NovelToon NovelToon
Gadis Dibalik Koma

Gadis Dibalik Koma

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Misteri / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Caca4851c

Sinopsis:
Tertidur itu enak dan nyaman hingga dapat menjadi kebiasaan yang menyenangkan bagi banyak orang, namun jika tertidur berhari-hari dan hanya sekali dalam sebulan terbangun apakah ini yang disebut menyenangkan atau mungkin penderitaan..

Sungguh diluar nalar dan hampir mustahil ada, tapi memang dialami sendiri oleh Tiara semenjak kecelakaan yang menewaskan Ibu dan Saudaranya itu terjadi. Tidak tanggung-tanggung sang ayah membawanya berobat ke segala penjuru Negeri demi kesembuhannya, namun tidak kunjung membuahkan hasil yang bagus. Lantas bagaimanakah ia dalam menjalani kehidupan sehari-harinya yang kini bahkan sudah menginjak usia 16 tahun.

Hingga pertemuannya dengan kedua teman misterius yang perlahan tanpa sadar membuatnya perlahan pulih. Selain itu, tidak disangka-sangkanya justru kedua teman misterius itu juga menyimpan teka-teki perihal kecelakaan yang menewaskan ibu dan saudaranya 3 tahun yang lalu.
Kira-kira rahasia apa yang tersimpan..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca4851c, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 2

"Nduk, sudah bangun to", seru suara Perempuan dari arah belakangku.

Dan Kudapati sosok Bu Ratna datang dengan membawa nampan yang berisi sup jamur dan segelas susu putih kesukaanku.

"Sini Saya sisirin rambutnya Nduk", ujar Bu Ratna sembari menuntunku duduk di depan meja rias yang berada disamping tempat tidur.

Aku pun menurut saja, begitu Bu Ratna mengambil sisir dan mulai menyisir surai hazel bergelombangku dengan begitu lembut.

"Masyaallah Nduk, ayu tenan Pean iki", (Mashaallah Nak, cantik sekali Kamu ini) ujar Bu Ratna dengan logat jawanya.

"Bisa saja Bu Ratna Nih..", ujarku tersipu malu.

"Lho..tenanan nduk, ayune poll antara perpaduan Bapak lan Ibuk" 

"Sayup mata sendu dan rekahan bibir e bak kelopak mawar mirip Bapak, selebih e plek-ketiplek mirip Ibu kabeh nduk", imbuh Bu Ratna dengan pandangan seperti menerawang jauh.

"Bu Ratna kenal dekat dengan Mama?", tanyaku antusias.

" iyalah Nduk, lha wong sudah Bu Rat anggap sebagai Adik Bu Rat sendiri semenjak kedatangannya pertama kali di Rumah ini", jawab Bu Ratna yang tak kalah antusiasnya denganku.

" Seperti apa sih sosok Mama itu Bu Rat? Dan kenapa  di Rumah ini tidak ada sama sekali foto maupun peninggalannya Mama", tanyaku lagi dengan penasaran.

"Almarhum Ibuk sendiri orangnya sebenarnya begitu baik, anggun, dan cantiknya hampir sama persis Pean Nduk..hanya saja beliau terlalu pemalu jadi jarang berinteraksi dengan Orang luar. Dan..", jeda Bu Ratna sebentar.

"Dan perihal tidak adanya foto maupun barang peninggalan dari Almarhumah Ibuk sendiri itu karena Ibuk hampir tidak pernah foto. Jadi jika ingin melihat kenangan sekaligus peninggalan terkomplitnya ya cukup melihat Nduk Ara", jelas Bu Ratna.

Namun, meskipun begitu Aku masih belum merasa puas karena seperti ada yang janggal. Tetapi mulut ini lebih memilih bungkam dari pada nanti menjadi masalah besar saat Papa mengetahui kecurigaanku dari Bu Ratna. Selain Bu Ratna sudah seperti Ibuku sendiri, tetap tidak mengenyahkan fakta bahwa Bu Ratna juga merupakan tangan kanan Papa.

"Nah, akhirnya rapi juga..", seru Bu Ratna usai mengepang surai panjangku ala Quen Elsa yang ada di disney frozen.

" Yaudah, Ara bermain di taman dulu ya Bu", pamitku pada Bu Ratna.

"Nggeh Nduk, mengko lek wes mari langsung mandi ben seger trus maem bareng Bapak", (Iya Nak, nanti kalau sudah selesai langsung mandi biar segar lalu makan bersama Papa), Pesan Bu Ratna.

"Siap Bu Ratt", balasku sembari melesat menuju Taman.

