Dimas, Arya, dan Steven lahir dengan keistimewaan yang sama. Sama-sama memiliki orang tua kaya raya membuat mereka bebas melakukan apa saja. Hidup mereka hanya berisi tentang bermain dan foya-foya.
Hingga suatu ketika, peristiwa yang menimpa mereka memaksa mereka untuk bersikap dewasa dan bijaksana dengan caranya masing-masing.
Elena yang terlahir cantik merasa hidupnya selalu sengsara. Hanya kakek dan neneknya yang merawatnya sejak kecil dengan tulus yang membuatnya mampu bertahan hidup.
Bagaimana mereka bertemu? Apakah setelah bertemu dengan trio tangguh hidup Elena menjadi berubah? Mari kita simak kisah mereka yang penuh warna-warni..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Interview with The Big Boss
Dimas menelpon Arya sebelum ia berangkat kerja.
"Halo, ya', gimana interview kemarin?"
"Lumayan. Oh iya, jumlah yang di interview kan ada 5, tapi aku gugurin satu orang jadi tinggal 4 orang"
"Loh, emang kenapa?"
"Jadi yang satu orang ini berasal dari Universitas yang sama dengan Elena, tapi pas aku cek ijazahnya kok agak beda sama ijazah Elena. Trus aku punya kenalan di Universitas itu, aku cek ternyata ijazahnya palsu, Dims. Jadi aku gugurin dia. Ga apa-apa kan?"
"Iya ga apa-apa, ya' justru aku terima kasih banget sama kamu karena udah teliti sama calon pegawai kita. Coba kalau dia masuk ke perusahaan, bisa malu aku"
"Syukur kalau kamu ga masalah. Trus masalah yang kemarin gimana?"
"Nanti kita omongin lagi aja. Panjang ceritanya."
"Ya udah, kabarin lagi aja kalau mau di omongin lagi sama Tev"
"Oke deh, aku siap-siap berangkat dulu ya"
"Iya, Hati-hati Dims.. Jangan sampai ngebut, kalau ada apa-apa kan kamu yang rugi, soalnya kamu kan belum nikah! Wkwkwkwk... "
"Ish... Kamu nih pagi-pagi udah bikin kesel aja. Udah dulu ah... Byeee... "
"Bye... "
Dimas kemudian menutup telepon dan bersiap untuk berangkat kerja.
**
Elena telah tiba di perusahaan Dimas lima belas menit sebelum jam 9. Ia lega pagi ini berjalan dengan lancar. Jalanan tidak terlalu macet dan bajunya tidak kotor seperti kemarin. Semoga interviewnya juga berjalan lancar.
Dimas tiba tepat waktu dan langsung meminta Bu Astri untuk memanggil satu persatu calon pegawai yang akan di interview. Elena dapat yang terakhir di interview. Tapi rata-rata calon pegawai yang di interview tidak terlalu lama, tidak sampai 10 menit per orang. Hingga tiba giliran Elena.
Sebelum masuk, Elena terlebih dahulu mengetuk pintu.
"Silakan masuk"
"Selamat pagi Pak, saya Elena" Ucap Elena sambil mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Dimas.
Jadi ini yang namanya Elena, yang dibicarakan oleh Eyang dan Arya, ucap Dimas dalam hati. Dimas memperhatikan penampilan Elena yang sederhana dan tanpa polesan make up yang berlebihan. Ia cantik. Kalau di dandani pasti lebih cantik lagi, pikir Dimas.
Elena pun sekilas melirik Dimas. Wajahnya tampan, tapi agak kekanak-kanakan. Di antara trio tangguh, Dimas memang selalu mengklaim wajahnya paling terlihat awet muda di bandingkan dengan Arya dan Steven.
Tetapi selain wajahnya yang terlihat kekanak-kanakan, sifatnya juga kadang masih seperti anak-anak. Di trio tangguh Dimas paling sering ngambek atau baperan. Makanya Arya dan Steven paling senang menggoda Dimas.
"Ehem... Selamat pagi. Silahkan duduk... Maaf seharusnya kamu ketemu saya kemarin, tapi karena ada meeting mendadak, jadi interview di wakilkan oleh wakil saya."
'Maksud Bapak wakil bapak yang bernama Pak Ksatria?"
"Iya"
"Tapi sepertinya Pak Ksatria juga tidak datang jadi saya kemarin di interview oleh kak Arya, sahabat Bapak."
"Maaf, maksudnya gimana ya?"
"Iya, seperti saya bilang tadi. Kak Arya sahabat Bapak kan?"
"Iya, dia sahabat saya dari kecil"
Dimas menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kak Arya? Maksudnya apa ya? Aku jadi bingung. Pasti ada salah paham di sini.
