"Mama kemana, ti? Kok ndak pulang - pulang?"
-----------
"Nek nanti ada yang ajak kamu pergi, meskipun itu mamak mu, jangan ikut yo, Nduk!"
-----------
"Nggak usah urusin hidup gue! lu urus aja hidup lu sendiri yang rusak!"
-------------
"LEA! JANGAN DENGER DIA!!"
-------------
"GUE CUMA MAU HIDUP! GUE PENGEN HIDUP NORMAL!! HIKS!! HIKS!!"
-------------
"Kamu.. Siapa??"
----
Sejak kematian ibunya, Thalea atau yang lebih akrab di sapa dengan panggilan Lea tiba - tiba menjadi anak yang pendiam. Keluarga nya mengira Lea terus terpuruk berlarut larut sebab kematian ibunya, tapi ternyata ada hal lain yang Lea pendam sendiri tanpa dia beri tahu pada siapapun..
Rahasia yang tidak semua orang bisa tahu, dan tidak semua orang bisa lihat dan dengar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 16. Cuma Lea yang tahu.
Lea sampai di rumah dan sembari memijat kaki utinya, Lea bertanya pada utinya..
"Ti, kuburan nya mama di mana?" Tanya Lea.
Utinya terkejut, tidak pernah Lea bertanya tentang makam ibunya, sekarang tiba - tiba Lea bertanya untuk pertama kalinya.
"Kamu mau jenguk mama?" Tanya utinya dan Lea mengangguk.
"Ayo, uti anter ke rumah mama kamu. Tapi.. Kamu cari dulu kembang yo, nduk." Ujar utinya Lea..
"Kembang apa, ti?" Tanya Lea.
"Mawar boleh, kembang soka juga boleh, kembang melati boleh, kenanga boleh. Kembang kertas boleh, sama daun pandan yo nduk." Ujar utinya.
"Kembang soka yang seperti apa, ti?" Tanya Lea, dia baru dengar namanya.
"Yang ada di depan rumah nya mama Malik, itu kembang soka. Yang kembang nya warna merah.. Tapi ijin yo nduk sama yang punya." Ujar nenek Lea dan lea mengangguk.
Lea bangun lalu pergi dari rumah, dia mengingat - ingat rumah siapa yang memiliki tanaman bunga yang di sebutkan oleh nenek nya. Di ingatan Lea dia tidak pernah melihat orang yang memiliki bunga - bunga itu, hanya orang - orang tertentu yang punya, salah satu nya bu Marni.
"Ndak boleh kesana tapi." Gumam Lea.
"Lea.."
DEG!
Lea terkejut tiba - tiba suara sosok yang tak di lihat nya itu tiba - tiba terdengar.
"Kamu mau cari kembang ya?" Tanya suara itu.
"Iya." Sahut Lea.
"Ayo ikuti aku, aku tau kembang paling cantik ada di mana." Ujar suara itu.
"Jauh ndak?" Tanya Lea.
Seperti berbicara dengan manusia, Lea menjawab dengan langsung bukan dari dalam hatinya. Dan kebetulan lek Bowo pulang dan melihat Lea bicara sendiri, Lek Bowo mengernyitkan kening nya melihat keponakan nya bicara sendiri di depan rumah.
"Ayo.." Ujar Lea.
"Heh! Koe ngomong sama siapa?!" Ujar lek Bowo, kedatangan nya mengagetkan Lea.
"Temen Lea, lek." Ujar Lea, secara gamblang menyebut suara sosok tadi teman nya.
Lek Bowo kebingungan, dia tidak melihat siapapun di sana, dan jelas - jelas dia melihat Lea bicara sendiri.
"Koe kesambet?" Ujar lek Bowo, dia menghampiri Lea lalu menyentuh kening nya.
"Ndak panas tapi. Koe jangan ngomong sendiri, kok koyo wong kentir (gila)." Ujar lek Bowo.