Langsung saja Aku menuruni anak tangga dengan riang bagai kupu-kupu yang lepas dari sangkarnya. Ku percepat lagi jalanku dengan tidak sabar ingin melihat bunga-bunga yang bermekaran. Kulirik sana-sini namun tidak Ku dapati Papa dimana pun, mungkin lagi mandi kali ya. Yaudah Ku teruskan langkahku keluar dari pintu utama dan berjalan ke samping dimana Taman berada.

Begitu Aku menginjakkan kaki di halaman nan hijau ini, aroma khas tanah basah semerbak memenuhi rongga hidungku. Pagi ini bunga-bunga bermekaran begitu indah mulai dari bunga mawar, bunga bugenfil, bunga wijaya kusuma, dan beragam bunga lainnya. Iseng Kupetik setangkai bunga mawar hitam kesukaanku, dan Kucium kelopaknya.

 'Humm, wanginya..' 

Usai puas menghirup wangi bunga kesukaanku, lantas Ku edarkan pandanganku ke sekitar lantaran teringat sesuatu.

'Kemana ya Dia'

Berkali-kali Kusibak rimbunnya dedaunan ini, namun tidak kunjung kudapati Dia. Ku kelilingi banyak pepohonan juga hasilnya tetap nihil. Sampai akhirnya Kuputuskan untuk beristirahat di ayunan saja karena hampir kehabisan tenaga.

Kuhempaskan tubuhku ke ayunan dengan corak bunga yang bewarna putih ini dengan lesu. Sambil menikmati desiran udara pagi yang menyapa kulitku, Kupejamkan mata ini sejenak sambil mengayun-ngayunkan kursi secara perlahan.

Tiba-tiba saja Kurasakan kaki ini seperti ada yang menggelitikinya, sesuatu yang berbulu-bulu. Lantas secara spontan mata yang tadinya terpejam kini terbelalak melihat ke arah bawah.

"Haahhh" 

Sosok mungil nan imut dengan bulu lebatnya yang seputih salju tampak menggosok-gosokkan tubuhnya ke kaki jenjangku. Kedua telinga panjangnya bergerak-gerak seiring dengan gerakan tubuhnya yang menggeliat di sekitar kakiku.

"Astagaa...Cimol, Kamu sudah Kucari kemana-mana nggak ketemu. Eh taunya malah ketika gak Kucari Kamu malah nongol sendiri, mana ngagetin pula", seruku pada Kelinci putih yang sedari tadi Ku cari keberadaannya.

Sedangkan Si empunya yang dimarahi malah dengan Watados  miliknya menjilati kakiku.

"Ihh, gelii..hahaha...berhenti, haha" 

Lantas dengan cepat Kugendong tubuh mungilnya ke pangkuanku, dan ku elus-elus bulu lebatnya. Jadi teringat, saat-saat pertama kalinya Cimol menjadi peliharaanku.

Diusiaku yang ke-12 tahun saat itu sempat dirawat dirumah sakit karena suatu kecelakaan yang Aku sendiri tidak bisa mengingatnya. Kalau kata Papa sendiri sih, kita kecelakaan saat hendak pergi tamasya. Namun karena luka Papa tidak terlalu berat, sehingga Papa lebih cepat keluar dari rumah sakit dan hanya aku saja yang paling lama di sana.

Akhirnya setelah kurang lebih sekitar 3 bulan lamanya Aku kembali sadar dari koma dan sehari kemudian sudah mendapat izin untuk pulang. Dan tiba-tiba saja saat sampai di rumah, ketika membuka pintu depan tiba-tiba dikejutkan dengan kelinci kecil seputih salju yang meloncat-loncat menghampiriku. Semenjak saat itu kuberi nama Dia Cimol sesuai dengan nama makanan kesukaanku.

" Nduk, ayuk bergegas mandi gih..terus langsung makan karena sudah ditungguin Bapak di ruang makan sekarang", ujar suara Bu Rat dengan begitu lantang yang membuyarkan lamunanku dari kejauhan sana.

"Baik Bu Ratt", jawabku dengan sedikit berteriak karena jarak kami lumayan jauh, dengan Bu Rat yang berdiri di dekat pintu masuk sedangkan diriku di tengah-tengah taman yang sangat luas ini.

Lantas Ku turunkan Cimol dari pangkuanku dan Kuberanjak dari ayunan itu dengan perlahan memasuki rumah. Dan benar saja, saat melewati ruang makan Kujumpai Papa tengah duduk santai di sana sembari menyeruput kopi hitam kesukaannya dengan pandangannya yang tetap tidak beralih sedikitpun dari koran yang dipeganginya.

"Ra, habis ini makan bersama trus nanti setelahnya Papa akan keluar buat meeting sebentar dengan Klien, tapi..", jeda Papa sejenak tanpa berpaling dari bacaannya.

"Tapi apa Pa?", tanyaku begitu menghentikan langkah kakiku dan beralih menengok ke arah Papa.