"Tapi sebenarnya saya salut sama Pak Dimas yang sedari kecil bersahabat dengan kak Arya tapi sampai sekarang masih mau bersahabat walau berbeda jalan hidup. Bapak masih mau berteman dengan kak Arya walaupun dia bekerja di bengkel dan bapak sebagai CEO di perusahaan ini"
Dimas menaikan sebelah alisnya. Aku benar-benar harus bicara dengan Arya.
"Eh... Maaf Pak kalau saya lancang bicara seperti itu"
"Ehem... Tidak apa-apa, Elena. Coba saya lihat, nama lengkap kamu Elena Adriani Putri. Kamu lulusan Universitas Nusantara?"
"Iya Pak"
"Kamu pernah bekerja di beberapa tempat ya?"
"Iya Pak, sejak SMU saya sudah bekerja paruh waktu"
"Sewaktu kuliah kamu bekerja sambil kuliah sebagai resepsionis?"
"Iya Pak"
"Kenapa resign?"
"Sebenarnya saya tidak resign Pak, tapi diberhentikan karena pengurangan pegawai. Apalagi saat itu saya masih lulusan SMU, jadi saya kalah dengan pegawai lain yang sudah sarjana"
"Begitu ya... Setelah lulus kuliah kamu bekerja di pabrik?"
"Iya Pak"
"Jadi kamu belum pernah punya pengalaman bekerja sebagai sekretaris?"
"Belum Pak"
"Tapi sewaktu masih bekerja sebagai resepsionis kamu sempat belajar filing atau penyusunan data dan pembukuan, kan?"
"Iya Pak, kadang saya juga bantu sekretaris perusahaan jika sedang banyak pekerjaan yang mengharuskan beliau untuk lembur, jadi saya tahu sedikit-sedikit."
"Hmm... Baik... Saya akui resume atau CV kamu cukup mengesankan, walau kuliah kamu juga hanya lulusan dari Universitas kecil yang kurang terkenal."
"Hanya lulusan Universitas kecil yang kurang terkenal? Tapi kampus saya kan setara dengan Universitas lain, Pak. Bukannya yang penting kualitas dari lulusannya, Pak?"
"Bukan itu maksud saya. Maaf kamu marah ya?"
"Saya ga marah kok, justru saking senangnya saya sampai ingin menggerogoti kaki meja!"
"Ya ampun, kamu sebenarnya orang atau rayap sih? Kok doyan sama kaki meja?"
Pak Dimas ini sebenarnya ngerti sarkasme ga sih? Gerutu Elena dalam hati.
Tapi setelah itu Dimas malah tertawa terbahak-bahak. Dia suka sekali menggoda Elena. Ternyata dia lucu juga.
"Kenapa, Pak? Ada yang lucu ya?"
Dia masih marah rupanya. Aku benar-benar suka melihatnya. Tambah marah justru dia semakin kelihatan cantik. Aku akan mempertimbangkan untuk menerimanya, batin Dimas.
"Tidak... Tidak ada yang lucu kok. Baik, sampai disini dulu interviewnya. Kamu akan di hubungi jika di terima disini. Siap bekerja kapan saja kan jika diterima? "
"Iya siap, Pak"
"Baik, sampai bertemu lagi, Elena"
Setelah itu Dimas dan Elena berjabat tangan.
**
Setelah selesai interview, Elena pulang. Di tengah perjalanan, Elena memikirkan kata-kata Dimas tadi. Sampai bertemu lagi, katanya? Apakah ini berarti aku akan di terima?
Tapi Elena menyingkirkan perasaan itu. Ia tidak mau besar kepala dan terlalu berharap karena ia takut kecewa seperti sebelumnya.
**
Sepulang bekerja, Dimas langsung menuju rumah keluarga Arya setelah sebelumnya ia menelepon terlebih dahulu untuk menanyakan apakah Arya sedang ada di rumah atau tidak.
Arya harus menjelaskan semuanya, karena Dimas yakin ada salah paham antara Elena dan Arya. Sudah agak lama memang Dimas tidak menginjakkan kakinya di rumah Arya karena selama ini mereka lebih sering bertemu di Cafe Sam.
Selain karena kesibukan, Dimas juga sebenarnya enggan bertemu dengan ayah Arya jika ia datang ke rumah keluarga Arya. Biasanya ayah Arya akan selalu membahas hal yang sama, ia akan meminta Dimas untuk membujuk Arya agar mau menggantikan dirinya di perusahaan yang telah ia rintis dari bawah.
Tetapi hari ini ia membuat pengecualian karena ia harus mendengar sendiri dari mulut Arya kenapa ia membohongi Elena.
r dan dim jgn karena ditolak trs main perempuan lg jgn ya di. justruk tu jukan padA dita lanjut up lg mks