Setelah malam naas penjebakan yang dilakukan oleh Adik tirinya, Kinanti dinyatakan hamil. Namun dirinya tak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.
Kinanti di usir dari rumah, karena dianggap sebagai aib untuk keluarganya. Susah payah dia berusaha untuk mempertahankan anak tersebut. Hingga akhirnya anak itu lahir, tanpa seorang ayah.
Kinanti melahirkan anak kembar, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kehadiran anak tersebut mampu mengubah hidupnya. Kedua anaknya tumbuh menjadi anak yang genius, melebihi kecerdasan anak usianya.
Mampukah takdir mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang menghamilinya? Akankah kedua anak geniusnya mampu menyatukan kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya dalam karya "Anak Genius : Benih Yang Kau Tinggalkan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Datang Ke Jakarta
"Er, apa anak itu jadi datang hari ini ke Jakarta? Apa kamu sudah mempersiapkan fasilitas hotel untuknya? Rencananya, besok kita akan bertemu dengannya jam berapa? Oh ya, dia akan datang ke Jakarta bersama siapa?" serentetan pertanyaan terlontar dari bibir Gio.
"Sudah Tuan, tetapi saya tidak tahu mereka akan sampai ke Jakarta jam berapa. Karena anak itu pergi dengan menggunakan kendaraan sendiri, dengan di dampingi ayah dan bundanya. Besok kita bertemu jam 09.00 WIB, mereka akan datang ke perusahaan ini. Sekalian dia akan melihat situasi perusahaan," jelas Erland dan Gio hanya manggut-manggut.
Kinanti, kembar, dan juga Dimas kini sudah dalam perjalanan menuju Jakarta dengan menggunakan mobil Dimas. Kinanti dan Bunga duduk di kursi belakang, sedangkan Satria duduk di kursi penumpang sebelah Dimas.
"Aku tak menyangka, kalau akhirnya aku bisa menginjakkan kakiku di kota Jakarta kembali. Aku sangat merindukan kota yang memiliki kenangan yang indah dan juga menyedihkan. Sudah enam tahun lamanya aku pergi meninggalkan kota itu. Ayah, apakah kau masih membenci anakmu ini?" Kinanti bermonolog.
"Nanti kalau kita sudah di Jakarta, Bunda akan mengajak kalian ke kuburan nenek ya," ujar Kinanti.
"Kita sekalian jalan-jalan juga ya Bun. Aku ingin tahu kota Jakarta. Kata teman-teman aku di sekolah, di Jakarta banyak tempat wisata yang seru," ujar Bunga.
Kemungkinan mereka akan menginap di Jakarta selama tiga hari, tetapi bisa juga lebih lama. Jika pekerjaan Satria belum selesai. Kinanti juga berniat menengok rumah ayahnya dari luar, karena dirinya tak berani untuk bertemu dengan ayahnya. Kinanti tak tahu kalau ayahnya sudah meninggal, dan kini seluruh harta kekayaan ayahnya di kuasai oleh ibu tirinya.
"Nan, bukannya kamu juga orang Jakarta? Kamu tak sekalian mampir ke rumah kamu?" tanya Dimas, membuat wajah Kinanti berubah sedih.
"Berarti ayah juga tinggalnya di Jakarta dong, Bun? Kita sekalian saja cari ayah. Aku sudah sangat ingin bertemunya," ungkap Bunga. Bunga lebih ceriwis dibandingkan Satria. Satria justru hanya menyimak percakapan mereka, dan dia justru merasa penasaran tentang kehidupan Bundanya. Karena meskipun dirinya terlihat kuat, dia juga tetap seorang anak yang menginginkan seorang ayah di dalam hidupnya.
Kinanti tampak terdiam, dia bingung apa yang harus dia katakan pada anaknya. Karena dia tak tahu siapa ayah dari mereka. Kelak, Kinanti akan menceritakan semuanya kepada kembar. Agar kembar tak akan membencinya, karena salah paham. Karena dirinya tak pernah menjauhi mereka dari ayah kandungnya.
"Maaf, Bunda belum bisa menceritakan semuanya kepada kalian sekarang. Kalian masih sangat kecil untuk mengetahui permasalahan orang dewasa," ucap Kinanti lembut dan Bunga tampak menganggukkan kepalanya.
"Bunda juga ingin sekali membawa kalian ke rumah kakek, mengenalkan kalian kepada kakek. Tetapi Bunda takut kalau kakek kalian tak menerima kehadiran kalian. Ayah, Kinan kangen sama Ayah," ucap Kinanti lirih dalam hati.
Rasanya begitu sesak, jika mengingat apa yang terjadi di hidupnya dulu. Namun, kesedihan Kinanti kini di ganti kebahagiaan dengan hadirnya kembar di hidupnya. Kedua anaknya memberikan rezeki luar biasa untuknya.
