PESONA PELAKOR LIAR

Memasuki hari weekend, pikiran Alex makin tidak tenang. Bolak-balik dia melihat ponsel, takut bila mana Dafina tiba-tiba mengajaknya kencan, soalnya sudah dua hari Dafina tidak menghubunginya. Mau menghubungi wanita itu duluan jelas Alex merasa ogah.

Akhirnya dia kembali membohongi Sisca lagi dengan mengatakan hari ini tidak bisa keluar. Alex harus pulang ke rumah keluarga.

Sisca pun nampaknya tidak mempermasalahkan itu karena setiap Sabtu dan Minggu dia selalu pulang ke Bogor, tempat tinggalnya.

"Ah, beteeee!" Alex membanting tubuhnya kesal.

"Apa aku pergi aja? Tapi nanti kalau dia tiba-tiba ngehubungin gimana? Kan gak enak kalau lagi main tiba-tiba diajak jalan," sungut lelaki itu.

Alex memutar bola matanya. "Kok hidup aku kayak jadi penuh beban gini, ya?" gumamnya saat berpikir.

"Telpon aja kali!" Lelaki itu sudah mengambil ponsenya. Tetapi ia urungkan kembali demi mempertahankan rasa gengsi. Alex tidak mau dicap butuh duluan dan membuat Miss D besar kepala.

Lelaki itu kemudian turun dari ranjang. Dia mengambil dompet dan kunci mobil, berniat mencari sarapan yang ada di sekitaran apartemen.

"Astaga ...." Alex nyaris jatuh ke belakang saat membuka pintu apartemennya. Tampak Dafina sudah rapi dan wangi tepat berdiri di hadapannya.

"Miss?" Mata lelaki itu tertuju ke bawah. Ada sebuah rantang susun di tangan Dafina.

"Miss tahu dari mana rumahku?"

"Apa itu penting?" Dafina menaikkan setengah bahunya. "Sebaiknya kamu persilakan aku masuk sebelum ada yang lihat kita berdua."

Alex tak menjawab. Matanya masih belum fokus karena baru saja ia melihat lutut mulus Dafina. Wanita itu mengenakan rok span yang hanya menampilan sebagian kakinya. Tetapi mata Alex tampak mengagumi pemandangan itu.

"Alex, apa yang kau lihat?

"I ... Iya. Masuklah ...." Alex berusaha menelan ludahnya dengan susah payah. Ia mengelus dada saat Miss D perlahan masuk ke apartemennya lalu duduk di ruang tamu.

"Miss bawa apa?" Lelaki itu melirik rantang plasting yang baru saja ditaruh ke atas meja demi menutu rasa gugup.

Ya, terus terang saja Alex merasa gugu sekali. Lelaki di luar sana pasti juga akan merasakan hal yang sama jika didatangi wanita sensasional dan elegan sepagi ini.

"Ah, ini sarapan untukmu. Kupikir kamu harus sarapan dulu sebelum kita pergi."

"Memangnya kita mau pergi kemana?" Alex mendekat lalu duduk di hadapan Dafina dengan mata yang masih menatapnya.

"Kemana saja itu urusanku. Yang jelas kita tidak akan ada di Jakarta."

"Wah, pasti Anda takut nama baik Anda jadi jelek jika ketahuan jalan dengan mahasiswanya."

Dafina tak menyangkal. Selama ini dia selalu melakukan dengan cara mulus setiap kali jalan dengan berondong.

"Makanlah," ucap Dafina sengaja mengalihkan pembicaraan.

Alex mulai membuka ranjang itu dan menjejerkannya satu-persatu. Tampak makanan yang enak dan menggiurkan. Baunya sangat harum dan tentunya menggoda perut yang tengah lapar.

"Ini Miss yang masak?"

"Hmm. Kamu tidak percaya?"

Alex tertawa. "Dari penampilannya, sepertinya Miss lebih terlihat seperti wanita karier yang hobi dandan dan shoping. Memangnya Miss bisa masak?"

"Masak adalah salah satu hobiku. Biasanya orang yang memakan masakanku akan berkata, belum pernah menemukan makanan dengan rasa yang khas seperti itu."

"Benarkah?" Alex memasang wajah penuh ejekan. "Mana ada masakan yang seperti itu, Miss?"

"Tentu saja ada. Masakanku selalu beda. Meski menunya pernah kamu lihat di luar sana, tapi ciri khas yang aku miliki hanya ada di masakanku."

"Jadi menurut Miss masakan orang lain tidak enak gitu?"

"Bukan tidak enak! Semua makanan pasti enak, tetapi masakanku memiliki kasta dimana orang akan langsung mengenali itu adalah masakanku!"

"Ribet sekali ya, Miss? Mau makan doang harus kenalan dulu." Alex terkekeh. Ketimbang makanan saja Miss D harus menjelaskan sedetail itu.

Ia lalu mulai menyendok makanan di rantang itu.

Pyarrrr ....!

Rasanya seperti pecah di mulut. Alex baru pertama kali ini memakan makanan dengan rasa yang berbeda.

"Beda bukan?"

Mengaku kalah, dia mengangguk. Tanpa mengucapkan sepatah kata Alex langsung menyapu bersih semua makanan yang ada di meja.

"Miss D ini sempurna sekali," batinnya dalam hati.