Lea baru yakin bahwa teman nya itu memang tidak bisa di lihat. Bukan hanya dia yang tidak melihat si pemilik suara itu, tapi lek Bowo pun sama.
"Lek ndak lihat temen Lea, toh?" Tanya Lea, Bowo makin kebingungan.
"Koe ojo medeni (nakutin), ndak ada temenmu di sini." Ujar lek Bowo, Lea makin yakin sekarang, teman nya memang tidak terlihat.
Lek Bowo masuk kedalam, meninggalkan Lea yang masih mematung mencerna semua nya. Dia ingat memang dulu dirinya bisa melihat mereka yang tidak kelihatan, tapi sudah bertahun - tahun dia tidak bersinggungan lagi dengan mereka mengapa sekarang dia bisa mendengar suara mereka?
"Kok aku bisa denger mereka lagi." Gumam nya.
"Karena kamu istimewa, Lea." Ujar suara anak kecil itu kembali muncul.
"Aku nanti di kira gendeng kalo ngomong sama kamu." Ujar Lea, dia menatap udara kosong.
"Kamu bisa jawab aku dari dalam hati kamu, Lea. Aku bisa dengar isi hatimu.." Ucap sosok itu lagi.
"Oh ya? Ya wes kalo gitu. Aku mau cari kembang dulu." Ujar Lea lalu melangkah pergi.
Dari dalam rumah, lek Bowo ternyata memperhatikan Lea. Dia mengernyit heran karena keponakan nya bicara dengan udara kosong..
"Mak, Lea kok ngomong sendiri, yo?" Ucap lek Bowo.
"Ngomong sendiri pie?" Tanya utinya Lea.
"Dia ngomong sama angin, katanya mata batin nya sudah di tutup, kok masih aneh bocah iku." Ujar lek Bowo, utinya terkejut..
Utinya ingat dengan apa yang Kyai katakan padanya saat itu, bahwa Lea pasti akan kembali terbuka lagi mata batin nya, karena itu takdir nya Lea atau kelebihan Lea.
"Selama Lea ndak ketakutan, ndak apa - apa.." Ucap utinya.
Berpindah ke sisi Lea..
Lea berjalan sambil membawa kantong kresek di tangan nya, dia akan memasukan bunga - bunga yang di dapat nya ke kantong nya. Tapi ternyata tidak semudah itu mendapatkan bunga, ada beberapa tetangga yang memiliki bunga yang Lea cari, tapi mereka tidak mengizinkan Lea memetik nya.
"Ndak boleh, kamu cari saja tempat lain, iki wes botak pohon nya." Ujar si pemilik.
"Iya, wa.." Sahut Lea.
Lea hanya baru mengantongi bunga soka yang dia dapatkan dari rumah Malik, mawar, melati, dan yang kain nya belum dia dapatkan.
"Lea, koe ngapain?" Tanya salah satu teman main Lea dulu.
"Cari kembang.." Sahut Lea.
"Buat apa?" Tanya teman nya.
"Buat ke kuburan mamaku." Sahut Lea.
"Di sekolah ada kembang yang buat orang mati, coba aja ke sekolah." Ucap nya.
"Makasih yo, Rin." Ujar Lea dan teman nya mengangguk.
Mereka tidak bermain bersama lagi karena Lea memang tidak main lagi, keseharian Lea selalu di rumah, main pun di rumah. Lea tidak bermain jauh - jauh karena takut mendengar gunjingan orang, jadi dia kebih memilih bermain di rumah saja. Kalau ada teman nya yang datang tentu Lea bermain seperti biasanya, tapi jika tidak ada yang datang maka Lea bermain sendiri.
Lea berjalan ke arah sekola, melihat gerbang nya yang tertutup semangat nya hilang. Tidak mungkin dia manjat pagar, bisa di teriaki maling nanti.
"Gimana yo, ndak bisa manjat aku." Gumam Lea, dia ingat pesan utinya.
