatat.

Zhiyuan berdiri hendak pergi.

“Kau benar-benar tidak mau tinggal di ibukota?” tanya Lau Xiaoxiao sekali lagi, nada suaranya mengandung kekhawatiran.

“Aku sudah memutuskan. Sisanya kupercayakan padamu.”

Tanpa menoleh ke belakang, ia meninggalkan wanita itu sendirian.

Masalah di ibukota provinsi untuk sementara selesai. Di hatinya, ada rasa lega. Pandangannya menatap jauh keluar jendela pesawat, matanya penuh dengan tekad baru.

“Penerbangan ke Shanghai segera berangkat...”

....

Begitu Zhiyuan tiba di Shanghai, ia tidak menuju kontrakan lamanya. Alih-alih, langkahnya ringan penuh semangat saat pulang ke rumah.

Baru setengah hari sejak terakhir kali ia melihat istrinya, tapi rasa rindu sudah mencengkeram hatinya. Bayangan Liu Yuxin yang malu-malu semalam membuatnya tidak sabar menekan gagang pintu.

Suara pintu yang terbuka membuat dua sosok di ruang tamu menoleh dari arah televisi.

“Zhiyuan?”

Kening Liu Hong langsung berkerut. Meski sempat mendengar Liu Yuxin menyebut soal kompetisi keamanan provinsi, tatapannya pada Zhiyuan tetap penuh ketidaksukaan.

'Hanya jago berkelahi, lalu apa?' pikirnya.

Sebaliknya, Liu Zhiya justru melompat bangun dengan wajah berseri.

“Kakak ipar! Kau akhirnya pulang! Itu salahku kemarin… aku seharusnya tak menuduhmu sembarangan sampai seluruh keluarga salah paham. Aku minta maaf, kakak ipar. Kau bisa memaafkanku, kan?”

Gadis itu tampil menawan dalam gaun putih, rambut panjangnya tergerai lembut. Dengan langkah ringan, ia menggenggam lengan Zhiyuan, matanya berbinar penuh harap.

Zhiyuan sempat kikuk menghadapi antusiasme mendadak itu. Ia berusaha menarik lengannya, namun Liu Ya terus menempel seperti koala. Akhirnya, ia menaruh barang bawaannya dulu, lalu berkata datar,

“Baiklah, aku maafkan. Sekarang lepaskan tanganku.”

Pipi Liu Zhiya memerah, buru-buru melepaskannya seakan tersengat listrik.

Melihat pemandangan itu, Liu Hong tak bisa menahan diri lagi. Nada suaranya ketus,

“Cuma bisa menang satu dua pertandingan lalu merasa hebat? Lihat Liu Yuxin—dia masih sibuk di perusahaan, tak sempat pulang makan. Dan kau? Asyik main di ibu kota provinsi. Apa kau bisa membantunya? Dasar pemalas, kerjaannya cuma makan, minum, dan buang waktu!”

1
Jujun Adnin
kopi mendarat
Prajapati
author koplak.hanya segini kemampuanmu..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!