Kini mereka sudah sampai di Jakarta, Bunga merengek meminta makan ayam kriuk. Hingga akhirnya Kinanti menurutinya.
"Wah, Mall di Jakarta besar ya? Bunga jadi ingin tinggal di jakarta saja, tak mau pulang lagi ke Yogya," ungkap Bunga.
"Jangan seperti itu dong, nanti Ayah Dimas sedih kalau kalian tak ada lagi di Yogya. Kalau Ayah kangen sama kalian bagaimana?" tanya Dimas.
"Ayah ikut kami saja tinggal di Jakarta, tak usah pulang lagi ke Yogya," jawab Bunga.
Obrolan mereka terhenti. Karena mereka harus segera masuk ke dalam restoran. Mereka sudah berada di dalam restoran ayam kriuk. Sejak tadi ada orang yang terus memperhatikan Kinanti.
"Kinanti? Apa benar wanita itu Kinanti? Apakah anak yang bersamanya itu adalah anak-anaknya? Lantas siapa laki-laki yang bersamanya?" ujar Agung.
Agung adalah orang kepercayaan ayahnya. Banyak hal yang Ayah Johan percayakan kepada Agung. Dia juga sempat menceritakan atas apa yang terjadi dengan Kinanti. Agung tentu saja terkejut mendengarnya, dia merasa tak percaya atas apa yang dilakukan Kinanti. Sebenarnya sejak dulu Agung sudah memiliki perasaan kepada Kinanti, tetapi Agung takut kalau bosnya tak suka kalau dia menjalin hubungan dengan anaknya.
Agung berniat menghampiri Kinanti untuk memastikan. Karena wajah Kinanti dari dulu tak berubah sampai sekarang. Meskipun kini lebih terlihat lebih dewasa.
"Kinanti?" sapa Agung yang akhirnya menghampiri Kinanti yang sibuk dengan Bunga.
"Kak Agung? Apa kabar Kak?" sapa Kinanti balik.
"Kamu yang bagaimana kabarnya. Kakak kehilangan kontak kamu. Sewaktu Ayah kamu meninggal, Kakak tungguin kamu. Tetapi kamu tak datang," ungkap Agung membuat Kinanti shock seketika. Mendengar Ayahnya sudah meninggal. Air matanya langsung menetes. Dirinya tak bisa bertemu ayahnya di detik-detik ayahnya menghembuskan napas terakhirnya.
"Ya Allah, jadi kamu tidak tahu Ayah kamu sudah meninggal?" tanya Agung dan Kinanti menggelengkan kepalanya lemah.
Kinanti menceritakan sama Agung, setelah dirinya memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah. Dia sudah lost contact dengan ayahnya.
"Sabar ya Nan! Saran Kakak, sebaiknya kamu secepatnya urus harta kekayaan Ayah kamu yang selama ini dikuasai oleh ibu tiri dan adik tiri kamu. Sebenarnya kakak juga curiga dengan kematian Ayah kamu, seperti yang tak wajar. Soalnya yang Kakak tahu, Ayah kamu itu sehat. Terus tiba-tiba jadi sakit-sakitan. Sudah cukup lama Kakak menunggu kamu kembali ke Jakarta. Baru hari ini kita dipertemukan. Oh ya, ini suami kamu? Ini anak-anak kamu?" tanya Agung. Dia penasaran dengan kedua anak kecil dan laki-laki yang berada bersama Kinanti.
"Oh ya Kak, kenalkan ini anak-anak Kinan. Yang cowok namanya Satria dan cewek namanya Bunga. Yang ini namanya Dimas, dia orang yang banyak membantu aku Kak," jelas Kinanti.
Hati Dimas terasa sakit, Karena Kinanti masih saja tak bisa menerima dirinya sebagai orang yang spesial. Berbeda halnya dengan Agung yang justru sedikit tenang. Dia berniat menanyakan banyak hal kepada Kinanti. Agung berniat melamar Kinanti, kalau Kinanti belum menikah. Tak ada penghalang lagi bagi Agung untuk mengungkapkan perasaannya kepada Kinanti.
Agung bertukar nomor telepon, mereka berjanji akan bertemu besok. Banyak hal yang harus Kinanti bicarakan dengan Agung. Benar kata Agung, dia harus merebut kembali harta kekayaan ayahnya dari tangan Ibu tirinya. Sepertinya dia membutuhkan waktu lama di Jakarta.
Percakapan mereka terhenti karena Kinanti mendapatkan panggilan telepon dari Erland. Menanyakan keberadaan mereka. Erland sudah memberitahu Hotel untuk tempat Kinanti menginap. Mereka kini sudah bertemu, Kinanti sudah di hotel tempat akan menginap.
"Maaf, Tuan. Saya membutuhkannya dua kamar," ungkap Kinanti membuat Erland merasa bingung.
"Mengapa harus dua kamar? Sebenarnya laki-laki itu siapa?" gumam Erland dalam hati.