Merasa nihil, akhir nya Lea mengurungkan niat nya, dia akhir berbalik dan hendak pergi dari depan gerbang sekolah, tapi tiba - tiba ada sebuah bola yang terbang nyaris menghantam gerbang dan masuk ke dalam halaman sekolah itu.
"Yah! Masuk ke dalem." Ujar seorang anak laki - laki.
Lea sangat terkejut saat anak laki - laki itu tiba - tiba berlari ke sebalah nya sambil memegangi kepalanya..
Wajah nya asing bagi Lea, dia tidak pernah melihat anak itu di desa nya. Dan dari logat bahasa nya Lea yakin dia bukan anak penduduk desa nya.. Kulit nya putih, wajah yang tampan, usia nya mungkin lebih besar dari Lea dan matanya indah.
"Boleh masuk ke dalam nggak?" Tanya anak itu pada Lea. Tapi tatapan anak itu seketika terkejut daat melihat Lea.
"Ndak tau, gerbang nya di kunci." Sahut Lea.
Ya, Lea tidak pernah melihat anak itu sebelum nya.. tapi Lea heran karena anak itu begitu terkejut saat melihat dirinya, seperti.. melihat hantu.
"Esa, bola nya mana?" Tanya anak laki - laki yang baru datang..
"Ke dalem, tapi gerbang nya di kunci." Sahut anak laki - laki tampan tadi.
"Eh, ada Lea. Ngapain koe di sini, Le?" Tanya yang baru datang, dia teman Lea.. Rama namanya.
"Mau minta bunga itu, boleh ndak ya, Ram?" Tanya Lea, sambil menunjuk bunga yang di maksud.
"Go opo?" Tanya Rama, heran.
"Aku mau di ajak ke kuburan mama, di suruh uti cari kembang dulu." Sahut Lea.
"Ambil ae, banyak kok yang ambil." Ujar Rama.
"Aku ndak berani manjat nya." Ujar Lea.
"Weleh, Sek tak ambilkan." Ujar Rama, dia lalu memanjat pagar gerbang sekolah.
"Loh, Ram kamu ngapain!?" Anak laki - laki yang di panggil Esa itu terkejut saat Rama naik.
"Ambil bola, kan bola nya masuk." Ujar Rama.
"Di marahin ndak, Ram?" Tanya Lea.
"Ndak." Sahut Rama santai.
Rama berhasil masuk kedam, dia berlari mengambil bola nya dan kemudian berlari ke arah pohon bunga kertas yang berwarna merah muda itu. Rama mematahkan satu tangkai namun berbunga banyak, dan kemudian dia berlari menuju gerbang.
"Nih kembang nya, Le." Ucap Rama, di lempar melewati atas pagar.
"Esa tangkap ya bola nya." Ujar Rama, lalu melempar kan bola itu pada Esa.
"Makasih, Rama." Ujar Lea, dia senang mendapat bunga yang indah itu.
"Iyo, aku balek bal - balan (main bola) lagi." Ujar Rama lalu menarik tangan Esa yang entah kenapa menatap Lea terus.
"Oo.. Itu sodara nya Rama toh.." Gumam Lea, lalu pergi.
Tak lama Lea pergi, anak laki - laki bernama Esa itu kembali lagi di gerbang sekolah, dia menggandeng tangan seorang perempuan yang tampak cantik.. ibunya.
"Udah pergi ma, orang nya." Ujar Esa.
"Memang nya kamu lihat apa?" Tanya ibunya Esa, wajah nya belum terlihat.
"Aku liat hantu di belakang anak itu.." Ucap Esa.
"Tante Dara, di cariin om Amar." Teriak Rama.
BERSAMBUNG!
Tinggal sama demit mungkin lebih baik😅, daripada sana sini gak diterima
Lalu kendalikan tuh para setan, buat nakut2 para orangtua yang tak bertanggungjawab....
atau jadi dukun sekalian ....
balikkan keadaan ,jadikan dirimu wanita sukses.
Lea sdh berkembang lagi
miris nasibnya Lea ,
jgn2 nenek2 itu yg mengawali terbuka nya mata batin Lea