"Tapi..kali ini Ara boleh ikut dengan Papa keluar", lanjut Papa sembari mengalihkan pandangannya padaku dengan datar sekarang. Sedangkan Aku hanya tercenggang mencerna kata-kata Papa barusan.

'What? Demi apa...' 

"Ya, nanti selama Papa meeting Kamu boleh jalan-jalan di luar ruangan Papa dan nanti disana akan ada banyak orang. Nah, setelah Papa meeting Kamu akan Papa kenalkan dengan Anak dari Teman Papa yang mungkin bisa menjadi Teman barumu nanti", Jelas Papa panjang lebar.

'Yeyyyy' 

"Baik Paa", seruku yang tidak bisa lagi menyembunyikan raut bahagiaku.

Pasalnya  setelah sekian lama terkurung dalam sangkar ini akhirnya Aku dapat merasakan bagaimana dunia luar itu. Bahkan masih bisa kuingat terkahir kalinya Aku tau dunia luar adalah ketika dalam perjalanan pulang dari rumah sakit  itu saja sih.

...*** ...

11.19

Kulirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul sebelas lebih, namun Papa tak kunjung selesai meeting. Sekalipun diluar ruangan Papa saat ini banyak orang berlalu lalang, tetapi tetap saja tidak ada yang kukenali sama sekali. Serasa asing dan membosankan.

"Hufhh.." 

'Bosannya'

Kutengok ke sekeliling dimana masih banyak orang berlalu lalang tergesa-gesa dengan kesibukannya masing-masing. Ada yang tetap berkutat di depan layar komputernya, ada yang berdiskusi bersama teamnya, dan yang lain berlalu lalang sembari membawa berkas-berkasnya.

Memang sih, di dalam kantor ini luas, rapi, bersih dan nyaman..hanya saja menurutku kurang menyenangkan.

Akhirnya tanpa lebih lama lagi Aku melangkah keluar kantor yang lumayan besar ini dengan tulisan 'Firma Hukum'  yang terpampang secara jelas di atasnya.

Berbanding terbalik dengan suasana di dalam yang begitu ramai, di depan sini begitu tenang dan damai. Dimana tepat di sepanjang depan kantor mengalir sebuah kolam ikan dengan dekorasi memanjang.

Sedangkan di dekat kolam ikan itu juga dihiasi banyak tanaman hias, yangmana diantara tanaman hias itu terdapat pepohonan yang menjulang tinggi juga setiap satu meter jaraknya.

Di samping kiri bangunan ini terdapat Taman yang tidak sebegitu luas, sedangkan di samping kanannya terdapat sebuah lahan yang dikhususkan sebagai tempat parkir kendaraan. Akhirnya Aku memilih hanya duduk di deretan kursi yang berada dekat dengan kolam ikan saja.

"Indahnya...", kagumku melihat ikan-ikan koi yang berenang dengan saling beriringan.

"Iya, indah..", seru sebuah suara dengan agak berat.

Sontak saja, Aku langsung memalingkan mukaku ke arah samping kananku yang ternyata Ku dapati Empunya pemilik suara bass tersebut hanya menatapku dengan begitu lekat sembari menyunggingkan senyum setipis tisu.

Bibir tipisnya yang masih tersenyum di antara rahangnya yang kokoh, hidungnya begitu mancung dan alisnya yang tegas semakin terlihat mempesona. Apalagi Surai hitam lekatnya yang dibiarkan agak berantakan tetapi justru membuatnya tampak cool.

'Wow..ganteng', pekikku dalam hati.

DERRT 

DEEERT 

DDEEERTTT 

Nada dering di handponku menyadarkan dari rasa kagumku pada Lelaki berperawakan jangkung dan berkulit kuning langsat itu.

Kini perhatianku teralihkan pada benda persegi panjang kecil yang ada di dalam tas kecilku. Tanpa lama-lama kuraih benda tumpul itu dan kupencet tombol on yang terpampang pada layar handphon tatkala kudapati nama Papa disana.

TUUTS 

"Ya pa" 

"Papa udah selesai meeting, sekarang kamu ke ruangan Papa gih..Anak Teman Papa udah dalam perjalanan mau ke sini", ujar suara Papa dari sebrang sana.

"Baik Pa", sahutku.

TUUTT

Panggilan pun terputus, Aku segera memasukkan kembali handphone milikku ke dalam tas mini ini.

"Permisi", ujarku pada Pemuda itu sembari beringsut pergi dari hadapannya.

1
Zainuri Zaira
andi sllu menghilangkan jgn sengaja biar ara celaka
Zainuri Zaira
bingung bacax
Caca4851c
Terimakasih/Smile//Pray/
Iolanthe
Happy banget!
🔍conan
Gemesin banget nih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!